Gianni Infantino Memberikan Hadiah Perdamaian kepada Donald Trump, Netralitas FIFA Dipertanyakan

JERNIH – Pemain sering menghadapi denda dan larangan FIFA karena menampilkan pesan politik karena badan tersebut telah lama menyatakan kebijakan netralitas politik. Namun pada hari Jumat (5/12/2025), Presiden FIFA Gianni Infantino menyerahkan Hadiah Perdamaian atas nama organisasi sepak bola dunia itu pertama kali kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Kontradiksi ini langsung menjadi sasaran tembak. Craig Mokhiber, mantan pejabat PBB yang selama ini gencar mengkampanyekan penangguhan Israel dari sepak bola dunia atas konflik di Gaza, menyebut penghargaan kepada Trump ini sebagai “perkembangan yang benar-benar memalukan.”
Infantino, yang selalu menolak mengambil tindakan terhadap Israel dengan dalih sepak bola “tidak bisa menyelesaikan masalah geopolitik,” kini terlihat sangat selektif dalam menerapkan “netralitas”-nya.
“Tidak puas dengan dua tahun keterlibatan FIFA dalam genosida di Palestina, Infantino dan kroni-kroninya kini menciptakan ‘penghargaan perdamaian’ baru demi menjilat Donald Trump,” ungkap Mokhiber mengutip Al Jazeera.
Penghargaan itu, menurut Mokhiber, bertujuan untuk “mengaburkan” catatan Trump yang disgraceful, mulai dari dukungan penuhnya kepada Israel, serangan mematikan terhadap kapal-kapal di Laut Karibia, hingga dugaan pelanggaran HAM berat di dalam AS.
Saat menyerahkan hadiah “perdamaian” tersebut, Infantino tak tanggung-tanggung memuji Trump, terutama atas kesepakatan internasional seperti Abraham Accords—sebuah kesepakatan yang menciptakan hubungan formal antara Israel dan beberapa negara Arab tanpa menyelesaikan satu pun pertanyaan tentang Negara Palestina.
“Inilah yang kami inginkan dari seorang pemimpin: seorang pemimpin yang peduli pada rakyat. Tuan Presiden, Anda benar-benar pantas menerima FIFA Peace Prize pertama ini atas tindakan Anda, atas apa yang telah Anda raih dengan cara Anda, tapi Anda raih dengan cara yang luar biasa,” kata Gianni Infantino saat pidato penyerahan penghargaan itu.
Trump sendiri, yang sebelumnya gagal meraih Nobel Perdamaian tahun ini, menyebut pengakuan FIFA ini sebagai salah satu “kehormatan terbesar” yang ia terima. Ia kemudian mengulangi klaim legendarisnya bahwa kepresidenannya telah menyelamatkan jutaan nyawa dan mengakhiri delapan perang. Tentu saja, ia tak lupa menyindir Joe Biden, pendahulunya dari Partai Demokrat.
Puncak sarkasme datang dari komunitas sepak bola. Infantino sebelumnya pada tahun 2023 berkhotbah tentang perlunya “melindungi netralitas politik olahraga.” Namun dua tahun kemudian, ia menghadiahkannya kepada seorang Presiden yang beberapa hari sebelumnya sempat menyebut imigran dari Somalia sebagai “sampah”.
Wartawan Sepak Bola Zach Lowy di akun media sosialnya pun bereaksi keras. “Memberi Donald Trump hadiah untuk perdamaian adalah seperti memberi Luis Suarez hadiah karena tidak menggigit telinga orang,” sindirnya, merujuk pada striker Uruguay yang terkenal dengan insiden gigitan di lapangan.
Partai Demokrat AS pun ikut menyumbang kritik pedas di media sosial: “Trump tidak bisa memenangkan Nobel Perdamaian, jadi FIFA menciptakan satu untuknya.”
Hubungan mesra ini tidak mengejutkan. Infantino telah menjadi tamu rutin di Gedung Putih, dan AS akan menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia tahun depan. Nampaknya, FIFA telah menemukan bahwa netralitas politik bisa dikesampingkan, asalkan ada event besar dan privilege politik yang menanti.
Human Rights Watch menanggapi dengan pernyataan yang lebih serius namun tetap ironis: “Catatan hak asasi manusia pemerintahannya yang mengerikan tentu tidak menunjukkan ‘tindakan luar biasa untuk perdamaian dan persatuan’.”
Mokhiber menutup drama ini dengan desakan agar penghargaan “vulgar” ini dicabut. “Aturan FIFA tidak mengizinkan bermain di lapangan berlumpur. Mereka tentu tidak seharusnya bermain di lapangan berdarah. Tapi justru ke sanalah Infantino membawa FIFA,” tambahnya.






