Crispy

Virus Korona: Muslim Jepang Ubah Tradisi Shalat Jumat

Tokyo — Shalat Jumat di Masjid Otsuka biasanya dihadiri 300 orang, tapi sejak 28 Februari 2020 tidak ada lagi kerumunan sebanyak itu.

Jamaah dibagi ke dalam enam kelompok. Satu kelompok berisi 50 orang, dan shalat Jumat secara bergiliran.

Pengumuman dibuat sebelum seluruh dari 300 Muslim memasuki masjid. Peraturan lainnya, jabat tangan usai shalat ditiadakan, diganti dengan sentuhan siku.

Baca Juga:
— Gereja di Korsel Gelar Ritual Penangkal Covid-19, 46 Jamaah Terjangkit
— Singapura Tutup Sementara Masjid Untuk Salat Jumat
— Ka’bah dan Masjid Nabawi Disterilisasi Cegah Corona

Setiap jamaah wajib mengenakan masker. Jika datang tanpa membawa masker, pengurus masjid menyediakan.

“Saya menduga beberapa orang menentang langkah ini,” kata Haroon Qureshi, sekretaris jenderal Masjid Otsuka. “Ini penting untuk mengendalikan penyakit menular, kendati kami berwudlu lima kali sehari.”

Masjid lain di Jepang melakukan hal serupa. Bahkan Asosiasi Muslim Jepang meniadakan shalat Jumat di Bangsal Shinagawa, dan kapan aktivitas itu akan dijalankan lagi.

Bagi Muslim Jepang, apa pun pengubahan itu yang penting Shalat Jumat. Mereka, seperti saudara mereka di seluruh dunia, Shalat Jumat adalah ibadah tidak boleh ditinggalkan.

Berbeda dengan Muslim Jepang, umat Katolik di Tokyo tidak lagi mendatangi gerje untuk misa hari Minggu. Keuskupan Agung Tokyo menangguhkan semua misa, dan memutuskan untuk menyiarkan kebaktian.

“Ini tindakan tidak biasa, tapi keputusan ini demi mencegah penyebaran virus korona,” kata pejabat keuskupan seperti dikutip Japan Times.

Keputusan dibuat karena banyak umat paroki berusia lanjut dan rentan terserang pneumonia akibat virus korona. Juga sulit membatasi misa, karena turis juga ikut kebaktian.

Back to top button