Rekor Dunia : Sultan Moulay Ismail, Ayah Dari 1000 Anak
Sultan Moulay Ismail Ibn Syarif adalah penguasa kedua dari dinasti Maroko Alaouite (Alawi) yang memerintah dari tahun 1672 hingga 1727. Ada beberapa istilah lama disamping Moor untuk menyebut kawasan yang saat ini disebut Maroko yaitu Meknes, Fez, Marrakesh, dan Barbary States merujuk pada kawasan bagian barat Afrika Utara.
Sultan Moulay Ismail naik tahta setelah kematian Mulay Al-Rasyid, saudara tirinya, yang wafat setelah jatuh dari kuda. Dia dianggap sebagai raja paling kuat dari dinasti Alaouite. Moulay Ismail berhasil menyatukan negara dan memimpin ekspansi untuk membentuk salah satu peta geo-politik terbesar Kerajaan Maroko dalam sejarah.
Saat itu dia berhasil membawa kerajaan Maroko diakui ditingkat internasional , disamping Turki Ottoman, Inggris, Semenanjung Iberia dan Prancis. Secara ideologis dan geografis sebenarnya Maroko lebih dekat ke Turki Ottoman seperti halnya Inggris yang protestan dengan Gereja Katolik Roma.
Namun karena gagasan politik dan kebijakan ekonomi Maroko lebih dekat dengan Inggris Raya, seperti halnya Kekaisaran Ottoman yang lebih dekat dengan Gereja Katolik Roma.
Nama Moulay Ismail dikenal buruk bagi bangsa Eropa yang tidak menyukainya karena tindakannya yang keras bahkan kejam kepada budak-budak kulit putih, tentu saja hal itu bukan tuduhan tak berdasar. Banyak sisi kekejaman Moulay Ismail yang diungkap selain kecakapannya.
Sultan Moulay Ismail beberapa kali berperang melawan kekaisaran Ottoman dan menyangkal masuknya orang Turki ke Maroko. Dia juga berperang melawan penjajah Eropa di beberapa pelabuhan dan mendapatkan kembali kendali atas kota al-Mahdiya, mengambil alih Tangier dari Inggris dan menguasai kembali Larache dari Spanyol.
Selama masa pemerintahannya, Moulay Ismail memindahkan ibukota Maroko dari Fez ke Meknes. Dia menjalankan banyak program pembangunan di Meknes, termasuk membangun beberapa gerbang, masjid, taman, dan sekolah Alquran.
Pembanguan Meknes dilakukan tak lama setelah ia naik takhta. sedikitnya 25.000 budak dikerahkan untuk membangun ibu kota yang baru itu, sehingga menjadi tempat yang lebih baik daripada tempat mana pun di Eropa. Istananya di Meknes memiliki panjang sekitar empat mil, dan dindingnya setebal 25 kaki.
Moulay Ismail juga dikenal karena memperbudak orang Kristen dan Afrika. Hal itu dilakukan sebagai respon alami setelah umat Islam di Andalusia dihina. Kala itu bangsa Moor diusir dari Semenanjung Iberia setelah perang Reconquesta pada akhir abad ke-15. Barbary States atau Maroko saat ini kemudian menjadi rumah bagi orang-orang Moor.
Sedangkan budak-budak Arika pada perkembangannya banyak yang dijadikan prajurit yang setia bagi Sultan Moulay Ismail. Karena kekuatan prajurit itu maka Moulay Ismail dapat mengurangi ketergantungan kepada kekuatan suku-suku di Maroko.
Bagi sejarah Maroko, Moulay Ismail tercatat sebagai salah satu tokoh terhebat dan agung. Dia mewarisi sebuah negara yang awalnya dilemahkan oleh perang suku dan suksesi kerajaan. Namun setelah Moulay Ismail berkuasa, Maroko menjadi kuat, memiliki pasukan yang jumlahnya mencapai 150.000 orang yang asalnya adalah para budak dari Afrika sub-Sahara.
Selain dikenal karena kecakapannya, sisi lain pemerintahannya menunjukan sifatnya yang kejam Untuk mengamankan takhtanya selama puluhan tahun Moulay Ismail telah menebarkan ketakutan karena kekejamannnya.
Bahkan pada saat hari pertama berkuasa, ia membantai siapa pun yang menolaknya, termasuk kaum intelektual dan agamawan yang dianggap membangkang. Dia juga menghancurkan setiap revolusi di wilayahnya. Oleh karena itu Moulay Ismail diberi julukan Bloodthirsty , sultan yang ‘haus darah’ .
