Perlawanan Sengit Sultan Ageng Tirtayasa Melawan Kompeni Pasca 7 April 1682
JERNIH.CO – Pertempuran itu dilatarbelakangi perpecahan di antara keluarga kesultanan Banten yang melibatkan VOC. Sultan Haji berhasil dihasut Wakil Belanda di Banten bernama W. Caeff sehingga dia mencurigai ayahnya sendiri yaitu Sultan Ageng Tirtayasa. Ia khawatir takhta banten akan jatuh pada Pangeran Arya Purbaya, putra Sultan Ageng Tirtayasa lainnya.
Tahun 1681 Sultan haji mengkudeta ayahnya. Surosowan dapat di kuasai Sultan Haji dan VOC. Pada 27 Februari 1682 Sultan Ageng Tirtayasa menyerang VOC dan dapat merebut Surosowan. Pada 7 April 1682 kekuatan besar kompeni datang untuk membantu Sultan Haji di bawah pimpinan Francois Tack, De Saint Martin dan Jonker. Francois Tack dan Jonker adalah tokoh yang berhasil memadamkan pemberontakan Trunojoyo tahun 1679.
Artikel terkait : 7 April 1682, Titik Tolak Runtuhnya Kesultanan Banten.
Belanda lantas balik menyerang pasukan Sultan Ageng Tirtayasa di Surosowan dan benteng istana Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa melakukan perlawanan hebat dibantu prajuritMakasar, Bali dan Melayu. Markas besar Sultan Ageng Tirtayasa dipusatkandi Margasana yang dipercayakan kepada Pangeran Suriadiwangsa dengan kekuatan sekitar 800 orang. Selain itu 1200 prajurit juga dipusatkan di Kademangan dibawah komando Arya Wangsadiraja.
Selain Margasan dan Kademangan, terdapat beberapa markas lainnya yang membantu Sultan Ageng Tirtayasa. 400 prajurit dibawah komando Pangeran Yogya yaitu Di Kenari, 120 prajurit dibawah komando Kyai Arya Jungpati di Kertasana, 400 prasurit di Serang, 500 prajurit di Jambangan, 500 prajurit di Tirtayasa dan 100 prajurit di Bojonglopang.
Namun serangan Kompeni dengan kekuatan besarnya perlahan-lahan mendesak pasukan Sultan Ageng Tirtayasa. Akhirnya Margasan, Kacarabuan dan Tanggerang dapat dikuasai Kompeni. Sultan Ageng Tirtayasa mundur ke Tirtayasa dan membangun pusat pertahanan di sana termasuk memperkuat Tanara dan Pontang. Namun tanggal 2 Desember 1682 Kademangan jatuh ke tangan Kompeni.
Dikuasainya Kademangan membuat pasukan Banten mengungsi ke Ciapus, Jasinga dan Pagutan. Pusat pertahana Sultan Ageng Tirtayasa hanya tinggal di Tirtayasa. Pada 28 Desember, Kompeni melakukan serangan serentak ke beberapa tempat seperti Tanara, Tangkurak dan Pontang. Akhirnya Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa tidak bisa mempertahankan Tirtayasa. Kompeni lantas menyerang keraton Tirtayasa.
Sultan Ageng Tirtayasa, Pangeran Arya Purbaya dan pasukannya berhasil menyelamatkan diri setelah sebelumnya membakar keraton dan bentengnya. Dari persembunyiannya Sultan Ageng Tirtayasa kembali membangun kekuatan sehingga Kompeni sulit menaklukannya. Beberapa kali Kompeni membujuk Sultan Ageng Tirtayasa agar menghentikan perlawannya. Namun hal itu tak didengar oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Akhirnya melalui tipu muslihat Sultan Ageng Tirtayasa dapat ditangkap Kompeni setelah Sultan Haji yang mengutus 52 orang keluarganya ke Ketos. Malam tanggal 14 Maret 1683 Sultan Ageng Tirtayasa pulang ke Surosowan dan siangnya oleh Kompeni. Tertangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa dan bercokolnya Belanda di Banten menjadi tanda masa-masa keruntuhan Kesultanan Banten. [-]