Siapakah Ani Idrus, Tokoh Google Doodle Hari Ini?
JAKARTA—Begitu sahabat Jernih membuka Google pada 25 November, sesosok wanita yang tampak terpelajar menjadi tokoh Google Doodle. Sekilas orang akan berpikir dia hanya sosok imajiner seorang guru, mengingat hari ini pun kerap dilekatkan kepada Hari Guru.
Namun ternyata bukan, karena begitu diklik, nama yang muncul adalah Ani Idrus. Siapakah beliau? Berdasarkan data Wikipedia.org, Ani Idrus dilahirkan di Sawahlunto, Sumatera Barat, 25 November 1918. Beliau meninggal di Medan pada 9 Januari 1999, di usia 80 tahun dan dikebumikan di Pemakaman Umum Jalan Thamrin, Medan.
Pada masanya Ani adalah wartawati senior yang mendirikan Harian Waspada bersama sang suami, H Mohamad Said pada 1947. Ani seorang yang penuh komitmen. Ia terus berkarya, hingga terakhir kali menjabat pemimpin umum sekaligus pemimpin redaksi tak hanya Harian Waspada, tetapi juga Majalah Dunia Wanita.
Kiprah sosial lainnya, Ani mendirikan lembaga Pendidikan di bawah naungan Yayasan Pendidikan Ani Idrus. Ani juga sempat menjabat ketua umum Sekolah Sepak Bola Waspada, direktur PT Prakarsa Abadi Press dan ketua Yayasan Asma Cabang Sumatera Utara.
Pendidikan Ani dimulai sejak Sekolah Rakyat di Sawahlunto, selain sebagaimana laiknya urang awak, bersekolah pula di madrasah dan mengaji di surau. Pada 1928 Ani pindah ke ke Medan untuk melanjutkan sekolah di Jalan Antara Ujung. Tamat sekolah itu, ia masuk Methodist English School, Meisjeskop School, Schakel School, dan Mulo Taman Siswa.
Dengan komitmen tinggi kepada Pendidikan, Ani mendaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum UISU Medan, pada saat usianya telah mencapai 44 tahun (1962-65), dan meraih sarjana hukum. Tak hanya itu, pada 1975—usia 57 tahun, Ani mendaftar sebagai mahasiswa Fisipol di UISU. Yang menarik, baru pada 19 Juli 1990—pada usia 72, ia menyelesaikan sidang akhir guna meraih gelar doktoranda (sarjana Strata 1) untuk Jurusan Ilmu Sosial Politik.
Ani memiulai kariernya di dunia kewartawanan pada 1930, dengan mulai menulis untuk Majalah Panji Pustaka, Jakarta. Najalah itu lebih sebagai majalah sastra yang didirikan para pentolan Balai Pustaka. Pada 1936 ia sekaligus bekerja pada Sinar Deli, Medan dan contributor pada majalah Politik Penyedar.
Terbius profesi, pada 1938 Ani menerbitkan majalah politik Seruan Kita bersama H. Mohammad Said yang kemudian menjadi suaminya. Baru pada 1947 keduanya menerbitkan Harian Waspada dan 1949 menerbitkan majalah ‘Dunia Wanita’.
Untuk kiprahnya yang heroic itu, pada 1988 Ani menerima anugrah ‘Satya Penegak Pers Pancasila’ dari Menteri Penerangan RI saat itu, Harmoko. Pada 1990 ia pun menerima penghargaan sebagai wartawan yang masih aktif mengabdikan diri di atas 70 tahun.
Dalam karier kewartawanannya, Ani Idrus tercatat sebagai tokoh yang ikut mendirikan dan membina organisasi wartawan, PWI. Pada 1951 Ani turut mendirikan organisasi PWI Medan, dan menjadi pengurus. Tahun 1953-1963, berturut-turut menjabat sebagai Ketua PWI Kring Medan. Pada 1959 ia mendirikan ‘Yayasan Balai Wartawan’ Cabang Medan, dan dipilih sebagai ketua. Ia juga mendirikan ‘Yayasan Akademi Pers Indonesia’ (API). [ ]