Mengapa Garuda Bakal Dicoret dari Layanan Penerbangan Haji?
Pada 2024, haji Indonesia dilayani dua maskapai penerbangan yakni Garuda Indonesia dan Saudia Airlines dan yang sering mengalami masalah penerbangan terutama keterlambatan adalah Garuda Indonesia. Penundaan penerbangan membuat jemaah kelelahan. Selain itu juga berdampak pada aspek akomodasi, konsumsi, hingga transportasi.
JERNIH-Kementerian Agama (Kemenag) mengevaluasi kinerja Garuda Indonesia dan memberi penilaian buruk selama pelayanan penyelenggaraan ibadah haji 2024 dimana salah satunya adalah seringnya mengalami keterlambatan (delay ) penerbangan pada musim haji 2024.
Akibat kejadian tersebut Kemenag akan mempertimbangkan kembali keikutseraan Garuda Indonesia dalam daftar maskapai penerbangan haji di tahun mendatang.
“Dengan kejadian ini, Kementerian Agama akan mempertimbangkan kembali keterlibatan Garuda Indonesia pada penerbangan jamaah haji di tahun mendatang,” kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief di Jakarta, pada Senin (8/7/2024).
Dalam evaluasi Kemenag, kinerja Garuda pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini dinilai betul-betul buruk. Kemenag mencatat pada pekan pertama fase pemulangan jemaah haji, lebih 50 persen penerbangan mengalami keterlambatan. Dari 52 kloter, sebanyak 38 kloter terbang tidak sesuai jadwal karena mengalami keterlambatan.
Kemudian pada pekan kedua pemulangan, total sudah ada 155 kloter jamaah haji Indonesia yang sudah diterbangkan Garuda Indonesia ke tanah air. Dari 155 kloter, ada 75 kloter yang mengalami keterlambatan atau 48,39 persen.
Pada 2024, haji Indonesia dilayani dua maskapai penerbangan yakni Garuda Indonesia dan Saudia Airlines dan yang sering mengalami masalah penerbangan adalah Garuda Indonesia.
Selama masa pemulangan jemaah haji Indonesia yang berlangsung sejak 22 Juni 2024 banyak diwarnai keterlambatan penerbangan oleh Maskapai Garuda Indonesia. Keterlambatan kali ini dialami jemaah Kelompok Terbang 9 Embarkasi Balikpapan (BPN-09).
Kemenag juga mencatat adanya penundaan lebih dari sehari yakni 28 jam. Padahal sebelumnya jamaah haji Kloter 3 Embarkasi Kualanamu (KNO-03) juga mengalami delay selama 12 jam. Penundaan penerbangan membuat jemaah kelelahan. Selain itu juga berdampak pada aspek akomodasi, konsumsi, hingga transportasi.
“Delay semacam ini membuat jamaah lelah. Mereka terpaksa harus membawa koper kabin kembali karena sudah di bus baru diinfo kalau ada delay”.
Catatan berikutnya adalah seringkali pemberitahuan penundaan penerbangan dilakukan secara mendadak. Bahkan beberapa kejadian penundaan terjadi saat jamaah sudah keluar dari hotel dan berada di dalam perjalanan atau sudah di bandara. Hal-hal semacam itu membuat Garuda Indonesia dinilai tidak professional. (tvl)