POTPOURRI

Seni Lukis Dinding, Dari Gua Pra Sejarah di Nusantara sampai ke Kapel di Vatikan

Sejak masa prasejarah, manusia sudah mengekspresikan gagasannya melalui coretan, gambar maupun lukisan. Bahkan seni gambar lebih tua dibanding aksara. Melalui karya-karya seni gambar purba berkembanglah seni lukis dan dari seni itu pikiran kebudayaan dan  peradaban manusia dapat “dibaca”

Jernih — Periode Renaisans yang berlangsung sejak abad ke-14 hingga sekitar abad ke-17 disebut-sebut sebagai tonggak baru dalam peradaban manusia. Dunia seni di belahan bumi Eropa mengalami kemajuan yang cukup pesat. Tercatat, berbagai lukisan yang kini mendunia diciptakan pada periode ini, di antaranya Monalisa dan Perjamuan Terakhir karya Leonardo da Vinci.

Pada zaman itu, aliran realis berkembang pesat dan banyak dianut oleh para seniman. Objek lukisan diupayakan semirip mungkin dengan aslinya. Karya-karya tersebut tak hanya dianggap indah sebagai karya seni namun juga bermanfaat bagi bidang lainnya, misalnya bidang kedokteran.

Gambar tubuh manusia secara detil dan presisi sangat sangat dibutuhkan para tenaga medis waktu itu. Sket anatomi tubuh manusia karya Leonardo da Vinci hingga kini bahkan masih sering digunakan sebagai simbol kesehatan tubuh manusia.

Sebelum era Renainsans, umum disebutkan bahwa Eropa berada di masa Abad Kegelapan atau Dark Ages yang merupakan sinonim untuk Abad Pertengahan. Dinukil dari lama Study.com, istilah ini merujuk periode sejak kejatuhan Kekaisaran Romawi hingga periode kebangkitan budaya Yunani di Eropa atau yang umum dikenal dengan periode Renaisans.

Terminologi Abad Kegelapan pertama kali digunakan oleh seorang sarjana Italia bernama Francesco Petrarch (1304-1374). Ia menggunakan istilah ini untuk menggambarkan kondisi dunia ilmu pengetahuan dan kebudayaan Latin sejak kejatuhan Kekaisaran Romawi hingga masa ia hidup yang dianggapnya dekaden dan “gelap”.

Pada periode ini, hampir semua jenis kesenain diabadikan untuk keagungan gereja. Dalam buku Seni-Apa Itu? karya Michel Hauskeller dituliskan bahwa seni Abad Pertengahan, khususnya seni lukis, harus “berhasil meniru kenyataan yang tampak” sekaligus harus dapat dipahami sebagai pengejawantahan keagungan Tuhan. Pada masa ini, seni selalu dikaitkan dengan Tuhan dan agama.

Dinukil dari Medievalchronicles.com, corak agama Kristen yang kental dan dominan dalam segala bidang kehidupan termasuk kesenian di masa ini, melahirkan ragam seni yang disebut Christian Art atau Seni Kristen. Pada masa ini pula teknik lukis dinding yang dikenal dengan istilah fresco berkembang.

Istilah ini kemudian lazim digunakan untuk menyebut juga jenis karya lukis yang dibuat dengan teknik tersebut. Banyak Gereja berhiaskan lukisan-lukisan di dindingnya yang bersumber dari Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Fresco terus berkembang dan memasuki masa jayanya justru di era Renainsans. Salah satu fresco paling mashur adalah karya-karya seniman Italia, Michel Angelo Buonarotti, di Kapel Sistina di Vatikan. Karya tersebut dibuat atas titah Paus Julius II. Michel mulai melukisnya pada tahun 1508 dan baru pada tahun 1512 karya tersebut mulai diperlihatkan ke publik.

Laman Tribunnewswiki.com menyebut ada tiga tema yang diusung lukisan-lukisan tersebut, yaitu penciptaan dunia oleh Tuhan, hubungan Tuhan dengan umat manusia, dan jatuhnya umat manusia dari Taman Eden. Ketiganya bersumber dari Alkitab.

Jauh sebelum seniman-seniman dunia menggoreskan tintanya di Eropa, “seniman Nusantara” telah lebih dulu menciptakan karya seni lukis di dinding gua.

Goresan gambar purba dapat ditemui di Indonesia, Jernih pernah menulis tentang coretan manusia purba di Rajadesa, Ciamis, yang disebut Rock Art Citapen.

Tekhnik gambar yang digunakan manusia purba Citapen masih sangat sederhana, tidak menggunakan zat pewarna, namun  menggores dinding tebing dengan benda keras yang tajam sehingga menghasilkan gambar sederhana berupa simbol telapak tangan dan figur manusia yang disebut manusia kangkang.

Rockart Citapen Rajadesa, Kab. Ciamis

Kemudian di Kalimantan terpapar 2000 lukisan purba dengan berbagai klasifikasinya yang tersebar  di 37 situs dinding gua. Tempat ajaib yang menyimpan keragaman lukisan tersebut adalah karst Sangkulirang-Mangkalihat.