Ketika memulai pemerintahannya ia memamerkan 400 kepala manusia di benteng kota Fez untuk menggertak musuhnya. Dan selama 55 tahun berikutnya ia diperkirakan menyiksa dan membunuh lebih dari 30.000 orang, tidak termasuk mereka yang mati dalam pertempuran.
Angkatan laut Maroko menjadi kekuatan sultan untuk mengendalikan samudra Atlantik dan Mediterania. Selama berabad-abad, angkatan laut Barbary yang dikenal dengan nama Sale Rover telah dianggap sebagai bajak laut yang banyak menyita ratusan kapal. Isi kapal termasuk penumpangnya dijadikan tawanan atau budak . Tindakan itu dilakukan sebagai respon respons atas serangan Knight Hospitaller di Yerusalem.
Baik Maroko maupun negara-negara Kristen (cristendom) sama-sama ingin mengendalikan perdagangan internasional. Moulay Ismail mengambil keuntungan dari pertarungan antara Aristokrasi dan Gereja Katolik Roma. Dan dalam pikiran Moulay Ismail, budak berarti uang dan dia mendapatkan pemasukan yang besar setiap tahunnya dari pedagangan atau penebusan budak kulit putih.
Sultan Moulay Ismail memperlakukan budak putih secara berbeda karena selain memiliki kemampuan berbahasa, juga memiliki keahlian membuat persenjataan dan menjadi tukang batu. Oleh karena itu sultan menerapkan sistem fungsional. Para budak putih dapat dipromosikan dari kelas pekerja menjadi anggota dewan atau penerjemah raja.
Seperti yang terjadi dengan Murat Reis the Young. Nama aslinya adalah Jan Janszoon van Haarlem, orang Belanda yang masuk Islam setelah ditangkap oleh negara Maroko pada tahun 1618. Karena kecakapannya membuat kapal dan seorang pelaut yang terampil maka sultan mempercayakan armada Sale Rover kepada Murat Reis the Young.
Moulay Ismail mempercayakan tentaranya kepada orang-orang Niger yang disebut Tentara Hitam atau tentara Al- Bukhari. Para prajurit tentara kulit hitam dibesarkan di bawah pengawasannya dan ditanamkan aturan Islam dalam jiwa mereka dengan ajaran dan instruksi dari Al-Imam Al-Bukhari. Mereka sangat setia kepada Sultan Moulay Ismail.
Saat Sultan Moulay Ismail wafat Pasukan hitam ini menjadi warisan besar bagi Maroko karena jumlahnya yang semakin bertambah. Setelah Maroko memperoleh kemerdekaan tahun 1956, Pengawal Hitam diubah namanya menjadi Royal Guard Maroko.
Walau Sultan Moulay Ismail membenci orang Katolik, ia justru mengizinkan umat Katolik Spanyol dan Prancis bebas beribadah. Namun, ia tidak mengizinkan orang protestan Inggris dan etnis lain ibadah di negaranya padahal Moulay Ismail dekat dengan Ratu Anne dan para pemimpin Inggris lainnya.
Di luar persoalan agaman, Sultan Moulay Ismail memiliki hubungan kedekatan dengan Louis XIV dari Perancis sebagai sekutu dekatnya. Pada 1682, ia mengirim Mohammad Temim menjadi duta besarnya di Prancis untuk menandatangani perjanjian persahabatan dan menegosiasikan pembebasan tawanan Maroko. Dia bahkan mengusulkan pernikahan Mohammad Temim dengan putri tertua Raja Louis XIV Marie Anne de Bourbon. Namun usul itu ditolak Marie
Rekor 1000 anak
Hal lain yang menarik dari kehidupan Sultan Moulay Ismail adalah para istri, selir dan anak-anaknya. Dia memiliki empat orang istri dan lebih dari 500 selir. Dari para wanitanya itu, Sultan memiliki 888 anak sehingga tercatat dalam The Guinness Book of World Records .
Menurut The Guinness Book of World Records, jumlah anak Sultan Moulay Ismail merupakan yang terbanyak dalam sejarah. Sehingga tidak heran bila setelah kematiaanya terjadi banyak pertempuran suksesi antara putra-putranya.
