Peneliti BRIN: Kemungkinan Lebaran Jatuh pada 2 Mei 2022
Jika perkiraan Thomas ini benar maka tahun 2022 ini lebaran umat muslim di Indonesia dirayakan secara bersamaan, sebab sejak awal Muhammadiyah telah menetapkan Lebaran pada 2 Mei 2022.
JERNIH-Peneliti Riset Astronomi-Astrofisika, Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menyebut bahwa 1 Syawal 1443 Hijriah atau Idul Fitri 2022 kemungkinan jatuh pada 2 Mei 2022. Hal tersebut disampaikan Thomas pada Selasa (19/4/2022).
Jika perkiraan Thomas ini benar maka tahun 2022 ini lebaran umat muslim di Indonesia dirayakan secara bersamaan antara Nahdatul Ulama dan Muhammadyah. Pasalnya, sejak awal Muhammadiyah telah menetapkan Lebaran pada 2 Mei 2022.
Perkiraan jatuhnya 1 syawal disampaikan Thomas saat bulan Ramadhan baru memasuki hari ke 17. Setidaknya, perkiraan tersebut dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan masyarakat yang sudah mulai bertanya-tanya kapan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 144 Hijriah ditentukan.
Thomas juga menjelaskan berdasarkan berbagai pendapat pakar hisab rukyat, kemungkinan besar Idul Fitri akan jatuh 2 Mei, namun tidak menutup kemungkinan Idhul Fitri jatuh 3 mei 2022.
baca juga: Ini Syarat Pemudik Bermotor yang Akan Ikut Mudik Naik Kapal dari Kemenhub
Adapun penyebab terjadinya potensi perbedaan tersebut karena Indonesia berada pada batas kriteria imkan rukyat, secara astronomi diprakirakan hilal sangat sulit dirukyat. Terlebih pada masa pancaroba seperti saat ini, dimana mungkin ada mendung dan hujan di lokasi rukyat yang menyebabkan pengamat hilal tidak akan melihat hilal tersebut.
Bila hal tersebut terjadi maka pengamat rukyat mungkin akan mengusulkan di sidang isbat untuk melakukan istikmal, yaitu menggenapkan Ramadan menjadi 30 hari. Dengan demikian sidang isbat mungkin akan menetapkan Idul Fitri mungkin jatuh 3 Mei 2022.
Dijelaskan oleh Thomas, posisi bulan pada 29 Ramadan 1443 atau 1 Mei 2022, di wilayah Indonesia berada pada batas kriteria baru MABIMS. Tingginya sudah di atas 3 derajat, tetapi elongasinya sekitar 6,4 derajat.
baca juga: Kapolda Jabar Tinjau Pospam Arus Mudik di Sukabumi dan Bogor
Kriteria Menteri Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) ini mulai digunakan pemerintah dalam menentukan penanggalan baru.
Selama ini, kriteria hilal awal Hijriah adalah ketinggian 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam. MABIMS bersepakat untuk mengubah kriteria tersebut menjadi ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
Sementara data kuat yang mendukung 1 Syawal jatuh pada 2 Mei, secara hisab posisi bulan pada saat maghrib 1 Mei 2022 di wilayah Sumatera bagian utara dekat dengan batas kriteria elongasi 6,4 derajat. Posisi bulan saat maghrib di Sabang tingginya sudah 5 derajat lebih dan elongasinya sekitar 6,4 derajat.
Ada dukungan kriteria imkan rukyat (visibilitas hilal) bahwa pada saat maghrib 1 Mei 2022 di sebagian wilayah Indonesia hilal mungkin bisa dirukyat dengan menggunakan alat optik (binokuler atau teleskop).
“Apalagi Lembaga Falakiyah PBNU menggunakan definisi elongasi geosentrik dalam kriterianya. Kalau kesaksian rukyat diterima pada sidang isbat, secara syar’i itu sah,” . (tvl)