POTPOURRI

Lagu Anak : Dari Masa Normal ke Masa ‘New Normal’

Kalau aku mau pergi, aku perlu pakai masker dulu, masker lucu. senang ku pakai selalu, masker lucu. tutup hidung mulutku.

Lirik tersebut merupakan penggalan lagu berjudul Masker Lucu yang diciptakan Balita Official Merchandise Balita dirilis oleh chanel youtube BaLiTa pada 13 Juni 2020.

 Chanel lagu anak BaLiTa memang banyak menyajikan konten animasi lagu anak Indonesia yang lucu, video belajar membaca alfabet, berhitung dan bernyanyi.

Video-video BaLiTa didesain untuk menstimulus kecerdasan anak supaya lebih bisa mengenali benda-benda sederhana di kehidupan sehari-hari, dan juga mengembangkan imajinasinya.

Animasi lagu tersebut terdiri dari tiga tokoh, yaitu Baba si Gajah, Lili si burung kakatua, dan Tata si orang utan. Chanel tersebut bergabung dengan youtube sejak 10 Desember 2015. Dan hingga saat ini sudah mendapat 4,33 juta subscriber dan 1,8 miliar viewer.

Jika dilihat dari lirik di atas, lagu tersebut memberi pesan kepada anak-anak untuk memakai masker jika keluar rumah. Hal tersebut tentu saja berkenaan dengan pandemik Covid 19.

Lagu bagi anak-anak memang merupakan media yang efektif untuk menanamkan sebuah pesan. Lagu anak-anak pun mengikuti perkembangan zaman dan faktual. Baik secara tema, isi, bahasa, dan musik.

Dahulu, seringkali lagu anak-anak merupakan lagu rakyat yang tidak diketahui pencinptanya. Yang berfungsi sebagai sarana edukasi, relaksasi, dan rekreasi seperti mengiringi permainan anak-anak.

Lagu anak-anak umumnya berlirik pendek, mudah dihafal, dan sederhana. Bercerita tentang bentang alam, hewan-hewan, atau pun orang-orang sekitar.

Kemudian dengan masuknya bangsa lain ke nusantara, seperti Arab, India, Cina, Jepang, Belanda, dan lainnya memberi warna lain pada lagu anak-anak. Misalnya pada lagu pengantar tidur Nina Bobo.

Lagu tersebut merupakan persilangan Bahasa Portugis dan Cina. Nina dalam Bahasa portugis artinya gadis (Nona), bobo(k) berasal dari Bahasa Cina yang artinya tidur, biasa digunakan untuk anak-anak.

Meski Nina bobo artinya anak perempuan tidur, tapi lagu tersebut biasa digunakan untuk anak perempuan dan juga laki-laki. Ninabobo bercitrakan irama keroncong di Negeri Belanda. Lagu ini dipopulerkan oleh Anneke Grönloh dan Wieteke van Dort.

Dan lagu Bahasa Belanda yang biasa dinyanyikan disekolah-sekolah Belanda untuk menghadirkan suasana gembira di sekolah yaitu Daar is mijn vaderland, Limburg dierbaar oord (Di sanalah negeriku, tanah tercinta di Limburg).

Lalu ada lagu Bahasa Jepang Kokumin Gakko No Uta, ketika masa kependudukan Jepang, yang dinyanyikan agar anak-anak memiliki semangat yang tinggi dalam belajar, sehingga saat dewasa dapat berguna bagi bangsa dan negara.

Selain itu, lagu Sayonara  pun merupakan perkawinan dari Bahasa dan budaya pada saat itu. Namun awal kemerdekaan Indonesia, lagu anak-anak berbahasa asing tersebut hilang. Sehingga terjadi kelangkaan pada lagu anak-anak.

Beruntung pada tahun 1950an, Saridjah Niung atau Ibu Sud menciptakan lagu anak-anak berbahasa Indonesia. Seperti  Burung Ketilang, Menanam Jagung, Berkibarlah Benderaku, Naik Kereta Api dan masih banyak lagi, yang hingga kini masih didengar dan dinyanyikan oleh anak-anak zaman now.

Ibu Sud dapat disebut ‘Ibunya lagu anak-anak’ yang telah  menciptakan kurang lebih 200 judul lagu anak yang mampu menghadirkan rasa gembira dan mengajarkan cinta tanah air.

Sosok lain yang lekat dengan lagu anak adalah Soerjono atau yang populer dipanggi Pak Kasur . Ia banyak memberi kontribusi terhadap lagu anak-anak.

Lagu anak karya Ibu Sud dan Pak Kasur memiliki pesan dan maksud tertentu, sehingga lagu-lagu tersebut memberikan sumbangan bagi pertumbuhan jiwa anak-anak yang sehat dan baik.

Meski lagu anak terdengar sederhana, tapi Pak Kasur dan Ibu Sud juga menimbang segi estetis, tema, dan irama. Nadanya disesuaikan dengan jangkauan anak-anak dengan menggunakan diksi atau kata yang dipakai pada masa tersebut. Sehingga jika dinyanyikan pada zaman sekarang, barangkali tidak semua anak dapat memahami.

