Yaman Masuki Hari Ketiga Tanpa Internet Setelah Serangan Udara
Tujuh tahun konflik telah membagi Yaman antara pemerintah yang diakui secara internasional yang berbasis di kota selatan Aden, dan kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Sanaa.
JERNIH – Sebagian besar Yaman menghadapi hari ketiga tanpa internet setelah serangan udara di kota Laut Merah Hodeidah. Lokasi serangan udara itu merupakan jalur koneksi web bawah laut negara itu sehingga merusak infrastruktur telekomunikasi.
Di ibukota Sanaa, Majid Abdullah mengatakan dia tidak dapat menerima uang dari kerabat di Arab Saudi di kantor pertukaran sebagai akibat dari pemadaman yang sedang berlangsung.
Tujuh tahun konflik telah membagi Yaman antara pemerintah yang diakui secara internasional yang berbasis di kota selatan Aden, dan kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Sanaa. “Saya tidak tahu harus berbuat apa. Kami makan dan minum dari (uang yang dikirim) ekspatriat di luar negeri,” katanya.
Perang di Yaman telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat jutaan orang mengungsi, sementara keruntuhan ekonomi telah mendorong jutaan orang ke dalam kemiskinan dan sebagian negara itu ke ambang kelaparan.
Kementerian komunikasi pemerintah mengatakan pada Minggu (23/1/2022), bahwa pihaknya siap untuk menghubungkan kembali wilayah di bawah kendalinya melalui kabel bawah laut lain di Aden, di mana sebagian kota masih memiliki layanan internet. Beberapa organisasi masih memiliki akses ke internet satelit.
Muammar Abdullah, warga Yaman yang tinggal di Arab Saudi, mengatakan bahwa dia tidak dapat melakukan kontak dengan keluarganya di Sanaa. Kontak ini menjadi penting setelah peningkatan serangan udara koalisi. Akibat dari internet mati ini, ia harus mengeluarkan biaya yang mahal panggilan internasional.
Masih belum jelas kapan perbaikan di Hodeidah akan dilakukan, atau apa yang perlu dilakukan. “Jika keamanan terjamin, dan kami mendapat jaminan bahwa serangan tidak dilanjutkan, teknisi kami siap melakukan perbaikan,” Ali Nagi, CEO perusahaan telekomunikasi TeleYemen Nosary, mengatakan kepada Reuters dari Sanaa. [CNA]