POTPOURRIVeritas

Dejavu —Puisi-puisi Marlin Dinamikanto

“Ibu Pertiwi
tidak bisa menangis
air matanya sudah habis”

DEJAVU
auk ah, gelap

Ibu Pertiwi
tidak bisa menangis
air matanya sudah habis
disedot kesedihan. Datang berulang
dejavu, oh, dejavu

kumpulan Brahmana yang agung
berpesta bansos dari istana
lupakan khitah yang sudah seperti
burung beo. Dejavu
Brahmana tidak berpolitik praktis
setiap hari diucapkan
setiap hari pula dilupakan

kemana itu orang alim
menyembah raja yang lalim
entah untuk apa. Setiap hari berdoa
di tengah kerusakan adab
kok yang dibela orang biadab?
dejavu. Sejak abad pertengahan
kelakuan Brahmana memang begitu
meracuni pikiran para domba
biar mudah disembelih Sang Raja

Ibu Pertiwi
sebenarnya ingin menangis
tapi selalu gagal. Mata air
dari hulu air mata sudah dibungkam
oleh tangan Sang Raja yang sangat panjang
dari Istana sampai ke desa-desa

dejavu. Selalu begitu
perzinahan Raja dan Pemburu Riba
ditambah lagi Brahmana
melahirkan sapi gelap
semesta yang pengap

dejavu
auk ah, gelap !

–Bogor, 23 Januari 2024

Marlin Dinamikanto

CINTA YANG TELAT

Kau adalah titisan cinta
Aphrodite yang sudah mati
terpanggang di punuk onta
yang melintas gurun gobi

sepanjang rindu masih ada
don’t worry be happy saja
tak perlu membuang cemas
ke bak sampah dekat jendela

cinta kita memang antik
jadi tak perlu panik
bersolek di muka cermin
buram tak berkelamin

kau memang titisan
Aphrodite yang kesiangan
telat datang goda kalbu
yang sudah lama beku

Tuprok, 14 Februari 2025

DONGENG 7 JANUARI

tirai jendela menari lembut
matahari hilang raut. Mungkin sembunyi
didekap kabut dingin jekut
di sanalah, bilik sempit, aku bernyanyi
bergitar parau tanpa partitur
hanya irama hati. Tak boleh dirampok
oleh kata-kata maupun gestur

sekarang sudah 7 Januari
tidak banyak yang aku cari
hanya riang. Jalan sudah sempit
seperti pematang terhimpit

segala bunyian yang pernah aku dengar
laksana tirai jendela. Berderit cemas
laksana kapal hilang tali jangkar

kini aku biarkan tirai jendela
menari letih. Enggan memanggil
matahari yang hilang raut
dibungkam ketidakpastian
antara ada dan tiada
aku bergitar di sana

–Pegangsaan, 7 Januari 2025

Back to top button