Seperti pada lagu Kereta Api, penggalan liriknya berbunyi  ‘siapa hendak turut diksi yang tepat untuk zaman sekarang barangkali  ‘siapa mau ikut’. Namun begitulah sebuah karya seni, berkembang sesuai dengan zamannya, termasuk lagu anak-anak.

Pada tahun 1960an, Abdulah Totong Mahmud atau dikenal dengan AT. Mahmud turut menyemarakan lagu anak-anak. Kemudian ia menjadi koordinator acara Ayo Menyanyi yang digagas oleh TVRI. Lagu anak-anak pun semakin bersemi.

Kemudian pada akhir tahun 1970an hingga tahun 1980an, lagu anak-anak mulai masuk ke industri musik. Sebut saja penyanyi cilik pada zaman tersebut seperti Adi bing Slamet yang terkenal dengan lagu Koboy Cilik, lalu Lilis Suryani dengan lagu Gang Kelinci, Cicha Koeswoyo dengan lagu Helly dan masih banyak lagi.

Memasuki era tahun 1990an, lagu anak-anak semakin berkembang seiring pesatnya teknologi musik dan video. Tema lagu pun semakin beragam, tidak hanya membicarakan keluarga, tamasya, hewan, dan keindahan alam, tapi juga masalah sosial.

Seperti saat terjadi krisis moneter, Cindy Cenora merilis lagu Cinta Rupiah  dan Krismon, Titiek Puspa bersama Zaskia dan Geofani menyanyikan lagu Ayo Menabung. Tema religi dan budaya pun masuk menjadi lagu anak-anak.

Pada era tersebut, penulis lagu anak-anak yang terkenal adalah Titiek Puspa, Papa T.BoB, Kak Seto, Kak Nunu dan lainnya. Dan penyanyi cilik pun masih banyak yang eksis di dunia infotaimen sampai sekarang seperti Joshua Suherman, Sherina, Chikita Meidy, Tina Toon, dan banyak lainnya.

Tahun 2000-an lagu anak-anak kurang diminati. Meski beberapa pihak berusaha untuk membuat lagu anak, agar anak-anak bisa bernyanyi lagu yang sesuai dengan usianya. Namun industri blagu anak saat itu kurang berkembang.

Gita Gutawa mencoba bernyanyi sesuai dengan usianya. Sayangnya langkah tersebut tidak diikuti oleh yang lainnya. Adapun acara bakat bernyanyi untuk anak-anak, sebagian besar diisi oleh lagu-lagu dewasa yang liriknya disesuaikan.

Barangkali pada masa itu, anak-anak sudah tidak suka mendengar musik yang sederhana. Mereka lebih suka musik-musik dewasa dan rumit, dengan tingkat kemampuan menyanyi yang tinggi. Misalnya lagu Bunda karya Melly Goeslaw, Pesawat yang dipopulerkan oleh penyanyi Memes, Kupu-kupu masih karya Melly Goeslaw yang banyak dinyanyikan oleh anak-anak pada ajang pencarian bakat.

Awal tahun 2000an juga, budaya barat masuk ke Indonesia dengan sangat marak. Sehingga, musik-musik local banyak tergerus oleh musik dari barat tersebut. Hal tersebut juga mempengaruhi perkembangan musik di Indonesia.

Tidak hanya musik dewasa, musik anak-anak pun mendapat dampaknya. Misalnya, Christina Onasis, penyanyi cilik pada masa itu mengubah lirik lagu Go Go Go Ale Ale Ale milik Ricky Martin nyanyian anak-anak.

Diawal tahun 2010an, chanel youtube mulai dilirik. Banyak akun yang juga mulai memuat konten lagu anak-anak. Terlebih bagi keluarga muda milenial, pendidikan anak melalui virtual mulai digemari, seperti pada sektor kehidupan yang lain.

Dan kini akun-akun youtube yang memuat konten lagu anak-anak menjamur. Kebanyakan lagu yang dibawakan  merupakan recycle dari lagu anak terdahulu dan lagu anak berbahasa asing.

Selain merecycle lagu yang sudah ada, beberapa musisi pun menulis lagu anak dan lebih dikenal melalui chanle youtube. Seperti Gita Gutawa Bersama Di atas Rata-Rata, Musisi Anji dengan anak-anaknya Saga dan Letisha, putri penyanyi Nola Be3 Naura dan Neona, dan masih banyak lagi.

Banyak pula chanel youtube yang membuat lagu religi dengan animasi yang lucu. Seperti Nussa dan Rara, Omar dan Hana, Syamil dan Dodo, Diva dari Kastari, dan lainnya.

Hal tersebut disambut gembira oleh masyarakat. Dengan adanya konten tersebut, orang tua tidak perlu khawatir anak-anak merapalkan lagu dewasa apalagi yang tidak mendidik.

Orang tua dapat mengkontrol penggunaan youtube pada anak-anak, terlebih sekarang ada youtube khusus anak-anak.

Kini melihat balita dan anak-anak bernyanyi dan menari sambal memegang smartphone merupakan pemandangan biasa.

Back to top button