Pada tahun 2009, di ujung lain perbatasan, seorang anggota kartel Tijuana mengaku telah “memasak” sekitar 300 korban dengan larutan alkali. Delapan tahun kemudian, sebuah laporan dari pusat investigasi sebuah universitas negeri menunjukkan bahwa apa yang secara resmi adalah penjara di kota perbatasan Piedras Negras, sebenarnya adalah pusat komando dan krematorium Zetas.
JERNIH– Bagi para investigator forensic, kaki manusia yang dibakar tetapi dengan helai kain yang masih menempel, adalah petunjuk. Sampai baru-baru ini ditemukan, rumah tua yang hancur itu ternyata lokasi mayat-mayat dicabik-cabik untuk kemudian dibakar guna menghilangkan jejak, area di mana sisa-sisa beberapa orang Meksiko yang hilang dilenyapkan di sini.
Berapa banyak orang yang dihilangkan di “situs penjagalan” kartel di pinggiran Nuevo Laredo, hanya beberapa mil dari perbatasan AS ini? Setelah enam bulan bekerja, teknisi forensik masih belum berani memberikan perkiraan. Dalam satu ruangan, sisa-sisa manusia dan puing-puing yang dipadatkan dan dibakar memiliki kedalaman hampir dua kaki (sekitar 55 cm).
Fragmen tulang yang tak terhitung jumlahnya tersebar di 75.000 kaki persegi semak belukar gurun. Kabel yang dipilin, yang tampaknya digunakan untuk mengikat para korban, berserakan di antara semak belukar.
Setiap hari teknisi menempatkan apa yang mereka temukan — tulang, kancing, anting-anting, potongan pakaian — dalam kantong kertas berlabel berdasarkan isi: “Zona E, Titik 53, Kuadran I. Fragmen tulang terkena api.”
Semua itu dikirim ke laboratorium forensik di ibu kota negara bagian Ciudad Victoria, di mana potongan tubuh dalam kotak-kotak kantong kertas itu harus sabar menunggu giliran bersama yang lain. Mereka akan menunggu lama; tidak ada cukup sumber daya, sementara terlalu banyak fragmen, terlalu banyak yang hilang, terlalu banyak yang mati.
Di situs Nuevo Laredo — yang akses untuk memasukinya diberikan kepada The Associated Press bulan ini–ketidakcukupan investigasi terhadap hampir 100.000 orang hilang di Meksiko terbukti sangat menyakitkan. Ada 52.000 orang tak dikenal di kamar mayat dan kuburan, tidak termasuk tempat-tempat seperti ini, di mana sisa-sisa hangus hanya diukur berdasarkan beratnya.
Dan orang-orang terus menghilang. Kemudian lebih banyak lagi sisa manusia ditemukan. “Satu kasus kita tangani dan 10 kasus lagi yang datang,” kata Oswaldo Salinas, ketua Tim Identifikasi Kejaksaan Negeri Tamaulipas.
Sementara itu, tidak ada kemajuan dalam membawa orang yang bersalah ke pengadilan. Menurut data terbaru dari auditor federal Meksiko, dari lebih dari 1.600 investigasi penghilangan oleh pihak berwenang atau kartel yang dibuka oleh kantor jaksa agung, tidak ada yang sampai ke pengadilan pada tahun 2020.
Namun, pekerjaan terus berlanjut di Nuevo Laredo. Jika tidak ada yang lain, ada harapan untuk membantu bahkan satu keluarga menemukan kejelasan, meskipun itu bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Itulah sebabnya seorang teknisi forensik tersenyum di tengah kehancuran yang terjadi hari ini: dia telah menemukan gigi yang tidak terbakar, harta karun yang mungkin menawarkan bukti DNA untuk memungkinkan identifikasi.
Ketika Jorge Macías, kepala komisi pencarian negara bagian Tamaulipas, dan timnya pertama kali datang ke situs Nuevo Laredo, mereka harus membersihkan semak-semak dan mengambil sisa-sisa manusia sejauh 100 yard terakhir, hanya untuk mencapai rumah tanpa merusak barang bukti. Mereka menemukan sebuah tong yang dilemparkan ke dalam palung, sekop dan kapak dengan bekas darah di atasnya. Saat itu suara tembakan bergema di kejauhan.
Hampir enam bulan kemudian, masih ada lebih dari 30.000 kaki persegi properti untuk diperiksa dan dikatalogkan.
Rumah itu telah dibersihkan, tetapi empat ruang hitam yang digunakan untuk kremasi tetap ada. Di kamar mandi itu, teknisi membutuhkan waktu tiga minggu untuk secara hati-hati menggali sisa-sisa manusia, beton, dan ban yang meleleh, kata Salinas, yang memimpin pekerjaan di lokasi tersebut. Sejenis minyak, entah apa, melabur di dinding.
