Klaim Menkeu Soal Sukses Pendapatan Pajak Ditepis Pengamat Ekonomi

Sebagaimana Tere Liye, Gede Sandra menganggap kesimpulan Menkeu Sri Mulyani terlalu lebay dan bombastis. Seharusnya, kata Gede, Menkeu Sri Mulyani menjelaskan bahwa memang target penerimaan pajak tahun 2021 ini sangat rendah, yakni hanya pada angka Rp 1.229 triliun. Dengan begitu wajar bila tercapai realisasi 100 persen.
JERNIH—Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang mengatakan bahwa penerimaan pajak per 26 Desember 2021 melebihi target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021, tidak hanya dikritik akuntan sekaligus novelis Tere Liye. Pengamat ekonomi Gede Sandra bahkan menyatakan, realisasi pajak tahun 2021 jauh lebih buruk dari tahun sebelumnya.
Sebelumnya, Menkeu Sri menyatakan, pendapatan pajak 2021 yang mencapai Rp1.231,87 triliun menorehkan sejarah karena mencapai realisasi 100 persen.
“Tidak setuju kalau dibilang penerimaan pajak tahun 2021 ini saat yang bersejarah,” kata Gede Sandra melalui pernyataan pers. “Faktanya realisasi penerimaan pajak tahun 2021 ini jauh lebih buruk dari realisasi penerimaan pajak tahun-tahun sebelumnya.”
Gede membeberkan data realisasi pajak dalam era Presiden Joko Widodo. Pada tahun 2016 pendapatan pajak mencapai Rp 1.283 triliun, pada 2018 mencapai Rp 1.315 triliun, dan pada 2019 tercatat Rp 1.332 triliun. Apalagi, kata Gede, rasio penerimaan pajak terhadap PDB tahun 2021 ini hanya 7,7 persen, termasuk yang terburuk dalam sejarah Indonesia.
“Artinya, kalau dibilang tahun 2021 tahun yang bersejarah karena tax ratio yang terburuk dalam sejarah, itu saya setuju,” kata Gede, tegas.
Sebagaimana Terel Liye, Gede menganggap kesimpulan Menkeu Sri Mulyani terlalu lebay dan bombastis. Seharusnya, kata Gede, Menkeu Sri Mulyani menjelaskan bahwa memang target penerimaan pajak tahun 2021 ini sangat rendah, yakni hanya pada angka Rp 1.229 triliun. Dengan begitu wajar bila tercapai realisasi 100 persen. Ia meminta untuk membandingkan dengan dengan target-target penerimaan pajak tahun sebelumnya, yakni pada 2015 sebesar Rp 1.294 triliun; 2016 sebesar Rp 1.539 triliun; 2017 sebanyak Rp1.283 triliun; 2018 ditargetkan Rp 1.424 triliun; dan 2019 yang mematok Rp 1.577 triliun.
Padahal berdasarkan ukuran ekonomi, PDB tahun 2021 yakni Rp 15.974 triliun (estimasi) lebih besar dari tahun-tahun tersebut, yakni 2015 sebesar Rp 11.540 triliun; 2016 sebesar Rp 12.406 triliun; 2017 sebesar Rp 13.588 triliun; 2018 sebesar Rp 14.837 triliun; dan 2019 sebesar Rp 15.833 triliun.
“Jadi mungkin saja ini semua hanya akal-akalan Bu Menkeu agar selamat dari reshuffle terdekat. Maka sengaja dipasanglah oleh beliau target yang terlalu rendah itu,”kata Gede yang tak luput menambahkan emoji tertawa.
Sebelumnya, Senin (27/12) lalu Menkeu Sri Mulyani melaporkan bahwa realisasi penerimaan pajak tahun ini telah mencapai 100 persen, sekaligus dengan itu Indonesia telah mencatatkan sejarah.
“Hari ini adalah hari yang bersejarah. Di tengah pandemi Covid-19, di saat pemulihan ekonomi masih berlangsung, anda mampu mencapai target 100 persen bahkan sebelum tutup tahun. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas kerja Anda semua yang luar biasa…..”[ ]