- Pangeran Philip menjadi ‘tuhan’ di Pulau Tanna setelah kunjungan Kerajaan Inggris ke Vanuatu.
- Ia diyakini inkarnasi roh gunung berapi, pelindung ladang pisang dan ubi.
- Sayangnya, Pangeran Philip tidak pernah ke Pulau Tanna.
- Kini Pangeran Philip meninggal. Suku-suku di Pulau Tanna berdebat mencari ‘tuhan’ baru.
- Sebagian menginginkan Pangeran Charles, lainnya tidak.
JERNIH — Di Inggris, almarhum Pangeran Philip adalah suami Ratu Elizabeth. Di sebuah pulau terpencil di Pasifik Selatan, Pangeran Philip adalah Dewa dan disembah.
Kini, setelah kematian Pangeran Philip, penduduk pulau itu berdebat mencari pengganti Sang Dewa. Ada yang menginginkan Pangeran Charles sebagai dewa baru, tapi sebagian lagi mengatakan putra mahkota tidak otomatis menjadi dewa.
Pangeran Philip, bagi suku di Pulau Tanna, di Vanuatu, adalah penjelmaan roh gunung berapi. Seluruh anggota suku sangat terpukul dengan kematian Pangeran Philip, dan memulai proses berkabung selama tiga bulan.
Selama seratus hari ke depan, para panatua akan berkumpul di tempat terbuka yang dinaungi pohon beringin besar dan kuno untuk menyampaikan pikiran mereka seraya minum kava, sejenis minuman terbuat dari akar yang pedas dan bikin babuk.
Ini bagian ritual penting di Pulau Tanna. Sebagian besar anggota suku hanya mengenakan labu penutup penis. Prosesi berlangsung dengan gravitasi konklaf kepausan, saat para penyembah memikirkan masa depan gerakan spiritual mereka tanpa Pangeran Philip.
“Hubungan yang kami miliki dengan keluarga Kerajaan Inggris akan bertahan,” kata Jack Malia, kepala Suku Yaohnanen.
Sebagian besar penyembah menyukai Pangeran Charles untuk menggantikan posisi Pangeran Philip, sang ayah. Namun, suku di Pulau Tanna ingin Pangeran Charles ingin melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan ayahnya, yaitu mengunjungi penduduk pulau yang menyembahnya.
“Secara spiritual Pangeran Philip selalu menjadi bagian kehidupan penduduk desa, tapi kami tidak pernah melihatnya karena permaisuri kerajaan tidak pernah menginjakan kaki di Tanna,” kata Jack Malia.
“Kami tidak pernah mendapat kesempatan bertatap muka seperti Anda dan saya sekarang,” lanjutnya.
Jika Pangeran Charles setuju datang kepada kami suatu hari nanti, lanjut Jack Malia, maka dia harus datang dan duduk bersama kami dan berbicara.
Pangeran Charles pernah datang ke Port Vila, ibu kota Vanuatu, tahun 2018. Ia seolah sedang melakukan suksesi, alias menggantikan ayahnya sebagai ‘dewa’ bagi sebagian rakyat Vanuatu.
Saat itu, Pangeran Charles diberi gelar Mal Menaringmanu, untuk menandakan bahwa dia kepala suku yang duduk seperti elang di puncak gunung, mengawasi rakyatnya.
Namun, tidak semua suku memandang putra dewa di Bumi sebagai pewaris spiritual. “Roh Pangeran Philip telah meninggalkan tubuhnya, tetapi tetap hidup,” kata Yakel Albi, kepala suku lainnya. “Terlalu dini untuk mengatakan di mana roh Pangeran Philip akan tinggal.”
Albi mengatakan tidak jelas bagaimana gerakan spiritual akan berubah setelah kematian Pangeran Philip, karena penduduk desa percaya jiwa sang dewa terombang-ambing dan mencari rumah baru.
Di bawah bendera Inggris yang berkibar setengah tiang, Albi bergabung dengan para tetua pada hari Senin di Yaohnanen untuk berdebat bagaimana menandai kematian Duke of Edinburgh.
Para kepala suku berbicara secara bergiliran selama diskusi yang melelahkan, tentang apa arti kematian bagi sistem kepercyaan adat mereka, dengan resolusi kemungkinan masih beberapa hari lagi.
