Evo Morales: Dulu Dicinta, Kini Terusir
La Paz — Tahun 2006, saat memenangkan pemilu presiden 2005, Evo Morales dipuja setinggi langit sebagai pemimpin merakyat dan jutaan orang ‘terlena’ dengan janji-janjinya. Kemarin, orang Indian pertama yang memimpin Bolivia itu melarikan diri ke Meksico.
“Sungguh menyakitkan meninggalkan negeri negara sendiri dengan alasan politik,” kata Juan Evo Morales Ayma, nama lengkap Evo Morales, di Twitter-nya. “Saya akan kembali sebagai orang lebih kuat dan berenergi.”
Morales mengundurkan diri, Senin 11 November 2019 menyusul protes massa atas sengketa pemilu presiden. Bolivia mengalami kekosongan kekuasaan, karena siapa pun penggantinya hanya membuat situasi tidak jelas.
Lawan-lawan politik Morales memblokir jalan di depan gedung Kongres dan istana kepresidenan. Polisi mengimbau warga tidak keluar rumah, karena tentara dan polisi bersatu mencegah eskalasi kekerasan.
Meksiko menawarkan suaka kepada Morales, ketika kerusuhan kian membesar. Langkah politik Meksiko membuat negeri ini semakin mapan sebagai pelindung pemimpin sayap kiri Amerika Latin.
Marcelo Ebrard, menteri luar negeri Meksiko, mengatakan keputusan menawarkan suaka kepada Morales adalah tradisi lama untuk melindungi orang buangan.
Diplomat papan atas Meksiko mengatakan pesawat yang membawa Morales dari La Paz ke Meksiko lepas landas, Selasa 12 November. Morales, saat berada di pesawat, secara resmi berada di bawah perlindungan Meksiko.
Morales terpilih sebagai presiden Bolivia tahun 2005, dengan meraup 54 persen suara. Ia menjadi presiden pertama Bolivia dari etnis Indian. Ia asli orang Indian. Ia juga menjadi presiden Bolivia pertama sejak 1982, yang memenangkan mayoritas suara.
Usai disumpah sebagai presiden, Morales mengumbar janji; mengurangi kemiskinan, mengurangi pembatasan petani koka (bahan dasar kokain), meremajakan kembali sektor energi, memerangi korupsi, meningkatkan pajak orang kaya.
Ia mendukung gagasan penulisan ulang konstitusi negara, untuk menjamin hak-hak penduduk asli Bolivia. Menasionaliasi ladang gas dan minyak, dan menandatangani UU Reformasi Tanah yang sarat kontroversi.
Dalam UU Reformasi Tanah terdapat seruan untuk merampas tanah tak produktif dan membagikannya ke rakyat miskin. Morales dipujia setinggi langit oleh rakyatnya.
Empat provinsi kaya di Bolivia menolak reformasi tanah Morales, dan menyerukan otonomi daerah. Lawan-lawan politik Morales menginginkan referendum di empat propinsi kaya, tapi ditolak.
Muncul aksi protes yang berujung kekerasan di banyak tempat di Bolivia. Tahun 2008 Morales menggelar referendum untuk mengetahui apakah rakyat masih menginginkannya. Sebanyak 70 persen rakyat Bolivia menghendaki Morales melanjutkan masa tugasnya.
Tahun 2015 ekonomi Bolivia menurun sebagai akibat penurunan harga minyak. Morales gagal mendiversifikasi ekonomi negaranya, tidak mampu keluar dari keteragantungan terhadap minyak.
Alih-alih memerangi korupsi, Morales justru berada di pusaran skandal korupsi yang melibatkan mantan pacar-nya. Sang mantan pacara diketahui menerima 500 juta dolar AS dari perusahaan Cina yang mendapat kontrak tanpa penawaran dari pemerintah Bolivia.
Morales membantah terlibat dalam skandal itu, tapi publik mulai tidak percaya dengan janji-janjinya. Dalam referendum 2016, untuk perubahan konstitusional yang memungkinkan Morales mencalonkan diri lagi sebagai presiden tahun 2019, sebanyak 51 persen rakyat Bolivia menolak.
Namun, Morales tetap maju sebagai dalon presiden Bolivia pada pemilu 2019. Ia menang, tapi belakangan pengamai internasional menemukan bukti kecurangan Morales.
Morales kini diusir rakyatya.