Moron

Cucu Pendiri Samsung di Balik Sukses Parasite

Seoul — Mungkin sesuatu yang wajar jika euphoria sukses Parasite masih berlangsung di Korea Selatan. Publik Korsel belum bosan membicarakan keberhasilan film itu menaklukan Hollywood, menjadi film asing pertama dalam sejarah yang memenangkan Oscar.

Parasite, komedi kelam tentang pembagian kekayaan dan kelas, dibuat dengan biaya 11 juta dolar AS, atau Rp 151 miliar oleh Barunson Entertainment & Arts Corp. Pesaing Parasite dalam perebutan Oscar tahun ini dibuat masing-masing dengan biaya sembilan kali lipat.

Bagi publik Korsel, kemenangan Parasite adalah momen penting bagi industri hiburan, dan membentuk kunci soft power setelah K-Pop dan Drama Korea (Drakor). Lebih penting lagi, Parasite menjadi alasan bagi Korsel untuk berpaing dari industri yang berfokus pada manufaktur ke produk budaya.

Industri manufaktur mengeluarkan Korsel dari reruntuhan Perang Korea, dan menyulap negeri itu sejajar dengan Jepang — rival abadinya. Kini, sebagai kekuatan budaya, Korsel menempatkan diri di depan Jepang lewat kemenangan Parasite. 

Parasite juga sukses secara komersil. Sejauh ini film telah maraup 165 juta dolar AS, atau Rp 2,2 triliun, dan diperkirakan terus mendulang penghasilan karena akan dirilis ulang di AS.

Tahun 2017, Moonlight — film yang dibuat dengan biaya 4 juta dolar AS — meraup 65 juta dolar AS setelah dinyatakan sebagai pemenang Academy Awards dan diputar ulang di biosko-bioskop AS.

Evolusi

Dalam satu dekade terakhir dunia menyaksikan bagaimana Korsel berevolusi untuk menjadi entertainment powerhouse. Boy Band datang dan pergi silih berganti, dan semuanya laris manis.

Saat ini, BTS melanjutkan kekuatan global genre musik K-Pop. Industri televisi bertanggung jawab atas gelombang Drakor untuk mencapai status kultus di sekujur Asia. Drakor menembus Cina, pasar sangat luas tapi sulit ditembus.

Di YouTube, Baby Shark — yang menargetkan pennon anak-anak —membuat industri higuran Korsel memperoleh pijakan di masa depan. Situasi ini diperkaya oleh kreativitas Korsel dalam pembuatan konten.

Namun, apakah industri film Korsel benar-benar telah menjadi raksasa?

Tidak. Data Korea Creative Content Agency menunjukan industri film Korsel masih menghasilkan sekitar dua miliar dolar AS. Namun Kim Young-ho, juru bicara Dewan Film Korea, mengatakan; “Pencapaian Parasite akan menjadi titik balik bagi film Korea untuk tumbuh secara global.”

Parasite bercerita tentang pengangguran dari keluarga kaya, yang berusaha mendapatkan akses ke hal-hal yang mereka tidak mampu. Film ini seakan sebuah potret masyarakat elite Korsel, yang sedemikian kaya berkat orang tua mereka, namun bingung mengelola kekayaan yang diwariskan.

Film meraih empat penghargaan; penyutradaraan terbaik, skenario asli terbaik, film berbahasa asing terbaik, dan film dengan gambar terbaik.

“Kemenangan Parasite akan meningkatkan perhatian global pada konten Korea,” kata Sang Woung-han, analis Eugene Investments & Securities. “Korea tidak hanya Drakor dan musik K-Pop, tapi juga film.”

Cucu Pendiri Samsung

Kepada siapa pujian harus diberikan atas sukses Parasite?

Sebagian eksekutif industri lebih suka memuji Miky Lee, wakil ketua CJ Group — penyedia program dan film TV terbesar di Korea Selatan. CJ Group juga bergerak di industri makanan dan layanan belanja rumah.

CJ ENM, anak perusahaan CJ Group, mengatakan akan terus membantu film-film Korea menembus pasar global.

Lee, lelaki berusia 55 tahun dan cucu pendiri Samsung Group, adalah promotor tanpa henti sutradara Bong Joon-ho. Ia juga memberi kesempatan sutradara lain memproduksi film.

Jeon Chanil, kritikus senior film Korea, mengatakan Parasite memenangkan gambar terbaik karena film itu menyampaikan isu universal tentang polarirasi ekonomi.

Dua film Bong Joon-ho sebelumnya; Snowpiercer dan Okja, gagal box office di AS tapi kini menjadi film paling populer di Netflix. Jadi, wajar jika Bong mengatakan tidak berpikir akan memenangkan Academy Awards.

Miky Lee, yang tak lelah mendukung orang-orang kreatif, memang harus mendapat pujian. Ia kini menyaksikan salah satu orang yang didukungnya mengubah Korsel menjadi kekuatan budaya.

Korea bukan lagi Samsung, LG, Daewoo, dan KIA, tapi produk entertainment bernilai tinggi.

Back to top button