Tsunami Covid Picu Bangkitnya Oposisi dan Perlawanan di India
Puncaknya April lalu, ketika pemerintah mengizinkan penyelenggaraan festival Hindu, Kumbh Mela, saat orang-orang asyik bermain air di Sungai Gangga tanpa mempedulikan virus yang kelayapan mencari mangsa, ketika Partai BJP menggelar berbagai pesta kampanye yang melibatkan lautan massa.
JERNIH– Pada Senin (3/5) lalu, India mencatat 368.147 kasus baru infeksi virus corona, sedikit berkurang dari hari-hari sebelumnya. Jumlah kasus penularan harian diumumkan pada saat yang sama, ketika 13 partai oposisi melayangkan petisi kepada pemerintah pusat.
Mereka menuntut pemerintah menjamin pasokan oksigen tanpa henti untuk rumah sakit, dan menggiatkan program vaksinasi massal. Akhir pekan lalu sejumlah rumah sakit meminta intervensi pengadilan untuk menanggulangi kelangkaan oksigen.
“Air sudah menggenang di atas kepala. Cukup sudah!” tulis Pengadilan Tinggi di ibu kota New Delhi dalam putusannya, sembari mengancam bakal menindak pejabat yang berwenang jika pasokan oksigen kembali terputus.
Pada Senin lalu, sebanyak 24 pasien Covid-19 meninggal dunia di rumah sakit pemerintah di negara bagian Karnataka, lantaran kelangkaan oksigen, lapor media-media lokal. Tidak jelas berapa pasien yang meninggal karena tidak mendapat oksigen di seluruh negeri.
Lonjakan infeksi meningkatkan tekanan terhadap Perdana Menteri Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata. Kebijakan pemerintah dinilai membuka pintu bagi tsunami infeksi virus corona di penjuru negeri.
Sejak Februari, otoritas di India giat membuka kembali kehidupan publik dan aktivitas perekonomian. Puncaknya April lalu, ketika pemerintah mengizinkan penyelenggaraan festival Hindu, Kumbh Mela, saat orang-orang asyik bermain air di Sungai Gangga tanpa mempedulikan virus yang kelayapan mencari mangsa, ketika Partai BJP menggelar berbagai pesta kampanye yang melibatkan lautan massa.
Terbatasnya kapasitas rumah sakit dan sikap pemerintah yang merahasiakan sejumlah data penting dianggap turut memperparah situasi.
Wabah hentikan dominasi BJP
Minggu (2/5) lalu, Partai BJP diumumkan kalah dalam pemilu di negara bagian West Bengal. Pemilihan legislatif di wilayah yang berbatasan dengan Bangladesh itu dianggap krusial bagi BJP. Namun meski berulangkali dikunjungi Modi, warga West Bengal tetap loyal pada Perdana Menteri Mamata Banerjee yang diusung partai lokal.
Selain West Bengal, BJP juga kalah di dua negara bagian lain. Meski BJP mempertahankan dominasi di negara bagian Assam, hasil pemilu dinilai bisa melemahkan posisi Narendra Modi. “Apa yang terjadi di West Bengal hanya sebuah awal,” tulis kolumnis harian The Print, Shobhaa De.
Prashant Kishor, penasehat politik PM West Bengal, Banerjee, mengatakan “hasil pemilu memberikan suara dan harapan bagi mereka yang ingin melawan bahaya yang bernama BJP.”
Shiv Sena, sebuah partai lokal yang menguasai negara bagian Maharashtra yang mencakup Mumbai, mengatakan hasil pemilu adalah kekalahan telak bagi PM Modi, yang dituduh mempertaruhkan kesehatan publik demi kemenangan pemilu.
“Bukannya meredam pandemi Covid-19 yang sedang mengamuk, pemerintah pusat, termasuk Perdana Menteri Narendra Modi, sibuk di arena kampanye di West Bengal karena ingin mengalahkan Mamata Banerjee,” tulis partai tersebut.
Drama kematian di rumah sakit, tempat parkir atau jalan raya yang ramai disebar meruntuhkan kepercayaan publik kepada pemerintah. Menurut jajak pendapat YouGov, dalam setahun kepercayaan warga terhadap cara pemerintah mengendalikan wabah anjlok, dari 89 persen pada April 2020, menjadi 59 persen pada akhir April 2021. [AFP/AP]