Vaksin Cina Tiba di Myanmar, Netizen: Biarkan Kami Mati Akibat Covid-19
- Semula, Myanmar mendapat sumbangan vaksin dari India.
- Kini, 500 ribu dosis vaksin tiba dari Cina.
- Pengguna media sosial mengatakan vaksin itu untuk militer dan kroninya.
JERNIH — Cina, Minggu 2 Mei, menyerahkan 500 ribu dosis vaksin Covid-19 kepada junta militer Myanmar, ketika jutaan warga sipil dan petugas kesehatan memboikot program vaksinasi.
Vaksin produksi CNBG itu adalah sumbangan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), sebutan militer Cina. Vaksin akan didistribusikan ke rumah sakit di sekujur Myanmar.
Kedubes Cina di Myanmar mengatakan sumbangan vaksin ini adalah simbol Paukphaw, atau persaudaraan, Cina-Myanmar.
Januari 2021, Menlu Cina Wang Yi berjanji memberi 300 ribu dosis vaksin Covid-19. Janji disampaikan selama pertemuan dengan Aung San Suu Kyi.
Selama kunjungan itu, Myanmar-Cina menandatangani perjanjian ekonomi, perdagangan, dan kerja sama tekniks, serte mendorong percepatan implementasi proyek bilateral, termasuk proyek infrastruktur transportasi di bawah skeja China-Myanmar Economic Corridor (CMEC).
Namun sumbangan Cina itu disambut skeptis pengguna media sosial Myanmar. “Tidak. Terima Kasih. Kami tidak membutuhkan vaksin Anda,” tulis seorang pengguna Facebook di laman Kedubes Cina.
Sentimen anti-Cina menguat secara dramatis di Myanmar, setelah Beijing berulang kali memblokir upaya Dewan Keamanan PBB mengambil tindakan terhadap pemimpin kudeta.
Seorang pengguna media sosial menulis; “Biarkan saya mati dengan Covid-19, saya tidak akan menerima suntikan vaksin Cina.”
“Vaksin Cina hanya untuk perwira militer dan kroni-nya. Bukan untuk kami,” tulis seorang pengguna media sosial lainnya. “Jika mereka memberikannya kepada kami, kami tidak akan mengambilnya selama kami diperintah rejim militer.”
Program vaksinasi Myanmar kesulitan memberi suntikan kepada warga. Jutaan orang lebih suka berdemo meneriakan anti-militer, dan ribuan petugas kesehatan memilih mogok dengan tidak menyuntikan vaksin kepada warga.
Program NLD
Pemerintah Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memulai program vaksinsi Covid-19 secara nasional pada 27 Januari, dengan staf perawat kesehatan dan relawan pekerja medis menjadi yang pertama menerima suntikan AstraZeneca sumbangan India.
Setelah kudeta militer 1 Februari 2021, hampir semua petugas kesehatan menolak menerima suntikan kedua, sebagai protes terhadap kekuasaan militer.
MRTV, surat kabar yang dikendalikan militer, mengklaim 1,5 juta orang Myanmar telah menerima suntikan pertama antara Januari-23 April 2021. Sebanyak 312.953 orang menerima dosis kedua.
Corong pemerintah militer itu juga menerbitkan foto seorang biksu, perwira militer, dan pejabat pemerintah, menerima vaksin.
Semula, junta militer menawarkan suntikan kepada orang-orang berusia di atas 64 tahun. Sejak akhir Maret, mereka menawarkan vaksin kepada siapa pun yang berusia 18 tahun ke atas seelah sejumlah orang muncul di pusat vaksinasi di Yangon.
Di Myanmar, orang tak takut Covid-19 lagi. Pengujian Covid-19 lumpuh sejak kudeta militer, terutama setelah staf kesehatan mogok nasional.
Di bawah pemerintahan sipil, Myanmar menggelar 16 ribu sampai 18 ribu tes usap per hari selama Januari 2021. Setelah kudeta 1 Februari, hanya 1.500 sampai 2.000 tes usap per hari.
Data kasus infeksi Covid-19 nyaris tidak ada lagi di Myanmar. Dunia tidak tahu bagaimana situasi pandemi di Myanmar.