Berjemur Terlalu Lama, Awas Terkena Heatstroke
![](https://jernih.co/wp-content/uploads/ilustrasi-berjemur-iStock.jpg)
Jakarta – Berjemur menjadi aktivitas yang sering dilakukan warga saat ini. Apalagi saat pandemi Covid-19, berjemur di matahari pagi dipercaya berefek positif bagi tubuh. Namun ada bahaya berjemur yang mengintai yang disebut Heatstroke.
Heatstroke adalah kondisi ketika tubuh mengalami peningkatan suhu secara drastis hingga mencapai 40 derajat Celcius atau bahkan lebih. Heatstroke biasanya terjadi saat seseorang menerima paparan suhu panas dari lingkungan sekitar di luar batas toleransi tubuhnya, misalnya saat cuaca sedang sangat terik.
HeatStroke dapat menyebabkan kerusakan permanen pada tubuh Anda sehingga sangat penting untuk menghindari kontak langsung dengan sinar matahari. Satu tanda peringatan Anda terkena heatstroke dapat dilihat setelah 30 menit beristirahat di tempat yang dingin.
Setelah berbulan-bulan berhibernasi, langkah-langkah pembatasan sosial akhirnya mereda, mendorong gerombolan penyembah matahari untuk pergi ke tempat-tempat umum. Panas sinar matahari sangat menggoda.
Paparan sinar matahari yang berkepanjangan mempertinggi risiko terkena serangan panas. Menurut Mayo Clinic, ambang untuk mengembangkan sengatan panas adalah suhu tubuh Anda naik hingga 40 derajat Celcius atau lebih tinggi.
Seperti yang dijelaskan oleh National Health Service (NHS) Inggris, kelelahan panas adalah prekursor dari stroke panas. Tanda-tanda kelelahan panas termasuk, sakit kepala, pusing dan kebingungan, kehilangan nafsu makan dan merasa mual, keringat berlebih dan pucat, kulit lembab, kram di lengan, kaki, dan perut, napas atau nadi cepat, temperatur 38C atau lebih serta menjadi sangat haus
“Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda kelelahan panas, mereka harus didinginkan,” saran badan kesehatan. Namun, jika Anda menunjukkan tanda-tanda heatstroke, perhatian medis segera diperlukan. [*]