Kesedihan Mendadak
Penduduk Pulau Tanna sedang tertidur ketika kematian Pangeran Philip, atau Duke of Edinburgh, diumumkan kepada dunia Jumat malam lalu. Keesokan hari penduduk terbangun, dan seperti biasa pergi ke ladang untuk memanen ubi.
Mereka tidak tahu kabar kematian itu, sampai seorang wanita dari resor terdekat memberi tahu mereka pada Sabtu sore, saat semua orang kembali dari ladang.
Seorang wanita menangis sejadi-jadinya, dan seorang pria tertunduk, berusaha menghibur anak-anak mereka.
“Tahun 2007 kami dibawa ke Inggris. Hubungan antara orang-orang di Pulau Tanna dengan rakyat Inggris sangat kuat,” kata kepala desa Yapa dalam pesan video kepada keluarga kerajaan sambil memgang foto Pangeran Philip.
“Kami mengirim pesan belasungkawa kepada keluarga kerajaan dan rakyat Inggris,” lanjutnya.
Mary Niere, yang bekerja sebagai akuntan di White Grass Ocean Resort dan Spa, mengatakan; “Desa itu kosong ketika saya tiba. Ada seorang pria tua duduk di nakamal, tempat para pria bertemu dan minim kava.”
“Saya beri tahu pria itu bahwa Pangeran Philip meninggal. Dia terkejut dan bertanya apakah saya mengatakan sebenarnya,” kata Niere. “Pria itu tidak bisa mempercayai kata-kata saya.”
Niere mengirim pesan ke kebun ubi, agar orang-orang segera kembali. Ketika mereka kembali, orang-orang itu terdiam, melihat ke bawah. Beberapa wanita menjadi sangat emosional dan menangis.
Ada ratapan ritual yang menjadi kebiasaan tradisional di Pulau Tanna. Prosesi itu dilakukan saat menghadapi kesedihan luar biasa, dan berlangsung beberapa pekan.
Selama beberapa dekade, 400 komunitas yang kuat telah menyembah Pangeran Philip. Mereka berdoa setiap hari agar Pangeran Philip melindungi tanaman pisang dan ubi mereka.
Tidak diketahui bagaimana Pangeran Philip yang tidak pernah hadir di Pulau Tanna menjadi dewa. Kisah yang beredar menyebutkan Pangeran Philip menjadi dewa, atau tuhan, sekitar tahun 1960-an.
Saat itu, Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip berkunjung ke Port Villa, ibu kota Vanuatu. Dua potret besar Pangeran Philip dan Ratu Elizabeth terpampang di sudut-sudut jalan.
Suku-suku dari Pulau Tanna melihat potret Pangeran Philip dan terkesan. Menurut mereka, Pangerah Philip menikahi ratu kulit putih yang kuat di belahan dunia lain.
Sejak itu suku-suku membangun kepercayaan bahwa Pangeran Philip adalah inkarnasi roh gunung berapi, yang suatu hari akan kembali ke Tanna.
Selama kunjungan Kerajaan Inggris ke Vanuatu, Jack Naiva — seorang kepala suku lainnya — mendayung sejauh 240 kilometer dengan kano untuk sampai ke Port Villa dan menyambut Pangeran Philip saat turun dari kapal pesiar Kerajaan Inggris.
Status dewa Pangeran Philip menjadi semakin kokoh setelah Kepala Suku Naiva yakin Duke of Edinburgh itu dikirim dari surga untuk melindungi pulau dan membawa keberuntungan bagi rakyatnya.
Penduduk sangat yakin intervensi ilahiah Pangeran Philip membantu Barrack Obama menjadi presiden kulit hitam pertama AS. Pangeran Philip juga membantu rakyat menjauhkan siklon.
Di London, sepuluh ribu mil dari Pulau Tanna, Pangeran Philip menyadari status ilahiah yang diberikan suku-suku itu. Selama bertahun-tahun dia mengirim foto dirinya. Penduduk desa mengumpulkannya di satu tempat yang kelak menjadi kuil pemujaan Pangeran Philip.
Sampai kematiannya, foto Pangerah Philip adalah barang suci, atau mungkin paling suci, bagi suku-suku itu.