Harta Pada Lumpur Lapindo
Beberapa produk yang menggunakan logam tanah jarang sebagai bahan baku utamanya adalah, smartphone, hard drive, komputer, turbin angin serta kendaraan listrik. Militer pun, dalam sistem radar, sonar dan tampilan elektronik menggunakannya sebagai salah satu bahan utama pembuatan peralatan.
JERNIH-Setelah dinyatakan sebagai bencana nasional oleh Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2006 lalu, dan memakan korban berupa terkuburnya kawasan pemukiman, pertanian dan industri di tiga Kecamatan, kini ditemukan harta karun dalam lumpur Lapindo, di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang mengering itu.
Komoditi baru yang lahir pasca bencana itu, bernama logam tanah jarang yang sempat dikaji Eko Budi Lelono, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM. Dia bilang, barang ini merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan dalam pengembangan kendaraan listrik serta peralatan elekrtonik lainnya seperti smartphone.
Ameicangeosciences.org menyebutkan, logam tanah jarang merupakan elemen yang terdiri dari 17 macam unsur logam dengan 15 lantanida pada tabel periodek, ditambah itrium serta skadium. Dia, dikategorikan sebagai unsur ringan (lanthanum sampai samarium) dan unsur berat (europium dan lutetium).
Secara kimia, logam tanah jarang merupakan agen pereduksi kuat dan senyawanya pada umumnya ionik serta menunjukkan titik leleh dan titik didih yang tinggi. Dia, bereaksi dengan unsur-unsur logam dan non logam lainnya guna membentuk senyawa dengan perilaku kimia tertentu.
Memang, logam tanah jarang tidak terlalu langka dan bisa ditemukan di banyak tempat di seluruh dunia dengan beberapa elemen di kerak bumi seperti tembaga dan timah. Hanya saja, tak pernah ditemukan dalam konsentrasi sangat tinggi.
Logam tanah jarang, biasanya ditemukan bercampur satu sama lain dengan unsur radioaktif.
Kandungan senyawa di dalamnya, membuat komoditi ini sangat diperlukan bahkan tak tergantikan dalam banyak aplikasi elektronik, magnetik, optik serta katalitik. Dan biasanya, berpendar di bawah sinar ultraviolet hingga membantu dalam pengidentifikasian logam tanah jarang di suatu tempat.
Beberapa produk yang menggunakan logam tanah jarang sebagai bahan baku utamanya adalah, smartphone, hard drive, komputer, turbin angin serta kendaraan listrik. Militer pun, dalam sistem radar, sonar dan tampilan elektronik menggunakannya sebagai salah satu bahan utama pembuatan peralatan.
Pada 1778, seorang penambang di Ytterby, Swedia, menemukan logam tanah jarang atau Rare Earth untuk pertama kalinya dari sebuah batu hitam dalam sebuah penggalian. Disebut ‘rare’ atau langka, karena memang saat itu, belum pernah ditemukan sebelumnya. Sementara Earth, sebagai istilah geologis yang dipakai pada abad 18 guna menggambarkan batuan yang larut dalam asam.
Perjalanan sejarah logam tanah jarang, kemudian berlanjut. Pada abad ke 19, tepatnya tahun 1907, para ahli kimia menemukan unsur lutetium dan promethium di dalam kandungannya. Dengan pesatnya kemajuan teknologi, Cina pun sempat mendominasi produksi benda ini hingga 97 persen di seluruh dunia pada 2008.
Masyarakat global pun khawatir jika nanti komoditi tersebut habis lantaran eksploitasi besar-besaran yang dilakukan Cina, hingga lahir istilah Rare Earth Crisis. Sejak itu, Tiongkok mengubah regulasi terkait logam tanah jarang dan membatasi ekspor hingga mengatur ketat jumla yang akan dijual ke luar negara mereka.[]