Macías menemukan rumah Nuevo Laredo Agustus lalu, ketika dia mencari lebih dari 70 orang yang hilang pada paruh pertama tahun ini di sepanjang jalan raya yang menghubungkan Monterrey dan Nuevo Laredo, persimpangan perdagangan tersibuk dengan Amerika Serikat.
Daerah itu dikenal sebagai kilometer 26, sebuah titik di jalan raya dan pintu masuk tak terlihat ke kerajaan kartel Timur Laut, pecahan Zetas. Ada toko-toko kecil yang menjual makanan dan kopi. Pria penjual bensin dan obat-obatan curian. Tempat di mana orang asing yang datang akan difilmkan sembunyi-sembunyi dengan ponsel. Tiang listrik yang tegak lurus ke jalan raya, lebih jauh ke utara, telah diledakkan dengan senjata kaliber besar.
Sebagian besar yang tiba-tiba hilang di sini adalah pengemudi truk, sopir taksi, tetapi juga setidaknya satu keluarga dan beberapa warga AS. Sekitar selusin dari mereka telah ditemukan hidup-hidup.
Juli lalu, Karla Quintana, kepala Komisi Pencarian Nasional, mengatakan penghilangan itu tampaknya terkait dengan perselisihan antara kartel Generasi Baru Jalisco, yang mencoba memasuki daerah itu, dan kartel Timur Laut, yang ingin mencegah mereka keluar. Tidak jelas apakah para korban adalah penyelundup obat-obatan atau manusia, atau mungkin beberapa diculik secara tidak sengaja, atau mungkin pula tujuannya hanya untuk menimbulkan teror.
Fenomena hilangnya orang-orang di Meksiko meledak pada tahun 2006, ketika pemerintah menyatakan perang terhadap kartel narkoba. Selama bertahun-tahun, pemerintah melihat ke arah lain ketika kekerasan meningkat dan keluarga orang hilang dipaksa menjadi detektif.
Baru pada tahun 2018–akhir pemerintahan terakhir– sebuah undang-undang disahkan, meletakkan dasar hukum bagi pemerintah untuk membentuk Komisi Pencarian Nasional. Ada komisi lokal yang mengikuti di setiap negara bagian; protokol yang memisahkan pencarian dari investigasi, dan badan sementara dan independen yang terdiri dari pakar teknis nasional dan internasional yang didukung PBB, untuk membantu membersihkan tumpukan jenazah yang tidak teridentifikasi.
Total resmi yang hilang mencapai 98.356. Bahkan tanpa perang saudara atau kediktatoran militer yang menimpa negara-negara Amerika Latin lainnya, junmlah orang hilang di Meksiko hanya dilampaui di kawasan yang dilanda perang oleh Kolombia.
Tidak seperti negara lain, tantangan di Meksiko masih belum berakhir: pihak berwenang dan keluarga mencari orang-orang yang hilang pada 1960-an dan mereka yang hilang hari ini.
Pemerintahan Presiden Andrés Manuel López Obrador adalah yang pertama menyadari luasnya masalah, berbicara tentang “situs pemusnahan” dan melakukan pencarian yang efektif.
Tetapi dia juga berjanji pada 2019 bahwa pihak berwenang akan memiliki semua sumber daya yang mereka butuhkan. Komisi nasional, yang seharusnya memiliki 352 karyawan tahun ini, masih hanya memiliki 89. Dan komisi negara bagian Macías memiliki 22 posisi yang dianggarkan, tetapi hanya terisi selusin slot. Di sana masalahnya bukan uang; kesulitan terbesarnya adalah menemukan pelamar yang lulus pemeriksaan latar belakang.
Penghilangan dianggap sebagai kejahatan yang sempurna karena tanpa tubuh sebagai bukti, tidak ada kejahatan. Dan kartel sangat ahli dalam memastikan bahwa tidak ada tubuh tersisa.
“Jika sebuah kelompok kriminal memiliki kendali penuh atas suatu area, mereka melakukan apa yang kami sebut ‘dapur’, karena mereka merasa nyaman membakar tubuh secara terbuka,”kata Macías. “Di daerah yang tidak mereka kuasai, di mana pihak lain dapat dengan mudah melihat asap, mereka menggali kuburan.”
Pada tahun 2009, di ujung lain perbatasan, seorang anggota kartel Tijuana mengaku telah “memasak” sekitar 300 korban dengan larutan alkali. Delapan tahun kemudian, sebuah laporan dari pusat investigasi sebuah universitas negeri menunjukkan bahwa apa yang secara resmi adalah penjara di kota perbatasan Piedras Negras, sebenarnya adalah pusat komando dan krematorium Zetas. [Bersambung—Maria Verza dan Alfredo Pena–Associated Press]