Menunggu Beredarnya ‘Path of Blood’, Film Teror Alqaidah di Arab Saudi
JAKARTA— Sejak awal 2000, Arab Saudi telah melakukan serangkaian program penanggulangan terorisme, termasuk merehabilitasi para militan yang tercemar ideologi terror. Selama proses itu, intelijen Saudi berhasil merampas sekian banyak dokumen, termasuk video bikinan para tersangka teroris dalam merangkum banyak aktivitas mereka.
Nah, video-vodeo itulah yang dipotong, dirangkai, diedit, diperbaiki mutunya hingga kini siap dinikmati sebagai film documenter asli bikinan kelompok Alqaidah, tentang kiprah mereka. Menurut pembuatnya, mereka harus banyak menyisihkan video perekaman pra-bom martir, yang mendominasi sekitar 500 jam video yang harus mereka dapatkan.
Menurut Anna Pukas yang menulis hal tersebut dalam Arab News, film dokumenter tentang persiapan banyak serangan terror itu kadang tak mengesankan tengah bercerita tentang jiwa-jiwa yang nyaris tak menghargai nyawa. Banyak shot seolah hanya menunjukkan sekumpulan anak muda milenial tengah bercanda sesame mereka, ngocol dan nongkrong ngadu bako semata. Yang membedakan, anak-anak milenial itu menyampirkan peluncur roket (RPG) di bahu dan menenteng senapan serbu Kalashnikov, alih-alih menjinjing tab.
Ada rekaman seseorang yang disebut ‘Ali’, yang kemudian melakukan aksi bom bunuh diri. Belakangan kita bisa melihat aksi Ali mengendarai truk yang sarat bermuatan bahan peledak, melaju tanpa ampun ke Gedung Direktorat Jenderal Lalu Lintas Arab Saudi di Riyadh.
Sebenarnya banyak film documenter tentang kegiatan teroris dan kisah terorisme. Yang membuat ‘Path’ lain, materinya diambil dari sumber yang langka: Dinas Intelijen Saudi.
Kisah terbangunnya ‘Path’ diawali enam tahun lalu. Saat itu dua wartawan Saudi yang sangat kredibel, Abdulrahman Al-Rashed dan Adel Al-Abdulkarim, mendengar adanya sitaan besar Dinas Intelijen Saudi (The General Intelligence Presidency, GIP atau dalam bahasa Arab Ri’āsat Al-Istikhbārāt Al-‘Āmah). Isinya sebundel besar rekaman video operasi Alqaidah di Arab Saudi antara 2003 dan 2009.
Keduanya harus melakukan negosiasi panjang, sebelum mendapatkan akses unik kepada rekaman sepanjang 500 jam tersebut.
Setelah serangkaian proses yang melelahkan, film tersebut berdurasi 90 menit. ‘Path of Blood’ dirilis di Inggris dan Amerika Serikat pada 13 Juli lalu. Selain Al-Rashed dan Al-Abdulkarim yang terjun langsung, Thomas Small dan Jonathan Hacker menjadi duet yang menyutradarai film ini.
Bila lupa siapa mereka, banyak hal lucu dalam film ini. Misalnya, bagaimana para remaja Alqaidah itu saling berlomba adu gerobak dorong, laiknya kelakuan para siswa sekolah saja. Satu tim bahkan memprotes keras wasit yang memenangkan tim lain. Tak beda dengan para bobotoh Persib atau kaum Bonek mengata-ngatai wasit dengan,” Wasit gob**k!”
Ada pula permintaan seorang remaja tanggung agar video tentangnya dihapus, tak lain karena,”..kuatir celana dalamnya tersorot kamera’. Kalau soal take berkali-kali karena lupa dialog, itu mah banyaak. Tahu apa yang tengah disorot kamera? Video wasiat terakhir sebelum meledakkan diri!
Tak jarang juga tampil sesuatu yang laiknya lelucon. Bagaimana tidak, bila bayangan publik dunia Alqaidah sebuah kelompok terror yang kaya dan mampu membiayai banyak aksi terror di berbagai belahan dunia, seorang selnya gagal melaksanakan misi hanya karena ia kehabisan bensin dan bokek!
Jangan pula berpikir mereka sel-sel yang patuh dan tanpa reserve. Sebuah adegab menayangkan gambar debat keras, di mana seorang remaja ngotot bahwa,”… membunuh ‘tentara Salib’ itu bertentangan dengan ajaran Islam”.
“Semua kaset Alqaidah itu masih ada di dalam koper asli tempat mereka ditemukan. Tidak ada yang disembunyikan,” kata sutradara Jonathan Hacker. Tentu saja kita harus skeptis pada hal sederhana seperti itu. Sangat tak mungkin Intelijen Saudi mau memberi mereka akses kalau kaset itu belum ditonton Intelijen sebelumnya.
Sayangnya, kaset-kaset itu minus tanggal identifikasi. “Kami harus mencari tahu siapa mereka semua,” kata Hacker.
Tim memutuskan untuk tidak memasukkan editorial apa pun, juga komentator ahli. Narasi yang dilakukan aktor Inggris Samuel West, hanya menjelaskan sesederhana mungkin agar penonton bisa mengikuti. Sementara aktor Tom Hollander menceritakan kutipan dari majalah Alqaidah, Voice of Jihad.
Namun Namanya juga kelompok terror, cukup banyak adegan brutal dengan muncratan darah di film tersebut. Misalnya, adegan pemenggalan Paul Marshall Johnson Jr., seorang warga AS yang bekerja untuk Advanced Electronic Company pada Juni 2004. Johson diculik sel Alqaidah pimpinan Abdul Aziz Al-Muqrin di Riyadh. Adegan penculikan memperlihatkan Johnson yang ditutup matanya, masih kuat menegaskan mimic ketakutan. Layar serta merta menjadi hitam saat para penangkapnya memukulnya.
Wajah-wajah korban memang tak pernah diperlihatkan. “Kami menolak untuk menunjukkan wajah korban. Namun, kami tidak memiliki pertimbangan yang sama terhadap para teroris,” kata Small, rekan Hacker.
Film ini gampang menimbulkan kesan kuat pada penonton bahwa rekrutan Alqaidah benar-benar tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Bagi beberapa orang, kemudahan mereka dijadikan alat sulit untuk bisa dimengerti. Apalagi bila mengingat ‘Ali’—salah satu ‘aktor’, berusia 33 tahun saat aktif. Umumnya penonton akan merasa kasihan, bagaimana mereka ‘menyia-nyiakan hidup’ dan bagaimana mereka diperalat para pimpinan kelompok terror tersebut.
Yang membuat tim produksi terkejut, meski mereka datang kepada Dinas Intelijen untuk berkonsultasi, GPI tidak meminta tim ‘membersihkan’ rekaman tersebut bersama-sama.
Satu hal yang ditekankan tim dalam film tersebut, yang terjadi bukanlah Islam versus Barat. “Barat hanyalah sampingan,” kata Small. “Para korbannya adalah Muslim, dan mereka yang memerangi teroris pun adalah Muslim. Ini sejatinya adalah kisah Muslim.”
Masih menjadi pertanyaan besar apakah ‘Path of Blood’ akan menghiasi layar bioskop Saudi yang kini mulai dibuka. Tetapi pihal produsen bilang, film itu akan segera gampang diunduh. [ ]
Sumber : Arabnews, matamatapolitik