Tips Membeli Mobil Listrik Bekas: Cara Cek Baterai EV, Servis, dan Harga Pasaran 2025

Panduan lengkap membeli mobil listrik bekas (EV) di 2025 — mulai dari cara cek kondisi baterai, garansi, fitur elektronik, hingga kisaran harga jual EV bekas seperti Hyundai Ioniq 5, Wuling Air EV, dan BYD Seal.
JERNIH – Pasar mobil listrik di Indonesia sedang bertumbuh dan kini pilihan mobil listrik bekas (EV bekas) makin banyak. Tapi, membeli EV bekas tidak sama seperti membeli mobil bensin biasa. Ada hal-hal penting yang harus Anda perhatikan — terutama soal baterai, riwayat servis, dan nilai jual kembali.
Berikut panduan lengkap yang bisa kamu jadikan acuan sebelum membeli mobil listrik bekas.
1. Perhatikan Kondisi Baterai — Jantungnya Mobil Listrik
Baterai adalah komponen paling mahal dan paling vital pada mobil listrik. Kalau baterai rusak, biaya penggantian bisa mencapai 30–45% dari harga mobil baru.
Beberapa hal yang wajib Anda cek:
SoH (State of Health): Angka ini menunjukkan kondisi kesehatan baterai. Idealnya, SoH masih di atas 80–85%.
SoH menunjukkan seberapa sehat baterai EV dibandingkan dengan kondisi saat baru keluar dari pabrik. SoH 100% = kapasitas penuh seperti baru. SoH 80% = kapasitasnya tinggal 80% dari semula (biasanya jarak tempuh juga berkurang sekitar 20%).

Produsen EV umumnya menganggap baterai masih “sehat” jika SoH ≥ 80%, dan baru dianggap butuh penggantian bila di bawah itu.
Untuk mencek akurasi SoH dapat dilakukan di bengkel atau dealer. Mereka punya alat diagnostik pabrikan (seperti GDS untuk Hyundai, iSmart untuk Wuling, BYD Diagnostic Tool, dll). Alat itu membaca langsung data dari Battery Management System (BMS) dan menampilkan: SoH (%), jumlah siklus pengisian (charging cycles), tegangan dan suhu tiap sel, riwayat fast charging / slow charging.
Biasanya pengecekan ini memakan waktu antara 15–30 menit dan bisa dikenakan biaya servis ringan (sekitar Rp100–300 ribu).
Riwayat pengisian: Tanyakan seberapa sering mobil di-charge cepat (fast charging). Terlalu sering fast charge bisa mempercepat degradasi baterai.
Suhu dan pendinginan: Pastikan sistem pendingin baterai berfungsi baik. Baterai yang sering panas bisa cepat rusak.
Garansi baterai: Banyak merek memberikan garansi 8 tahun atau batas kilometer tertentu. Pastikan garansi ini masih berlaku dan bisa dipindahkan ke pemilik baru.
Jika memungkinkan, gunakan alat diagnostik OBD untuk membaca data baterai: tegangan tiap sel, suhu, dan keseimbangan antar sel. Jangan ragu minta penjual menunjukkan data ini.
2. Cek Riwayat Servis dan Garansi
Sama seperti mobil konvensional, EV juga butuh perawatan rutin. Tapi bedanya, servis EV lebih banyak fokus ke perangkat elektronik dan sistem manajemen daya.

Pastikan Anda mendapatkan: buku servis lengkap dan asli, bukti servis resmi dari dealer atau bengkel terpercaya, garansi baterai dan motor listrik yang masih berlaku. Garansi ini penting karena jika terjadi kerusakan besar di luar garansi, biayanya bisa sangat tinggi.
3. Uji Fitur Elektronik dan Perangkat Lunak
Mobil listrik modern sangat bergantung pada sistem elektronik — dari layar infotainment hingga fitur keselamatan seperti ADAS (Advanced Driver Assistance System).
Untuk bagian ini Anda perlu melakukan pengecekan pada semua fitur berikut: Kamera dan sensor parkir, sistem pendingin (AC dan pendingin baterai), pengaturan regenerasi daya, dan update software terbaru.

Kadang, bug software atau sistem yang belum diperbarui bisa membuat kinerja mobil tidak optimal.
4. Tes Fisik dan Test Drive
Jangan tergiur hanya dari tampilan luar atau kilometer rendah. Lakukan pengecekan menyeluruh, termasuk: kondisi bodi, kolong, dan kaki-kaki, tanda-tanda kebocoran atau bekas banjir, kualitas suspensi, rem, dan sistem setir.
Setelah itu, lakukan test drive di berbagai kondisi jalan — tanjakan, turunan, jalan tol, dan macet. Amati apakah tenaga mobil menurun, indikator daya baterai berkurang cepat, atau ada suara aneh.

MEWASPADAI RISIKO UMUM EV BEKAS
Sebelum membeli, pahami juga risiko yang sering ditemui di pasar EV bekas:
- Degradasi baterai lebih cepat karena pemakaian atau pengisian yang salah.
- Nilai jual kembali turun cepat, bisa mencapai 30–50% hanya dalam 1–3 tahun.
- Fitur cepat usang, karena teknologi EV terus berkembang.
- Ketersediaan servis dan suku cadang masih terbatas di beberapa daerah.
KISARAN HARGA MOBIL LISTRIK BEKAS
Harga EV bekas bervariasi tergantung merek, kondisi baterai, dan tahun produksi. Sebagai contoh untuk Hyundai Ioniq 5 (harga baru Rp 800–850 juta) untuk sekennya seharga Rp 400–600 juta alias mengalami depresiasi 40–50%.
Lalu, BYD Seal Premium yang barunya dilego antara Rp 629–719 juta sedang harga seken di kisaran Rp 480–500 juta atau terdepresiasi sebear 20–25%.
Di kelas entry, sebagai contoh Wuling Air EV yang dijual rata-rata untuk baru sebesar Rp 184 juta, dan versi bekasnya sebesar Rp 130–170 juta (depresiasi 20–30%).
EV dengan baterai sehat dan masih bergaransi panjang tetap punya nilai jual tinggi, tapi depresiasi tetap lebih cepat dibanding mobil bensin.(*)
BACA JUGA: 4 Mobil Listrik (EV) Baru Harga di Bawah Rp 200 Juta