Yaman Terancam Bencana Kelaparan
PBB kecewa atas perolehan dana bantuan internasional bagi Yaman yang cuma separuh dari perkiraan semula. Dana itu dibutuhkan untuk menghentikan bencana kelaparan yang mengancam puluhan juta penduduk Yaman.
JERNIH– Awalnya PBB berharap besar pada konferensi negara donor virtual untuk Yaman yang digelar Swedia dan Swiss, Senin (1/3) lalu. Tapi dari perkiraan semula akan adanya sumbangan sebesar USD 3,85 miliar, tahun ini negara-negara industri hanya menyumbangkan USD 1,7 miliar.
Tak ayal, Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres, mengaku “kecewa” atas perolehan tersebut. Jumlahnya terpaut USD 1 miliar dari dana sumbangan yang dikumpulkan tahun lalu.
Dia mengimbau negara-negara kaya untuk “mengkaji ulang apa yang mereka bisa perbuat untuk mencegah bencana kelaparan paling parah yang kita lihat sejak beberapa dekade terakhir,” kata dia, seperti dilansir Associated Press.
Sejak awal, perkiraan perolehan dana bantuan Yaman oleh PBB diyakini terlampau tinggi, lantaran dampak wabah corona dan kemunduran ekonomi yang membebani kas setiap negara. Maraknya praktik korupsi dalam penyaluran dana bantuan bagi Yaman juga diyakini sebagai faktor.
Perang Yaman berkecamuk sejak 2014, ketika pemberontak etnis Houthi merebut ibu kota, Sanaa. Buntutnya koalisi bentukan Arab Saudi melancarkan serangan udara bertubi-tubi untuk merestorasi pemerintahan pusat.
Serangan udara Saudi dilancarkan “tanpa pandang bulu,” dan menewaskan ribuan warga sipil, tulis Amnesty International. Dampak paling mematikan muncul akibat kerusakan pada infrastruktur vital semisal sistem irigasi atau pembangkit listrik.
Saudi juga menghadang atau mengalihkan arus masuk bantuan kemanusiaan dari pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai Houthi, semisal bahan bakar untuk memproduksi listrik bagi rumah sakit. Kelompok pemberontak sebaliknya dilaporkan kerap menyita sebagian barang bantuan untuk digunakan sendiri.
Saat ini PBB mencatat 130.000 orang meninggal dunia dalam perang di Yaman. Separuh fasilitas kesehatan mengalami kerusakan parah. Empat juta penduduk terusir dari rumah sendiri. Sementara pandemi corona, wabah kolera, dan epidemi malnutrisi pada anak-anak mengakibatkan ribuan angka kematian.
Kantor Koordinasi Bantuan Kemanusiaan PBB mewanti-wanti lebih dari 16 juta penduduk Yaman akan mengalami kelaparan tahun ini. Adapun bagi setidaknya setengah juta warga, bencana kelaparan sudah menjadi realita.
Damai untuk akhiri bencana
Jan Egeland, Sekretaris Jendral Dewan Pengungsi Norwegia, juga mengungkapkan “kekecewaan” atas perolehan dana bantuan bagi Yaman. Dia meyakini hal ini akan memperuncing krisis kemanusiaan di negeri yang luluh lantak oleh perang itu. “Kurangnya bantuan kemanusiaan akan diukur berdasarkan angka korban jiwa,” kata dia.
Arab Saudi yang bertanggung jawab atas kerusakan infrastruktur di Yaman berjanji akan menyumbangkan USD 430 juta tahun ini melalui PBB. Sementara tahun lalu jumlahnya 500 juta dollar AS.
Adapun bantuan dari Amerika Serikat juga berkurang sebanyak USD 35 juta, menjadi USD 191 juta. Secara keseluruhan AS sudah menyumbangkan USD 350 juta bagi Yaman tahun ini.
Dana bantuan lain datang dari Jerman, sebesar USD 241 juta, Uni Emirat Arab dengan USD 230 juta, Inggris USD 123 juta dan Uni Eropa yang menyumbang USD 116 juta.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyerukan agar pihak yang bertikai segera merundingkan gencatan senjata, dan “mengizinkan bantuan mencapai perempuan, anak-anak dan warga lain yang tidak berdosa.” “Kita hanya bisa mengakhiri krisis kemanusiaan di Yaman dengan menghentikan perang di Yaman. Dan Amerika Serikat sedang menggiatkan upaya diplomasi untuk mengakhiri perang,” kata dia. [AP/Reuters/AFP]