POTPOURRI

Masa Depan Wayang Golek di Mata Peneliti Prancis

Saat ini semakin banyak muncul komunitas pencinta wayang golek ataupun fans dari dalang tertentu. Komunitas ini bahkan mampu ,enjangkau kaum milenial.

JERNIH-Seorang peneliti dari Prancis, Sarah Andrieu menyampaikan kabar gembira. Hasil pengamatan dan penelitiannya selama ini menunjukan bahwa dii tengah budaya digital ternyata kesenian tradisional wayang golek masih tetap eksis. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, minat masyarakat, khususnya masyarakat Sunda terhadap wayang golek cukup meningkat.

Hal itu ditandai dengan semakin banyak muncul komunitas pencinta wayang golek ataupun fans dari dalang tertentu menjadi faktor meningkatkan minat masyarakat akan seni tradisional tersebut. Komunitas ini bahkan berhasil merengkuh generasi milenial untuk mencintai wayang golek. Yang cukup mengharukan, para anggota komunitas mampu mengikuti pertunjukan wayang di mana saja.

“Mereka cukup fleksibel mengikuti pertunjukan di daerah mana saja. Mereka biasanya datang sebagai rombongan,” kata Sarah saat menjadi pembicara pada acara Keurseus Budaya Sunda “Langkung Wanoh ka Wayang Golék” yang digelar Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjadjaran (Unpad) secara virtual, dengan moderatori Ketua PDPBS Unpad Ganjar Kurnia, akhir Desember lalu.

Peneliti yang fasih berbahasa Indonesia dan Sunda tersebut menyayangkan kehadiran pandemic Covid-19 yang membuat pementasan wayang golek sempat terhenti. Namun pada beberapa bulan terakhir kegiatan pementasan wayang golek sudah mulai jalan lagi.

“Kenapa tidak diizinkan dari awal, karena wayang golek penontonnya suka banyak sekali. Intinya (perkembangan wayang) sebenarnya sehat,” imbuhnya.

Sarah bersyukur atensi masyarakat terhadap wayang golek meningkat sebab bagi Sarah wayang bukan sekadar pertunjukan seni biasa. Di dalamnya ada pertaruhan budaya, politik, agama, hingga kondisi sosial budaya yang tergambarkan dalam lakon yang diperankan.

UNESCO bahkan telah menampatkan posisi wayang golek sebagai Warisan Budaya Tak Benda sejak 2003. Pasca diakui UNESCO tersebut, banyak masyarakat, khususnya masyarakat Sunda turut mempertahankan eksistensinya di masyarakat. Masyarakat kini menyadari peran penting dari pergelaran wayang golek.

Pengakuan UNESCO membuat para penggiat wayang golek semakin percaya diri mengklaim identitas sebagai dalang wayang golek sekaligus mengklaim bahwa seni wayang asli Sunda ini memiliki kesetaraan dengan jenis wayang lainnya, seperti wayang kulit.

“Dulu ada keluhan dari dalang senior bahwa wayang golek tidak dihargai setara dengan wayang kulit. Adanya (pengakuan) UNESCO seolah-olah dalang punya peluang baru unuk memperjuangan status wayang golek di Indonesia maupun internasional,”.

Dalang Apep AS Hudaya yang hadir dalam kegiatan itu mengakui jika profesi dalang merupakan pekerjaan yang sulit dan kompleks. Dalang harus menguasai seni pewayangan, juga menguasai ilmu karawitan, seni drama, lawak, dakwah, hingga politik, sosial, dan budaya. (tvl)

Back to top button