Mengapa Pendaki Gunung Fuji Dibatasi?
Otoritas Jepang membatasi jumlah pendaki harian Gunung Fuji hingga 4.000 orang sehari guna menjaga kelestarian alam Gunung Fuji, saat musim pendakian.
JERNIH-Guna menjaga kelestarian alam Gunung Fuji, Otoritas Jepang membatasi jumlah pendaki harian saat musim pendakian. Jumlah pendaki akan dibatasi hingga 4.000 orang sehari setelah keluhan tentang sampah, polusi dan jalur pendakian yang sangat padat tahun lalu.
Selain membatasi jumlah pendaki, otoritas juga memberlakukan tarif baru. Para pendaki harus membayar 2.000 yen (Rp204.181). Setelah membayar para pendaki akan menerima gelang yang memberikan akses ke jalur pendakian antara pukul tiga pagi hingga empat sore, kecuali mereka yang memiliki reservasi di pondok gunung yang lebih dekat ke puncak, yang tidak akan dikenakan batas pengunjung harian.
“Saya pikir Gunung Fuji akan sangat senang jika semua orang lebih peduli terhadap lingkungan dan hal-hal seperti membawa pulang sampah,” kata Sachiko Kan (61), salah satu dari sekitar 1.200 pendaki yang berkumpul pada hari pertama penerapan langkah-langkah baru tersebut, dilansir Reuters beberapa waktu lalu.
Kini jumlah pendaki kembali ke tingkat sebelum pandemi tahun lalu, yaitu sekitar 300.000 orang setiap tahunnya, kata kementerian lingkungan hidup. Para pendaki biasanya mulai mendaki pada dini hari agar bisa mencapai puncak tepat waktu saat matahari terbit.
Penjaga taman di Gunung Fuji secara resmi memulai musim pendakian tahun ini sekitar 90 menit sebelum matahari terbit pada 1 Juli lalu dengan membuka gerbang di pos pendakian.
Musim pendakian Gunung Fuji, yang membentang di Prefektur Yamanashi dan Shizuoka sekitar 136 km (85 mil) dari Tokyo, tahun ini berlangsung hingga 10 September, setelah itu cuaca menjadi terlalu dingin dan bersalju.
Otoritas juga menerapkan pembatasan jalur pendakian baru untuk mencegah kecelakaan dan insiden penyakit ketinggian, khususnya di antara “pendaki cepat” asing atau mereka yang berlomba menuju puncak, kata Gubernur Yamanashi, Kotaro Nagasaki bulan lalu.
“Dengan gencar mempromosikan langkah-langkah keselamatan menyeluruh untuk mendaki Gunung Fuji, kami akan memastikan Gunung Fuji, harta dunia, diwariskan kepada generasi mendatang,” kata Gubernur Prefektur Yamanashi Kotaro Nagasaki, saat mengumumkan peraturan baru awal tahun ini, dikutip dari CNN.
Selain itu, akan ada pemandu baru yang mengatur keselamatan di dalam dan di sekitar jalur pendakian. Mereka juga bertugas memberi tahu pendaki larangan-larangan yang harus dipatuhi selama melakukan pendakian seperti tidur di sisi jalur pendakian, menyalakan api, atau mengenakan pakaian yang tidak pantas.
Namun, aturan baru tersebut hanya berlaku di Prefektur Yamanashi, yang merupakan lokasi jalur pendakian yang paling populer. Sementara Gunung Fuji yang berada di prefektur Shizuoka, belum menerapkan pajak atau batasan pengunjung.
Gunung Fuji, gunung berapi strato yang masih aktif dan terakhir meletus pada tahun 1707, telah menjadi tempat peribadatan Shinto dan Buddha selama berabad-abad. Pemerintah Jepang sangat menjaga Gunung Fuji karena menjadi salah satu situs Warisan Dunia UNESCO. (tvl)