POTPOURRI

Di Jawa Pernah Hidup Kera Raksasa Setinggi Lebih dari Tiga Meter

Dengan temuan fosil kera raksasa itu, peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta Sofwan Noerwidi, menyimpulkan, saat kera raksasa itu hidup dan berkembang biak, kondisi Jawa jauuuh lebih dingin daripada saat ini.

JERNIH—Masa lalu banyak yang masih remang-remang, tertutup berlalunya waktu. Namun perlahan beberapa di antaranya terbuka lewat berbagai temuan arkeologis.

Misalnya, di saat orang Jawa belum memakai blangkon, di tanah ini pernah hidup species kera raksasa setinggi lebih dari tiga meter. Fakta yang diambil dari penemuan fosil tulang rahang bawah berukuran besar oleh warga Desa Semedo, Kedungbanteng, Tegal, Jawa Tengah, pada Juni 2014 lalu, mencengangkan para peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta. Hasil identifikasi dan analisis morfometris dua gigi di rahang itu menampilkan dugaan kuat itu adalah fosil kera besar atau kera raksasa (Gigantopithecus blacki). Dengan demikian, tak hanya sempat hidup di sekitar Cina, , Vietnam, dan India, Gigantopithecus juga pernah hidup di Jawa masa kuno.

Temuan itu memang luar biasa. Selama ini kera raksasa selalu ditemukan di kawasan Asia daratan dengan garis lintang tinggi atau dataran tinggi yang dingin. Sementara Indonesia merupakan daerah tropis yang cenderung panas.

Menurut peneliti dari Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta Sofwan Noerwidi, temuan itu menandakan, saat kera raksasa hidup di Jawa, kondisi daerah ini lebih dingin daripada sekarang. Pada zaman es, permukaan air laut di seluruh dunia mengalami penurunan karena tertarik ke kutub.

”Saat itu, paparan Sunda di bagian barat Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, hingga Kalimantan, menyambung dengan Asia daratan. Saat penurunan air laut inilah terjadi migrasi fauna dari Asia daratan dan kemungkinan besar primata ini bermigrasi ke Semedo,”ujar Sofwan, pada 2014 lalu, saat konferensi pers tentang temuan itu.

Diperkirakan, pada masa pendinginan global, 1 juta-700.000 tahun lalu, lingkungan Semedo, Tegal, nyaman sebagai tempat tinggal kera raksasa dan manusia purba. Perkiraan ini beralasan karena pada 2011 lalu di Semedo juga ditemukan fosil manusia purba.

Lebih dari tiga meter

Menurut Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta, Siswanto, kera ini disebut raksasa karena tingginya mencapai lebih dari tiga meter atau 9-12 kaki. Dilihat dari konteksnya, fosil kera raksasa ini ditemukan pada lapisan tanah berumur sekitar satu juta tahun lalu. Masa kehidupan kera ini ternyata sama dengan kera raksasa di Cina, India, dan Vietnam.

Kera raksasa ini tergolong binatang daratan. Para ahli punya dua versi dugaan terkait bentuk kera ini, yaitu seperti gorila atau orangutan. Melihat tulang rahang dan giginya yang sebesar dua kali lipat dari rahang dan gigi manusia purba, kera ini termasuk superfamily Hominoidea atau kera besar.

Ukuran gigi kera raksasa dari Semedo ini 16-18 x 18-22 milimeter. ”Perubahan iklim pada masa lalu mengakibatkan kera besar ini kehilangan habitat sehingga tak tersisa lagi populasinya di Jawa dan Indonesia pada umumnya,” ujar Sofwan.

Di dunia Barat serta kawasan Pegunungan Himalaya, masih beredar mitos keberadaan Bigfoot atau Yeti. Menurut Siswanto, sampai sekarang belum ada bukti fisik nyata akan adanya Bigfoot atau Yeti. Meski demikian, fakta keberadaan Gigantopithecus jelas sudah terbukti melalui penemuan fosil-fosil, termasuk rahang bawah kera raksasa di Semedo.

Gajah kerdil Semedo

Di Semedo, warga juga menemukan fosil gajah purba (Stegodon pygmy) yang kerdil. Meski mini, gajah ini tergolong dewasa dilihat dari tingkat pertumbuhan gigi geliginya. Baik fosil gajah kerdil maupun kera raksasa merupakan hasil kerja keras Dakri, warga Semedo, bersama warga lain yang peduli pada peninggalan benda-benda purbakala.

Dengan ketekunan dan kerja sama, beberapa misteri sejarah akhirnya terkuak. Temuan ini membuktikan bahwa kera raksasa benar-benar pernah hidup di Nusantara.

Masih banyak tempat dengan kekayaan sejarah masa lampau yang menunggu penelitian serius. Bukan tidak mungkin nanti bakal muncul temuan-temuan lain yang tak kalah mengejutkan. [   ]

Back to top button