Paus Kutuk ‘Agresi Bersenjata’ Rusia ke Ukraina
Paus Fransiskus mengatakan tindakan Rusia tersebut adalah tindakan “barbar” dan tanpa “alasan strategis yang sah”.
JERNIH- Berbicara di depan ribuan orang di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, pada Minggu (13/3/2022), Paus Fransiskus mengutuk dengan keras perang di Ukraina dengan mengatakan bahwa ‘agresi bersenjata’ itu tak bisa diterima.
Paus Fransiskus juga mendesak agar ‘agresi bersenjata’ itu harus dihentikan. Pernyataan itu disampaikan dalam pemberkatan mingguannya.
“Atas nama Tuhan, saya minta kalian: hentikan pembantaian ini!” kata Fransiskus.
Terkait peristiwa pengeboman rumah sakit dan target sipil lainnya yang dilakukan militer Rusia terhadap warga Ukraina, Paus Fransiskus mengatakan hal tersebut adalah tindakan “barbar” dan tanpa “alasan strategis yang sah”.
Bahkan Paus mengatakan kota-kota di Ukraina berisiko “tereduksi menjadi kuburan.”
Sepekan sebelumnya di tempat yang sama, dalam pemberkatan mingguannya, Fransiskus menolak penggunaan istilah “operasi militer khusus” oleh Rusia tentang invasinya di Ukraina.
“Di Ukraina, sungai darah dan air mata sedang mengalir. Ini bukan sekadar operasi militer tapi sebuah perang yang menebar kematian, kehancuran dan penderitaan,” kata dia.
Duta besar Ukraina untuk Vatikan Andriy Yurash mengatakan sangat lega bahwa Paus Fransiskus menyebut konflik itu sebagai perang.
“Bahkan jika paus tidak mengucapkan kata ‘Rusia’, semua orang di dunia tahu siapa agresor yang menyerang kita dan siapa yang memulai perang tak beralasan ini,” katanya.
Bulan Februari lalu, sehari setelah Rusia melancarkan invasi, Paus Fransiskus melakukan penyimpangan protokol diplomatik dengan pergi sendiri ke kedutaan Rusia untuk menyampaikan keprihatinannya.
Saat itu Rusia mengatakan operasi militernya tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer Ukraina serta menangkap apa yang dianggapnya sebagai penguasa nasionalis yang berbahaya.
Pada hari minggu saat mendengarkan ceramah mingguan dari Paus Fransiskus di depan Basilika Santo Petrus, yang hadir lebih banyak dari biasanya. Beberapa dari mereka memegang bendera perdamaian multi-warna serta bendera biru dan kuning Ukraina.
“Takhta Suci bersedia melakukan segalanya untuk menempatkan dirinya dalam pelayanan perdamaian,” kata paus.
Paus juga menambahkan bahwa dua kardinal Katolik Roma yakni Konrad Krajewski dari Polandia dan Michael Czerny dari Kanada, telah pergi ke Ukraina untuk membantu mereka yang membutuhkan,
Kepada wartawan yang meliput pertempuran, Paus juga mengucapkan terima kasih meskipun ada bahaya, untuk melaporkan kekejaman dan penderitaan yang dialami. (tvl)