Dan jumlah angka sebanyak itu kemungkinan bertambah karena berdasarkan laporan Dominique Busnot, seorang diplomat Prancis yang sering bepergian ke Maroko, pada 1704 saat itu sultan berusia 57 dan telah memerintah selama 32 tahun kemungkinan besar telah memiliki 1.171 anak.
Pernikahannya dengan banyak wanita merupakan salah satu kunci baginya mempertahankan kekuasaanya. Setiap kali sebuah suku menyerah kepada Moulay Ismail, sang pemimpin suku akan mempersembahkan putrinya yang paling cantik dan bugar kepada sultan sebagai hadiah. Termasuk menikahi perempuan dari negara asing.
Pernikahan tersebut memuat kedudukannya bertahan lama. Dengan tindakannya itu sang sultan memberdayakan hubungan antara negara dan keluarga yang berkuasa. Hubungan tersebut lebih dari sekadar politik atau komersial tetapi menjadi hubungan darah daging. Dengan demikian, ia memiliki sekutu dalam jumlah tak terbatas.
Sultan Moulay Ismail dikenal sangat protektif terhadap empat istri dan 500 selirnya. Jika ada laki-laki lain yang melihat salah satu istri atau selirnya dihukum mati. Dan setiap kecurigaan perzinahan yang dilakukan istri atau selirnya akan dihukum berat.
Sultan sendiri bahkan turun tangan mencekik sampai mati wanita miliknya yang dianggap berzinah. Atau memotong payudaranya dan mencabut gigi mereka. Oleh karena itu, pria yang bertemu dengan wanita sultan harus berbaring menghadap tanah untuk menghindari tuduhan telah memandang harem sultan.
Di tahun 1703 setidaknya Moulay Ismail memiliki 867 anak yang terdiri dari 525 putra dan 342 putri. Putra ke-700 lahir tahun 1721. Anak-anaknya banyak ditempatkan di pemerintah hanya terutama di bidang militer dan ekonomi. Anak yang begitu banyak dan simpang siur jumlahnya itu tidak mengurangi reputasinya sebagai ayah dari ratusan anak.
Wanita yang dijadikan ratunya bernama Lalla Aisha Mubarka atau Zaydana yang berkulit hitam. Asalnya adalah selir. Zaydana melahirkan anak bernama Zaydan. Disisi lain, Sultan Moulay Ismail memiliki putra kesayangan bernama Mohammed al-Alim. Untuk menyingkirkan Mohammed al-Alim, Ratu Zaydana memfitnahnya dengan menyebut akan memberontak.
Sultan Moulay Ismail terhasut, ia menghukum putra kesayangannya, dengan memotong lengan kiri dan kaki kanannya sebagai peringatan kepada yang lain bahwa ketidaktaatan berarti hukuman berat atau kematian. Al-Alim meninggal karena kehilangan banyak darah
Namun soal anak yang jumlahnya kontroversial itu banyak diragukan kalangan ilmuwan. Mereka sangsi dengan kebenaran catatan sejarah itu . Akhirnya sebuah tim antropolog dari Universitas Wina melakukan simulasi komputer untuk menentukan apakah mungkin ia memiliki anak sebanyak itu.
Hasil simulasi tersebut menunjukkan bahwa untuk menjapatkan anak sebanyak itu, Sultan Moulay Ismail harus berhubungan seks sekali sehari selama 32 tahun. Dia tentu saja memiliki cukup banyak wanita untuk dihamili. Bahkan, simulasi mengungkapkan bahwa Moulay Ismail hanya membutuhkan 65 hingga 110 harem atau wanita untuk mencapai hasil yang sama.
Elisabeth Oberzaucher, seorang antropolog di Universitas Wina menyebutkan bahwa ia dan timnya dalam jurnal yang dirilis di Plos One, menyebutkan mereka berusaha sekonservatif mungkin dalam kalkulasinya, dan mereka menyebutkan bahwa Moulay Ismail bisa memiliki anak sebanyak itu.
Sultan Moulay Ismail wafat pada tahun 1727 di usia 90 tahun. Namanya menginspirasi lahirnya karya-karya sastra. Voltaire, filsuf dan penulis Prancis era Pertengahan menuliskan nama Moulay Ismail dalam novel satirnya berjudul Candide. Demikian pula Jane Johnson menulis novel The Sultan’s Wife yang didasarkan pada kisah Sultan Moulay Ismail. [ ]