Banyak Non Lansia Alami KIPI Pasca Vaksinasi Astrazeneca
KIPI yang terjadi berupai gatal-gatal, kemerahan, nyeri di tempat suntik, yang kemudian dapat hilang tanpa membutuhkan pengobatan serius.
JERNIH-Hingga saat ini efek vaksin Corona dari AstraZeneca lebih banyak ditemukan pada penerima vaksinasi usia 18-59 tahun dibandingkan warga lanjut usia (lansia) atau 60 tahun ke atas.
Kata Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Hindra Irawan Satari, pada Kamis (20/5/2021). Namun Hindra tak memerinci persentase jumlah KIPI per kelompok usai tersebut.
“Di kita kebanyakan non-lansia KIPI-nya meskipun KIPI ringan. Tapi jumlah vaksinasi AstraZeneca di kita masih ratusan ribu. Kalau di Eropa sudah 30 juta di India sudah 150 juta, jadi data mereka lebih proporsional,” kata Komnas
Menurut Hindra, KIPI terhadap golongan non-lansia juga dialami di berbagai negara pengguna vaksin AstraZeneca.
Dalam berbagai laporan KIPI AstraZeneca yang terjadi masih sebatas KIPI jenis ringan seperti gatal-gatal, kemerahan, nyeri di tempat suntik, yang kemudian dapat hilang tanpa membutuhkan pengobatan serius.
Komnas KIPI bersama Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kini tengah mengevaluasi dampak KIPI dan mengkaji segmentasi usia penerima vaksin AstraZeneca di Indonesia.
Tindakan ini diambil mengingay banyak laporan di berbagai negara tentang terjadinya KIPI perupa pembekuan darah (Blod Clot) pada penerima vaksin AstraZeneca terutama usia non lansia.
Hingga kini Badan Kesehatan Dunia (WHO) masih merekomendasikan penggunaan vaksin AstraZeneca meski diketahui mempunyai resiko pembekuan darah. Penggunaan AstraZeneca karena dinilai manfaat vaksin tersebut lebih besar.
“Kalau KIPI AstraZeneca [non-lansia] global juga kelihatan, grafik barnya kelihatan,” kata dia.
Namun Hindra menyebut jika temuan KIPI yang banyak didominasi usia non-lansia di Indonesia itu masih data sementara mengingat jumlah yang mendapat vaksin AstraZeneca masih belum banya. Sehingga bisa jadi data tersebut berubah jika data subjek yang diterima semakin banyak.
“Tapi saya ulangi data vaksinasi AstraZeneca kira masih ratusan ribu dosis, kalau Eropa sudah 30 juta mungkin datanya bisa lebih valid dari data kita yang baru awal-awal vaksin,”. (tvl)