Berdasarkan pengujian pertanggalan yang pernah dilakukan di Situs Gua Ilas Kenceng, Situs Liang Jon, Situs Gua Batu Aji, Situs Gua Tengkorak, oleh Julian Espagne (dengan analisa lapisan tanah menggunakan AMS di beta Analytic Laboratory) menghasilkan kesimpulan bahwa pertanggalan hunian gua-gua di kawasan karst Sangkulirang pada kisaran 12.000 – 8.500 tahun lalu.

Jernih juga pernah menulis karya lukis manusia purba juga ditemukan di Lembah Baliem yang sangat sulit diakses oleh manusia. Di gua yang disebut Kontilola ini terdapat lukisan misteriusdi dinding gua yang berbeda dengan gua lainnya.

lukisan purba Gua Kontilola

Biasanya lukisan purba di dinding gua umumnya menggambarkan suasana berburu, hewan atau bertani, maka lukisan dinding Gua Kontilola berupa figur manusia mirip alien. Lukisan istimewa sekaligus misterius itu menjadi tantangan bagi arkeolog untuk memcahkannya.

Lukisan purba Nusantara kemudian ditemukan lagi pada tahun 2017 di dinding gua Leang Bulu’ Sipong di Sulawesi oleh seorang arkeolog Indonesia bernama Hamrullah. Dari hasil penelitiannya bersama koleganya, Adam Brumm, dari Griffith University, Australia, disimpulkan bahwa lukisan ini berusia sekitar 44 ribu tahun.

Pada lukisan sepanjang 4,5 meter berwarna merah kecoklatan tersebut terdapat objek mirip manusia yang tengah memburu babi liar. Ada pula gambar hewan mirip anoa dan manusia setengah hewan atau yang dikenal dengan istilah therianthropes.

Situs Theguardian menulis temuan terbaru ini sangat luar biasa karena jauh lebih tua dari narasi sebelumnya, yang mengisyaratkan mitos kuno dan kapasitas awal berimajinasi.

“Di ruang gua itulah ditemukan seni cadas luar biasa yang tidak pernah kita lihat sebelumnya di mana pun di dunia ini,” ujar Brumm, dikutip dari Jernih yang juga menulis tentang gua ini berdasarkan tulisan theguardian.

Kepurbaan gua Leang Bulu’ Sipong juga ditulis oleh Kumparan, hasil riset yang dimuat di jurnal Nature tanggal 7 November 2018 menyebut bahwa lukisan objek mirip sapi ini merupakan salah satu lukisan gua buatan manusia tertua di dunia yang pernah ditemukan. Usianya diperkirakan sekitar 40 ribu tahun.   

Hasil penelitian bersama antara peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Pusat Peneliatian Arkeologi Nasional (Arkenas), dan Griffith University menyimpulkan, karya seni kuno yang terdapat di Kaltim tersebut dibuat dalam tiga periode waktu berbeda.

Lukisan pertama dibuat pada periode 52 ribu hingga 40 ribu tahun yang lalu berupa jejak tangan dan gambar hewan mirip banteng (Bos Javanicus) dan sapi liar.

Lukisan kedua dibuat pada zaman es atau last glacial maximum yang terjadi sekitar 20 ribu tahun silam berupa gambaran berbagai aktivitas manusia zaman itu seperti berburu dan tarian ritual. Selain itu, terdapat pula tanda-tanda abstak yang belum diketahui secara pasti maknanya.

Yang ketiga nampak lebih “moderen”. Karya kesenian batu ini berupa figur mirip manusia, kapal, serta desain geometrik yang banyak digambar dengan pigmen hitam. Karya-karya semacam ini ditemukan juga di daerah lain di Indonesia.

“Aliran seni” ini diduga dibawa oleh petani Neolitik Asia yang datang ke Nusantara Kuno sekitar 4 ribu tahun yang lalu. Temuan-temuan ini sesuai dengan asumsi umum bahwa Homo Sapiens meninggalkan Afrika, tempat pertama kali mereka eksis, pada kurun waktu 70 ribu hingga 60 ribu tahun lalu.

“Temuan di Indonesia ini menambah pemahaman kita mengenai evolusi dari seni figuratif, mungkin untuk pertama di Asia, kemudian di Eropa dan Afrika,” kata Christopher Henshilwood, direktur Centre for Early Sapiens Behavior, sebuah lembaga riset di University of Bergen, Norwegia, seperti dikutip Kumparan.   

Ia juga mengatakan bahwa setelah Homo Sapiens menyebar ke wilayah Eurasia, mereka mulai  mengembangkan keinginan atau kemampuan untuk memproduksi karya seni figuratif.

Rock Art atau seni cadas seperti yang terdapat di Jawa Barat, Sulawesi dan Kalimantan banyak ditemukan di situs-situs pra sejarah di Eropa. Usianya mencapai 14 ribu hingga 21 ribu tahun. Dengan kisaran usia 40 ribu tahun, sejauh ini lukisan gua di Kalimantan dan Sulawesi itu masih merupakan yang tertua di dunia. [ ]

Back to top button