Depth

Abdullah Barghouti, Pejuang Hamas yang Dijatuhi Hukuman Penjara 67 Kali Seumur Hidup Plus 5200 Tahun

Pada usia 20 tahun, 1999, Barghouti resmi bergabung dengan Hamas. Ia merasa kelompok Islam itu lebih murni dalam berjuang membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. Dalam waktu relatif cepat ia malah dipercaya bergabung dengan sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin Al-Qassam.

JERNIH—Bila menera nasib hanya dari apa yang diguratkan manusia, Abdullah Iyad Al-Barghouti, 42 tahun, sama sekali tak punya kesempatan untuk kembali menghirup udara dalam kebebasan. Bayangkan, hukumannya saja 67 kali seumur hidup plus 5.200 tahun, alias tekor sekali pun ia telah berpulang menghadap Al-Khalik. Zionis memang tak malu disebut gila hanya untuk menunjukkan kekejian mereka.

Lahir di Kuwait pada 1979, Abdullah adalah saudara satu klan dengan tokoh perjuangan Palestina dari faksi Fatah, Marwan Barghouti. Sebagaimana klan Barghouti lainnya, Abdullah tinggal di daerah Ramallah, Tepi Barat.

Di masa muda Abdullah seorang mekanik yang cakap. Ia belajar teknik elektro di Korea, setelah sebelumnya belajar bahasa Korea. Tidak hanya bahas Korea, Abdullah juga fasih lima bahasa lainnya, termasuk bahasa Inggris dan Ibrani. Ia juga seorang master dalam bela diri judo dan karate.

Namun semua itu ternyata dilakukan Abdullah untuk melunaskan idealismenya untuk Palestina yang merdeka, lepas dari kekejaman dan penindasan para kolonialis-Zionis Israel. Selain berhasil mengumpulkan banyak uang dari beragam kecakapannya itu, Abdullah juga dikenal mahir menembus jaringan komunikasi telepon dan jaringan internet. Ia hacker brilian. Tak hanya itu, Abdullah pun dikenal mahir membuat beragam jenis roket dan bahan peledak. Itu yang membuatnya kemudian berjuluk ‘Si Insinyur, selain julukan yang cukup menyeramkan kaum Zionis, ‘Amir al-Dzill’ alias ‘Pangeran Bayangan’.

Pada usia 20 tahun, 1999, Barghouti resmi bergabung dengan Hamas. Ia merasa kelompok Islam itu lebih murni dalam berjuang membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. Dalam waktu relatif cepat ia malah dipercaya bergabung dengan sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin Al-Qassam.

Mulai saat itulah namanya dikenal, dan oleh media Israel, Ynet, dijuluki sebagai ‘Si Insinyur’ karena senjata dan bahan-bahan peledak yang ia ciptakan.

Selama bergabung dengan Hamas, Abdullah dituduh menjadi otak dari berbagai serangan pembalasan Hamas terhadap kekejian Israel, antara lain, pemboman berani mati  di Restoran Sbarro, pemboman berani mati ganda di Mal Ben Yehuda, peledakan Café Moment, peledakan Rishon LeZion tahun 2002, peledakan Universitas Ibrani, pemboman jaringan bus di Allenby Street, Pi Glilot. Secara pribadi ia bahkan meletakkan sendiri bom di jaringan rel kereta api di Lod. Zionis Israel menuduhnya bertanggung jawab atas kematian  67 orang Israel dan 500 orang yang disebut-sebut terluka.

Pada akhir 2001 Barghouti ditangkap justru oleh Pasukan Keamanan Otoritas Palestina atas perintah mendiang Presiden Palestina Yasser Arafat, untuk tudingan keterlibatan dalam pemboman Restoran Sbarro. Manakala hubungan Otoritas palestina dengan Israel kemudian memburuknya pada Januari 2002, pemimpin Fatah Marwan Barghouti melobi Jibril Rajoub, kepala Pasukan Keamanan Otoritas Palestina, untuk membebaskan Abdullah. Barghouti kembali ke pangkuan Hamas.

Penjara 5.200 tahun plus 67 kali seumur hidup

Namun pada Maret 2003, Abdullah Barghouti kembali ditangkap. Kali ini oleh Dinas Rahasia Keamanan Israel, Shin Bet. Pengadilan militer Israel kemudian menjatuhkan hukuman 67 hukuman seumur hidup ditambah 5.200 tahun penjara. Hukuman itu tercatat sebagai hukuman paling gila dalam sejarah Israel. Barghouti ditahan di Penjara Gilboa dekat Beit She’an. Dia ditahan di sel isolasi dan tidak diizinkan dikunjungi keluarganya.

Sempat pada 2011 pihak Palestina meminta pemerintah Israel membebaskan Barghouti sebagai bagian dari pertukaran tahanan tahanan Gilad Shalit. Namun ditolak PM Netanyahu. Hingga saat ini Otoritas Palestina membayar Barghouti dana pensiun selama masa penahanannya.

Namun penjara tak sepenuhnya membuat Abdullah Barghouti kehilangan kontak dengan dunia luar. Beberapa kali ia berhasil diwawancarai secara tak langsung, melalui jaringan radio yang dibuatnya. Ia juag berhasil menulis beberapa buku yang diterbitkan di luar, antara lain,”Pangeran Bayangan”,“Wanita Mulia”,”Palestina yang Mencintai dan Dicintai”, “Al-Maqdisi dan Setan-setan Kuil Khayalan”, “Guillotine”, “Insinyur dalam Perjalanan”, dan lain-lain.

“Saya akan terus memerangi penjajahan Israel,” kata Abdullah kepada wartawan Israel dalam bahasa Ibrani yang fasih. Pun kalau ia dibebaskan. Saat wartawan Yahudi bertanya apakah itu hanya merujuk pada pendudukan di Gaza, Tepi Barat,  atau di tempat lain, seperti Nazareth, Abdullah berkata,”Penjajahan Israel di seluruh Palestina.”

Pada 2017 lalu, putri Abdullah, Tala Barghouthi, memperoleh nilai rata-rata tertinggi dalam sejarah Palestina dalam ujian akhir kelas dua belas (SMU). Dari dalam penjara, Abdullah yang mendengar kabar itu hanya tersenyum. Bangga. [Ynet/Al-Qods]

Back to top button