Warga Thailand Tuntut Raja Serahkan Aset Monarki Ke Negara
Aset kerajaan Thailand ditaksir berkisar antara 30 sampai 40 miliar dolar AS (Rp 424 sampai 565 triliun). Angka itu menempatkan Raja Thailand sebagai penguasa monarki terkaya di dunia saat ini
JERNIH— Perkembangan demonstrasi kelompok pro-demokrasi Thailand bergerak kea rah yang tak akan pernah terpikirkan warga negara itu di tahun 1990-an. Warga yang bergabung dalam kelompok pro-demokrasi menuntut agar Raja Maha Vajiralongkorn melepas kuasa atas kekayaan monarki dan melepas pengelolaan aset senilai 40 miliar dolar AS (Rp 565 triliun) itu ke negara.
Ketika kepolisian Thailand memberlakukan pasal anti-penghinaan kerajaan, demonstran pro-demokrasi di Bangkok kembali menuntut agar kekuasaan Raja terhadap biro pengelola kekayaan kerajaan dicabut.
Tuntutan tersebut melanggar tabu di Thailand, yang melarang kritik terhadap kerajaan. Kepolisian saat ini dikabarkan telah memanggil belasan pemimpin demonstran untuk dimintai keterangan. Jika terbukti melanggar, terdakwa bisa diancam hukuman penjara maksimal 15 tahun.
“Undang-undang ini kuno dan barbarik. Setiap kali digunakan, ia merusak reputasi monarki dan negara,” kata Parit “Pinguin” Chiwarak, yang terkena dakwaan penghinaan monarki. Dia mengenakan kostum berwarna kuning, menyerupai boneka bebek raksasa yang menjadi simbol aksi protes.
Para demonstran yang berjumlah ribuan orang awalnya ingin menyambangi kantor Biro Properti Kerajaan (CPB) yang mengelola aset monarki Thailand. Lembaga ini belakangan menjadi sasaran protes karena dianggap menjadi dompet pribadi raja.
Menurut laporan majalah Fortune, Raja Vajiralongkorn pada 2017 menempatkan penasihat keuangannya sebagai kepala direksi CPB. Langkah itu sekaligus menggeser menteri keuangan yang biasanya menduduki posisi tersebut.
Di tahun yang sama, pemerintah Thailand mengesahkan amandemen UU Properti Kerajaan, yang memberikan hak atas portfolio CPB sepenuhnya kepada raja. Tidak lama kemudian biro tersebut menyatakan telah “mengembalikan” semua aset kepada raja.
Salah satu aset tersebut adalah kepemilikan saham di salah satu bank tertua di Thailand, Siam Commercial Bank. Menurut laporan berbagai media, kerajaan menguasai 23 persen saham perusahaan dan merupakan investor terbesar bagi SCB.
“Saham SCB tidak seharusnya dimiliki raja, tetapi Kementerian Keuangan, jadi keuntungannya bisa digunakan untuk pembangunan,” kata Boss, seorang peserta demonstrasi yang berkumpul di depan kantot pusat SCB di Bangkok.
Aset kerajaan Thailand ditaksir berkisar antara USD 30 sampai 40 miliar (Rp 424 sampai 565 triliun). Angka tersebut menempatkan Raja Thailand sebagai penguasa monarki terkaya di dunia saat ini. Meskipun begitu, pemerintah Thailand setiap tahun menganggarkan dana hingga 1 miliar dolar AS (Rp 14 triliun) untuk membiayai kerajaan.
Pihak kerajaan sejauh ini menolak berkomentar terkait gelombang demonstrasi di Bangkok. Belum lama ini Raja Vajiralongkorn mengaku “mencintai semua warga” Thailand saat ditanya tentang aksi protes terhadapnya.
Awal Oktober lalu, dia memerintahkan militer memindahkan dua unit pasukan ke bawah komando kerajaan. Dekrit yang turut ditandatangani PM Prayuth Chan-ocha itu mengutip pasal 172 UUD yang menjamin hak raja mengoperasikan satuan tempur jika ada ancaman terhadap kerajaan. [AP/Reuters/Fortune]