In Memoriam Marsekal Muda TNI Wahyu Hidayat Sudjatmiko

Mantan komandan Paspampres era terakhir Jokowi. Kenyang pengalaman sebagai pasukan elit di Komando Pasukan Gerak Cepat TNI AU. Marsma Wahyu Hidayat meninggal di usia masih produktif.
JERNIH – Minggu pagi, 19 Oktober 2025, kabar duka menyelimuti jajaran TNI. Marsekal Muda TNI Wahyu Hidayat Sudjatmiko wafat di Rumah Sakit Mayapada Halim Perdanakusuma, Jakarta, setelah menjalani perawatan akibat sakit. Kepergiannya di usia 54 tahun menjadi kehilangan besar, tidak hanya bagi keluarga besar TNI AU dan Paspampres, tetapi juga bagi bangsa yang ia jaga dengan penuh kesetiaan. Jenazahnya disemayamkan di rumah dinas Kompleks Halim Perdanakusuma, lalu dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Bahagia TNI AU Jatisari, Bekasi.
Marsekal Muda TNI Wahyu Hidayat Sudjatmiko adalah salah satu sosok penting dalam tubuh Tentara Nasional Indonesia yang mengukir jejak panjang pengabdian di langit dan darat, di antara disiplin pasukan udara dan kehormatan pasukan pengamanan presiden.
Ia lahir di Jakarta pada 16 September 1971 dan menempuh pendidikan menengah di SMA Negeri 67 Jakarta. Sejak muda, ia dikenal tekun, disiplin, dan memiliki tekad kuat untuk mengabdi pada negara. Tekad itu menuntunnya menuju Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, tempat ia menempuh pendidikan militer dan lulus sebagai bagian dari angkatan tahun 1993. Dari sanalah karier panjangnya di TNI Angkatan Udara bermula.
Komando Pasukan Gerak Cepat
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar keprajuritan, Wahyu Hidayat memilih jalan yang menantang dengan bergabung ke Korps Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat), satuan elit yang dikenal memiliki kemampuan udara dan komando setara pasukan khusus.

Di lingkungan inilah karakter kepemimpinannya ditempa — tegas, disiplin, dan berani mengambil keputusan dalam situasi paling kritis. Selama tiga dekade pengabdiannya, ia menapaki berbagai posisi strategis di tubuh TNI AU dan lintas satuan, menunjukkan dedikasi yang jarang ditemui pada sosok yang begitu rendah hati.
Karier militernya diawali dengan kepercayaan sebagai Komandan Batalyon Komando 462/Paskhas pada tahun 2006. Dua tahun kemudian, ia dipercaya memimpin Skadron Udara Karbol I Wingkar Akademi Angkatan Udara. Pada tahun 2010, Wahyu Hidayat memasuki lingkungan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) sebagai Komandan Detasemen 3 Grup A, satu posisi yang langsung menempatkannya dalam lingkaran keamanan kepala negara.
Kepiawaiannya membuatnya dipercaya memegang sejumlah jabatan penting lain: Asisten Operasi Korpaskhas pada 2014 hingga 2015, Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Paskhas pada 2015–2016, dan Asisten Perencanaan Korpaskhas pada 2018–2021.
Pasukan Pengamanan Presiden
Rekam jejaknya semakin menonjol ketika pada 2021 ia diangkat sebagai Wakil Komandan Paspampres. Setahun kemudian, pada 27 Juni 2022, ia dilantik sebagai Komandan Paspampres (Danpaspampres) oleh Panglima TNI.
Pengangkatan ini menjadi catatan sejarah penting karena Wahyu Hidayat adalah perwira TNI Angkatan Udara pertama yang memimpin satuan elit lintas matra yang selama puluhan tahun hampir selalu dipimpin perwira TNI Angkatan Darat. Penunjukan itu menegaskan kepercayaan dan penghargaan institusi terhadap profesionalismenya serta simbol integrasi antarmatra dalam tubuh TNI.

Sebagai Danpaspampres, Wahyu Hidayat dikenal membangun semangat disiplin dan loyalitas tinggi dalam kesatuan pengamanan VVIP. Ia menekankan bahwa pengamanan presiden bukan hanya tugas militer, melainkan bentuk kehormatan tertinggi seorang prajurit.
Di bawah kepemimpinannya, pasukan menjaga citra profesional dan tangguh di berbagai momentum kenegaraan, termasuk kunjungan kepala negara asing dan agenda resmi Presiden Republik Indonesia. Salah satu perwira yang pernah bertugas di bawah komandonya mengenang, “Pak Wahyu bukan hanya seorang komandan, tapi juga sosok ayah bagi prajuritnya. Ia mengajarkan bahwa menjaga presiden berarti menjaga wajah bangsa di mata dunia.”
Staf Ahli Intelijen Mabes TNI
Setelah masa tugasnya di Paspampres berakhir pada 2023, Wahyu Hidayat kembali ke matra udara sebagai Komandan Kopasgat. Di posisi ini, ia memperkuat integrasi antara kemampuan udara dan operasi darat pasukan elit baret jingga itu. Ia memperjuangkan modernisasi latihan dan peralatan Kopasgat agar mampu bersaing dengan pasukan elite dunia. Pada pertengahan 2024, ia kemudian diangkat menjadi Perwira Staf Ahli Tingkat III Bidang Intelijen Kemiliteran dan Siber di Markas Besar TNI — posisi yang menunjukkan pengakuan atas pemikiran strategis dan pengalamannya dalam operasi lintas satuan.
Selama perjalanan kariernya, Wahyu Hidayat menerima berbagai tanda kehormatan atas pengabdian dan kesetiaannya. Ia dianugerahi Satyalancana Kesetiaan, Satyalancana Dharma Nusa, Satyalancana Wira Dharma, dan beberapa penghargaan operasi TNI lainnya.
Sebagai pemimpin, ia dikenal lugas namun bijaksana. Ia tidak segan turun langsung ke lapangan, berbicara dengan para prajurit, atau ikut dalam latihan meski berpangkat tinggi. Di mata bawahannya, ia adalah sosok yang memimpin dengan teladan, bukan hanya perintah. Rekan-rekan seangkatannya di TNI AU menggambarkannya sebagai perwira yang menolak kemewahan jabatan dan tetap sederhana, meski berada di posisi teratas.(*)
BACA JUGA: HUT TNI Ke-80: Ini 10 Alutsista Termutakhir yang Siap Menjaga Kedaulatan Indonesia




