HET Migor Dicabut Pengusaha Mau Jadi Binatang Ekonomi Atau …

“Kita lihat dan tunggu saja. Jangan-jangan merekalah sebenarnya yang telah menjadi the real terrorist di negeri ini. Tapi kita berharap mudah-mudahan tidak demikian halnya,” kata dia.
JERNIH-Fix, rakyat kebanyakan harus mengetatkan lagi pengeluarannya yang sudah cekak, setelah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyatakan kalau harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng diserahkan pada kemauan mekanisme pasar. Tentu saja, ini pukulan telak ke ulu hati masyarakat di Indonesia yang tengah menyongsong datangnya bulan suci Ramadhan.
Kebijakan itu, mendapat kritik pedas dari Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Anwar Abas yang menilai langkah tersebut bakal mempersulit masyarakat kecil. Sebab jika mengikuti kemauan pasar, dipastikan harganya bakal semakin mahal.
Anwar memprediksi, dalam jangka waktu beberapa minggu atau sekian bulan mendatang, harga minyak goreng bakal melonjak makin tinggi sebab pasokan akan lebih rendah ketimbang permintaan.
“Hal tersebut tentu jelas-jelas akan sangat memukul kehidupan rakyat kecil,” kata Anwar.
Mengutip CNN Indonesia, dengan kebijakan yang sudah dikeluarkan secara resmi oleh anak buah Presiden Jokowi, nasionalisme para pengusaha di Indonesia ada di dua pilihan yakni, akan menjadi binatang ekonomi atau malah memilih sebagai pengusaha yang Pancasilais.
“Kita lihat dan tunggu saja. Jangan-jangan merekalah sebenarnya yang telah menjadi the real terrorist di negeri ini. Tapi kita berharap mudah-mudahan tidak demikian halnya,” kata dia.
Anwar juga menyinggung para pengusaha sawit di Indonesia yang pernah mengalami masalah di kancah internasional. Waktu itu, pemerintah buru-buru turun tangan agar ekspor ke luar negeri bisa berjalan lancar. Namun, giliran masyarakat tercekik untuk membeli minyak goreng, mereka tak mamu membantu pemerintah menjaga harga dan pasokan di pasar seantero negeri.
“Malah mereka terlihat sibuk menangguk keuntungan dengan memanfaatkan peluang bagi mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan mengabaikan dan melanggar ketentuan yang ada,” kata dia.
Tentu, lagi-lagi, rakyat kebanyakan yang disusahkan. Sementara Kapolri, terpaksa berbicara keras kepada para pengusaha dengan meminta para Kapolda melakukan pengawasan ketat.
Kini, imbas dari kebijakan itu mulai terjadi. Beberapa pemberitaan menyebut salah satu supermarket di bilangan Setiabudi, Jakarta, menjual minyak goreng kemasan premium dua liter seharga Rp43.900 hingga Rp44 ribu. Bahkan, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menilai penghapusan HET minyak goreng kemasan membuat harganya dapat menyentuh level Rp25 ribu per liter.[]