Waduh! UKM Indonesia Jadi Sasaran Penjahat Siber
![](https://jernih.co/wp-content/uploads/ilustrasi-hacker-3.jpg)
Jakarta – Teknologi anti-phishing terpicu lebih dari 800 ribu kali pada periode Januari hingga Maret, menunjukkan Usaha kecil dan menengah membutuhkan kemampuan keamanan lebih baik karena penerapan kerja jarak jauh yang masih terus berlanjut
Berdasarkan statistik terbaru dari Kaspersky, tiga bulan pertama di tahun 2020 terbukti menjadi waktu yang sibuk bagi pelaku kejahatan siber menargetkan bisnis kecil dan menengah (UKM) di kawasan Asia Tenggara (SEA). Sistem Anti-Phishing perusahaan keamanan siber global mencegah sebanyak 834.993 upaya phishing terhadap perusahaan dengan 50-250 karyawan, ini merupakan kenaikan 56% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan lebih dari 500 ribu upaya diblokir.
Peringkat organisasi yang ditargetkan oleh serangan phishing didasarkan pada pemicu komponen heuristik dalam sistem Anti-Phishing pada komputer pengguna. Komponen ini mendeteksi seluruh aktivitas saat pengguna mencoba mengikuti tautan di internet atau dalam surel ke laman phishing jika tautan tersebut belum ditambahkan ke basis data Kaspersky. Statistik yang disebutkan dianalisis dari solusi Kaspersky untuk UKM yang beroperasi dengan Windows, Mac OS, dan Linux.
“Situasi finansial diiringi dengan kebutuhan mendesak untuk dapat beradaptasi dengan sistem kerja jarak jauh yang dipaksakan tanpa persiapan mumpuni nyatanya telah menempatkan keamanan TI UKM di posisi yang sulit. Pada saat yang sama, para pelaku kejahatan siber secara tidak etis menunggangi kekacauan seperti ini untuk meningkatkan tingkat keberhasilan serangan mereka melalui taktik rekayasa sosial seperti phishing. Data menunjukkan upaya demikian mengalami peningkatan karena kami menemukan dan mencegah upaya phishing lebih banyak di tahun ini daripada pada 2019 lalu,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Phishing adalah salah satu jenis serangan rekayasa sosial yang paling fleksibel, karena dapat disamarkan dengan banyak cara dan digunakan untuk tujuan yang berbeda. Serangan rekayasa sosial, atau tipu daya pikiran, mengeksploitasi emosi manusia untuk menipu para pengguna online. Para pelaku kejahatan siber juga memasukkan topik dan “frasa terkini” terkait dengan COVID-19 ke dalam konten mereka, meningkatkan peluang untuk tautan yang terinfeksi atau lampiran berbahaya dibuka.
Kerusakan kejahatan daring ini berkisar dari peretasan jaringan perusahaan hingga pencurian data konfidensial seperti informasi pengenal pribadi (personally identifiable information), kredensial keuangan, dan bahkan rahasia perusahaan. Selain itu, diketahui bahwa serangan phishing, khususnya yang memiliki tautan atau lampiran berbahaya, secara populer digunakan sebagai landasan peluncuran untuk serangan yang ditargetkan pada organisasi, seperti kasus Bangladesh Bank Heist senilai $ 81 juta.
Dalam hal statistik per negara, keenam negara di Asia Tenggara masuk ke dalam daftar peningkatan jumlah email palsu yang diblokir oleh Kaspersky pada Q1 2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Negara Q1 2020 Q1 2019
Indonesia 192,591 158,492
Malaysia 132,106 90,825
Philippines 76,478 29,677
Singapore 44,912 30,410
Thailand 144,243 107,284
Vietnam 244,663 116,945
“UKM nyatanya membentuk tulang punggung pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara, sektor ini telah memberikan kontribusi yang sangat besar pada produk domestik bruto dan lapangan pekerjaan. Jelas bahwa pemerintah di wilayah Asia Tenggara menyadari hal tersebut karena masing-masing telah merumuskan cara yang berbeda untuk membantu sektor UKM selama periode yang menantang ini. Peran kami saat ini adalah menawarkan solusi pilihan secara gratis untuk membantu UKM dan bahkan industri kesehatan menangkal meningkatnya serangan siber terhadap mereka.” tambah Yeo.
Para ahli Kaspersky juga menyarankan langkah-langkah berikut untuk UKM agar tidak terjebak oleh pelaku kejahatan siber melalui phishing:
1. Mengedukasi karyawan tentang dasar-dasar keamanan siber. Misalnya, tidak membuka atau menyimpan file dari email atau situs web yang tidak dikenal karena dapat membahayakan seluruh perusahaan, atau tidak menggunakan detail pribadi apa pun dalam kata sandi mereka. Untuk memastikan kata sandi kuat, staf tidak boleh menggunakan nama, tanggal lahir, alamat jalan dan informasi pribadi lainnya.
2. Secara teratur mengingatkan staf tentang cara menangani data sensitif, misalnya, hanya menyimpannya di layanan cloud tepercaya dengan autentikasi untuk akses dan tidak boleh dibagikan pada pihak ketiga yang tidak dipercaya.
3. Menegakkan penggunaan perangkat lunak yang sah, diunduh dari sumber resmi.
4. Membuat cadangan data penting dan memperbarui peralatan serta aplikasi TI secara teratur untuk menghindari kerentanan yang tidak ditambal yang dapat menyebabkan pelanggaran. [*]