Sabilul Alif, Polisi Santri Sarat Prestasi yang Ajudan Wakil Presiden Kini
JAKARTA—Sebelum menjadi ajudan wakil presiden RI, serangkaian tes harus dilalui Komisaris Besar Polisi Sabilul Alif. Mulai dari tes kesehatan fisik dan tes kesehatan jiwa yang dilaksanakan di RSPAD Gatot Subroto, hingga berlanjut tes psikologi di Direktorat Psikologi Angkatan Udara Halim Perdana Kusuma. Baru kemudian menjalani security clearance di Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.
Itu belum final, karena Sabilul masih harus menjalani uji kompetensi bahasa di Pusdiklat Bahasa Kemenhan, hingga wawancara performa di Sekretariat Militer Presiden (Setmilpres).
Alhasil, manakala Kombespol Sabilul mampu menyisihkan kandidat lain dan namanya masuk dalam Keputusan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Nomor 286 Tahun 2019 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan Ajudan Wakil Presiden Republik Indonesia dst, yang dikeluarkan 18 Oktober lalu, praktis ia terpilih untuk melaksanakan tugas mendampingi RI-2.
“Mohon doa agar semoga selalu diberikan yang terbaik dan kesempatan untuk meniti karier,”kata Sabilul, saat diberi ucapan selamat oleh para wartawan yang meliput acara Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden di Gedung DPR RI, Minggu 20 Oktober lalu.
Sabilul, kelahiran Gresik, 27 Juni 1975, merupakan sosok polisi yang religius dan mempunyai latar belakang pendidikan pondok pesantren. Ia juga dikenal rajin membangun komunikasi dengan kalangan ulama dan komunitas pondok pesantren. Jiwa santri yang mengalir dalam darah Sabilul membuatnya tak pernah canggung menunjukkan takzim pada para ulama. Tak heran bial masyarakat di wilayah tugasnya menyebut Sabilul dengan predikat ‘polisi santri’.
Kecintaan dan perhatiannya pada dunia pesantren dan santri kerap ia tunjukkan. Misalnya, pada peringatan Hari Santri 2017 lalu Sabilul menginisiasi wakaf 1000 kitab kuning untuk para santri. Langkah itu menjadi bentuk kepeduliannya akan proses pembelajaran di dunia pesantren.
Sabilul juga dikenal dekat dengan Habib Luthfi bin Yahya. Bahkan, Sang Habib pernah memberinya sejumlah uang dan meminta Sabilul menggelar tablig akbar di Kabupaten Tangerang. Sabilul memang menggunakan uang tersebut sebagai modal awal digelarnya tablig akbar tersebut.
“Saya menghadiri ceramah Habib Luthfi di daerah Curug, Tangerang. Usai ceramah, saya menghampiri beliau. Lalu beliau memberi saya sejumlah uang, meminta saya memimpin kegiatan tablig akbar dengan tema haul akbar ulama dan pejuang Tangerang. Alhamdulillah acara dapat terlaksana,” kata Sabilul, mengenang.
Kedekatan Sabilul dengan kalangan pemuka agama, bukan terbatas hanya pada kalangan Islam. Ia juga berusaha dekat dengan pemuka agama-agama lain. Pada misa Natal 2017, misalnya, Sabilul diminta untuk memberi sambutan di hadapan ribuan jemaat di Gereja Santa Odilia, Panongan, Tangerang. Saat itu ia hadir untuk memastikan keamanan dan kenyamanan jemaat saat melaksanakan ibadah. Bukti kedekatannya dengan pemuka agama lain, Sabilil juga mendapat kunjungan Uskup Agung Jakarta.
“Suatu hari saya pernah tiba-tiba dikunjungi Uskup Agung Jakarta, Romo Ignatius Suharyo,” kata Sabilul. Sang Romo kini menjadi seorang kardinal.
Selama bertugas Sabilul telah meraih berbagai penghargaan atas berbagai inovasi dan program yang digagasnya. Mulai dari Kompolnas Award 2015 sebagai Nominator Polisi Terbaik atas Program Inovasi Jember Suwar Suwir, kemudian Penghargaan Pelayanan Prima Berbasis IT Melalui Aplikasi “War” (We Are Ready) dari Kementrian PAN RB tahun 2016.
Ia juga mendapatkan penghargaan Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dari Kementrian PAN RB tahun 2016, disusul Penghargaan Bersama Kementerian PAN RB Mewakili Indonesia dalam Forum Inovasi Pelayanan Publik Pada Gov 3.0 Global Forum di Busan Korea Selatan, pada 2016 itu.
2016 tampaknya tahun terbaik bagi Sabilul. Tahun itu pun ia meraih penghargaan atas kepeduliannya terhadap pemuda dan Pendidikan, dalam Lomba Robotik di Jember dari Kementerian PAN RB. Ada lagi penghargaan atas Prestasi Ungkap Kasus Uang Palsu Terbesar dalam Satu Kejadian sebesar Rp 12 miliar dari Gubernur Bank Indonesia, juga di tahun itu.
Yang dianggap prestisius dan selalu dikenang para anak buahnya di Jember adalah penghargaan atas gagasannya yang membuat seluruh anggota Polres Jember mendapat kenaikan tunjangan kinerja sebesar 80 persen karena predikat WBK pada 2017.
