POTPOURRI

Akibat Pandemi Covid-19, Penggilingan Gandum Kuno Tahun 1016 Kembali Berproduksi

DORSET – Sebuah pabrik penggilingan tepung kuno yang kini menjadi situs bangunan cagar budaya diaktifkan kembali memprodusi tepung guna memenuhi permintaan warga yang meningkat selama pandemi Covid-19.   Pabrik tepung tersebut bernama Sturminster Newton Mill, terletak tidak jauh dari  kota Sturminster Newton.

Sturminster Newton adalah sebuah kota kecil dan paroki sipil di daerah Blackmore Vale di Dorset, Inggris. Paroki sipil dikenal di Inggris dan Irlandia sebagai wilayah tingkat terendah dari pemerintah daerah, di bawah dewan distrik dan provinsi.

Kota Sturminster Newton berdiri di punggung batu kapur rendah  yang dilalui  Sungai Stour dan terletak di tengah-tengah wilayah pertanian yang luas. Kota itu adalah rumah bagi   penyair Thomas Hardy dan penulis William Barnes.

Pabrik kuno Sturminster Newton Mill  berada tepat di tepi Sungai Stour yang memeiliki pemandangan yang indah. Dorset Echo melaporkan bahwa bangunan pabrik yang  asli dibangun pada  periode Anglo-Saxon sekitar 1016 M. Menurut Doomsday Book, pabrik tersebut salah satu dari 6000 pabrik tepung di kerajaan Inggris.

Doomsday Book adalah manuskrip kuno berisi catatan survey wilayah-wilayah Ingris yang ditulis  pada 1086 M atas perintah Raja William Sang Penakluk. Domesday menyebutkan total 13.418 tempat, baik pedesaan maupun perkotaan. Manuskrip itu juga menyebutkan lebih dari sepuluh persen populasi Inggris pada 1086 adalah budak

Pabrik  Sturminster Newton Mill  pertama kali dibangun sebagai bagian dari perkebunan Dorset milik Glastonbury Abbey, sebelum terjadi penaklukan Norman 1066-1075 M. Namun, bangunan yang sekarang adalah hasil pembangunan di abad ke-18 M.

Glastonbury Abbey adalah biara yang didirikan pada abad ke-7 dan diperluas pada abad ke-10 M  dan menjadi satu biara terkaya dan paling kuat di Inggris yang memiliki kuasa terhadap traktat tanah di sekitarnya dan berperan penting dalam proyek drainase utama di Somerset.

Penggilingan tepung Sturminster Newton Mill  pengsiun tahun 1970. Untuk menggerakan penggilingannya menggunakan tekhnologi kuno kincir air yang merupakan sumber tenaga utama di abad pertengahan, sebelum revolusi Industri. Hebatnya ternyata masih berfungsi.

Penulis sohor Thomas Hardy tinggal tidak jauh dari pabrik itu. Pemandangan yang indah di sekitar pabrik mengilhaminnya menulis dua puisi klasik berjudul Overlooking the River Stour dan On Sturminster Footbridge. Puisi terakhir mengisahkan jembatan kuno di belakang pabrik yang membentang di Sungai Stour.

Seperti halnya pabrik-pabrik lainnya yang bangkrut, Sturminster Newton Mill berhenti produksi pada tahun 1970 karena persaingan. Pete Loosmore kemudian memulihkan pabrik tua itu sekitar 26 tahun yang lalu dan berkat upayanya sekarang menjadi situs warisan sejarah yang diawasi oleh National Trust.

kakeknya Loosmore dulunya adalah tukang giling di sini. Loosmore kemudian membangkitkan kembali pabrik penggilingan itu bersama rekannya Nyonya Imogen Bittner. Mereka bekerja paruh waktu selama musim turis untuk menghasilkan tepung dalam jumlah kecil yang mereka jual kepada wisatawan yang berkunjung ke pabrik

Serombongan wisatawan, sebelum pandemi melanda, menikmati suasana di Sturminster Newton Mill

Loosmore kemudian memutuskan meningkatkan produksi tepung di pabriknya ketika pedagang grosir kekurangan tepung karena dampak pandemi di Inggris.  Tepung itu sangat pentng sebagai bahan baku roti dan penganan lainnya. Loosmore cukup senang bisa bekerja penuh waktu.

Kepada BBC , Loosman mengatakan awalnya ia berpikir situs itu juga terpaksa akan ditutup karena social distancing. Namun permintaan tepung meningkat hingga akhirnya pabrik di operasikan penuh waktu. Hal itu adalah pertama kalinya setelah vacum setengah abad.

Biasanya selama setahun, pabrik menghabiskan satu ton gandum selama musim liburan. Sekarang untuk memenuhi permintaan pengecer lokal, mereka menggiling satu ton gandum dalam dua hingga tiga minggu.  Dan itu masih kurang untuk memenuhi kebutuhan.

“kami masih membutuhkan lebih banyak gandum. Penggiling telah memasok sekitar 300 kantong tepung ke toko-toko lokal dan toko lainnya.” kata Loosman mengatakan kepada BBC.

Permintaan tepung yang melonjak menjadi kabar baik bagi penggilingan, disamping itu diprediksi menjadi daya tarik bagi turis musim ini. Adanya penghasilan tambahan dari produksi tepung membantu pabrik pada waktu yang sangat krusial.

“kita hanya melakukan ini ketika krisis berlangsung. Dan itu tidak hanya membantu kita, tetapi masyarakat setempat juga terbantu karena kekurangan tepung.” Kata Nyonya Bittner. Begitu pandemi mereda, mereka berdua berharap bahwa contoh bagus arkeologi industri kuno ini akan menarik perhatian pengunjung lebih banyak lagi.

Back to top button