CrispyVeritas

Zionis Israel Obrak-abrik Enam Negara, Turki Menjadi Sasaran Berikutnya?

Setelah serangan di Qatar, mata dunia kini tertuju pada Turki, satu-satunya negara yang berpotensi menantang rencana Israel di kawasan. Hubungan Turki dan Israel, yang dulunya akrab, kini berada di titik terendah.

JERNIH – Panggung politik Timur Tengah kembali memanas. Pada 9 September 2025, Israel melancarkan serangan udara yang mengejutkan di Qatar, menargetkan para pemimpin senior Hamas yang tengah berada di sana untuk negosiasi damai.

Aksi militer ini menandai serangan keenam Israel terhadap negara-negara di Timur Tengah selama dua tahun perang melawan Hamas, setelah sebelumnya menyasar Palestina (Gaza), Lebanon, Suriah, Yaman, dan Iran.

Serangan berani ini diluncurkan beberapa hari setelah Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Eyal Zamir, bersumpah akan memburu para pemimpin Hamas di mana pun mereka berada. “Sebagian besar kepemimpinan Hamas berada di luar negeri, dan kami akan menjangkau mereka juga,” ujar Zamir pada 31 Agustus.

Qatar, yang merupakan sekutu utama AS di luar NATO dan menjadi tuan rumah pangkalan militer terbesar AS di Timur Tengah, terbukti tidak luput dari serangan Israel. Pesan Tel Aviv sangat jelas: para pemimpin Hamas tidak akan aman di mana pun, bahkan di negara sekutu AS.

Dari Sahabat Menjadi Musuh

Setelah serangan di Qatar, mata dunia kini tertuju pada Turki, satu-satunya negara yang berpotensi menantang rencana Israel di kawasan. Hubungan Turki dan Israel, yang dulunya akrab, kini berada di titik terendah.

Meski Turki menjadi negara mayoritas Muslim pertama yang mengakui Israel pada 1949, hubungan mereka memburuk sejak Recep Tayyip Erdogan berkuasa. Puncaknya adalah insiden Mavi Marmara pada tahun 2010, di mana tentara Israel menembak mati 10 aktivis Turki yang mencoba menembus blokade Gaza. Insiden ini memicu krisis diplomatik besar yang mengubah drastis arah hubungan kedua negara.

Sejak serangan Hamas pada Oktober 2023, Turki secara terbuka mendukung Hamas, menganggapnya sebagai “kelompok pembebasan”. Erdogan bahkan menarik duta besar dari Israel dan mengajukan tuntutan genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ). Dukungan Turki terhadap Hamas tidak hanya bersifat diplomatik, tetapi juga mencakup dukungan finansial dan operasional yang telah didokumentasikan dengan cermat oleh intelijen Israel.

Apakah Israel Berani Serang Turki?

Pertanyaan besar kini adalah akankah Israel melancarkan serangan terhadap Turki? Meskipun Turki adalah anggota NATO dengan kekuatan militer terbesar kedua setelah AS, sebuah agresi militer langsung tetap berisiko. Namun, banyak pihak meyakini bahwa Pasal 5 Piagam NATO yang menjamin pertahanan kolektif tidak akan secara otomatis berlaku dalam skenario ini.

Hal ini karena Fleksibilitas Pasal 5 yang memberikan keleluasaan bagi setiap anggota NATO untuk memutuskan tindakan yang diperlukan, tidak harus selalu dengan kekuatan militer. Selain itu, Turki dianggap terisolasi di dalam aliansi NATO karena posisi-posisi kontroversialnya. Sangat tidak mungkin AS atau negara Eropa lainnya akan menyatakan perang terhadap Israel untuk melindungi Turki.

Meskipun Turki memiliki angkatan udara yang kuat, mereka masih kalah jauh dibanding kekuatan udara Israel yang memiliki sekitar 75 jet tempur siluman F-35. Selain itu, sistem pertahanan rudal Turki belum sebanding dengan sistem canggih milik Israel seperti Iron Dome dan Iron Beam.

Meskipun Turki akan menjadi lawan yang jauh lebih sulit, Israel memiliki opsi operasi rahasia untuk menargetkan para pemimpin Hamas di negara tersebut. Operasi ini akan menjadi langkah lanjutan dari pesan tegas yang sudah mereka kirimkan di enam negara lainnya.

Back to top button