Kecintaan Sabilul pada tugas mendorongnya selalu mencipta berbagai inovasi guna meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat. Di Polres Kota Tangerang, Sabilul membuat program Tangerang Jawara, akronim dari “Jadikan Wilayah Aman, Nyaman, dan Kreatif”. Dalam program itu berisi berbagai kegiatan turunan yaitu Polisi Ceramah Kamtibmas Sebelum Salat Jumat/kepada Jemaat (Pos Khidmat); Polisi Peduli Perempuan dan Anak (Pos Purna); Polisi Cinta Siswa, Pemuda, dan Edukasi (Pos Cisadane), dan Polisi Peduli Pekerja dan Penganggur (Pos Jagur). Ada pula Polisi Ngobrol Koordinasi Bersama Warga Jaga Kampung (Pos Ngariung); Polisi Patroli Santai Bersama Masyarakat (Pos Laksa); Polisi Bersama Komunitas dan Netizen Tangerang (Pos Benteng); dan Tangerang Police Online.
“Delapan program itu adalah astha karya tama yang dirancang untuk meniadakan jarak antara polisi dan masyarakat,”kata dia.
Disamping program Tangerang Jawara, Sabilul juga merilis beberapa inovasi berbasis teknologi informasi yaitu Elektronic Monitoring Alokasi Dana Desa (E-MADD), M-Patko Sabhara, M-Lantas, Elektronic Criminal Justice System (E-CJS), Elektronic Public Address (EPA), dan interface gateway yang dapat mengubah fungsi telepon genggam layaknya HT.
Di tempat penugasan sebelumnya, di Polda Jawa Timur, nama Sabilul cukup dikenal karena berbagai inivasi yang dilahirkan dari pemikirannya. Ia menggagas Aplikasi Jawa Timur dalam Genggaman Berbasis Satu Desa Satu Polisi, yang tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan mendapat hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Itu dilakukannya saat menjabat kepala SPKT Polda Jatim. Aplikasi itu diresmikan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar dan Kapolri Jenderal Timur Pradopo pada Juni 2012.
Sabilul juga membuat terobosan dalam bidang lalu lintas yaitu program inovasi Kanalisasi Lajur Kiri (Kalkir), Jangan Menerobos dan Menghambat Lampu Merah (Jembatan Merah), Surabaya Taat Marka Jalan (STMJ) Kendaraanku Sehat dan Lengkap (Slaman Slumun Slamet dan Ransel), saat dirinya menjabat Kasat Lantas Polrestabes Surabaya. Bahkan ia pernah tercatat rekor MURI karena berhasil melakukan penindakan 1131 kendaraan roda dua yang tidak sesuai spesifikasi teknis pada malam Tahun Baru 2013, dalam waktu empat jam.
Jiwa inovasinya semakin berkembang saat menjadi Kapolres di Bondowoso. Di Kota Tape itu Sabilul membuat program Bondowoso Kota Tape yang juga memiliki berbagai turunan program. Ada Polisi Siaga Setiap Pagi (Pos Tape), Polisi Sabtu Sinergi Kemitraan dengan Masyarakat (Pos Sagita), Bersama Polisi Ciptakan Keamanan Tanpa Anarki dan Pelanggaran (Besek Tape), dan Pos Khidmat. Kata “Tape” adalah akronim dari tertib, aman, proaktif, dan peduli, serta religius.
Demikian juga ketika beralih tugas sebagai kapolres di Jember. Sabilul menamakan program inovasinya dengan nama Nawa Karya Tama atau Sembilan Karya Utama. Kesembilan karya utama itu meliputi Polisi Patroli Tiap Pagi dan Sore (Pos Proltape), Polisi Warga Cangkrukan dan Koordinasi (Pos Wedang Cor), Polisi Peduli Pemuda, Pelajar, dan Mahasiswa (Pos Papuma), Pos Jagur, dan Pos Khidmat. Ada juga Polisi Peduli Pariwisata dan Dunia Kreatif (Pos Perwira), Pos Sagita, Jember Police Online (Jempol), We are Ready (WAR), dan E-CJS. Tiga inovasi terakhir adalah inovasi berbasis teknologi informasi.
Kiprah Sabilul mulai dikenal masyarakat Tangerang ketika dengan tegas menindak hukum pelaku main hakim sendiri kepada orang yang dituduh berbuat asusila atau dikenal dengan istilah persekusi. Sabilul tercatat sebagai Kapolresta Tangerang pertama yang menjerat pelaku persekusi dengan proses hukum.
Barangkali, Sabilul adalah Kapolresta Tangerang yang namanya paling dikenal masyarakat. Ia meraih ketenaran tersebut karena kebiasaannya melaksanakan salat Jumat berpindah- pindah tempat di seantero wilayah kota itu. Wajar bila kemudian Sabilul kebanjiran undangan untuk melaksanakan salat Jumat di berbagai masjid di Kota Tangerang. Undangan tersebut disampaikan masyarakat melalui surat resmi maupun melalui pesan WhaatsApp.
“Pak Kapolres, mohon minggu ini salat Jumat-nya di mesjid kami,” kata Sabilul mengulang bunyi pesan salah satu SMS warga. Biasanya warga yang mengundang juga akan menjamu Sabilul makan siang.
[tvl]