Stasiun Tanjung Priok yang Pernah Jadi Stasiun Teramai di Asia
Stasiun Priok dibangun tahun 1914. Perancangnya adalah CW Koch, seorang insinyur dari perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staats Spoorwegen (SS), bergaya art deco.
JERNIH— Ke arah timur dari Stasiun Beos atau Stasiun Kota, terdapat sebuah stasiun peninggalan Belanda lain di Batavia, yakni Stasiun Tanjung Priok.
Stasiun itu dibangun karena pelabuhan baru Tanjung Priok (dibangun 1877 dan selesai tahun 1883) mulai ramai. Pada masanya Pelabuhan Tanjung Priok banyak berperan sebagai pintu gerbang Batavia. Stasiun itu bahkan merupakan pelabuhan paling ramai di Asia setelah pembukaan Terusan Suez.
Stasiun Tanjung Priok menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan Batavia di selatan. Ketika itu sebagian besar wilayah Tanjung Priok adalah hutan dan rawa.
Stasiun ini dibangun untuk mengakomodasi perdagangan dan wisatawan Eropa. Ketika itu mobil masih jarang bahkan dianggap berbahaya. Pemerintah Hindia Belanda menilai sarana transportasi yang aman hanyalah kereta api. Di pihak lain, pelabuhan lama di wilayah Sunda Kelapa (Pasar Ikan) tidak lagi memadai.
Stasiun Priok dibangun tahun 1914. Perancangnya adalah CW Koch, seorang insinyur dari perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staats Spoorwegen (SS).
Stasiun ini dikerjakan sekitar 1.700 orang pekerjanya, 130 di antaranya orang Eropa. Stasiun memiliki delapan peron, nyaris sebesar Stasiun Jakarta Kota. Pada mulanya stasiun ini jarang digunakan karena kereta api kapal langsung menuju ke dermaga pelabuhan. Stasiun banyak berfungsi ketika kereta rel listrik mulai digunakan di Batavia tahun 1925. Seperti halnya Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Tanjung Priok memiliki langgam art deco.
Mulai tahun 2000 Stasiun Tanjung Priok tidak lagi berfungsi sebagai stasiun penumpang. Akibatnya kondisi stasiun semakin terbengkalai. Ruangan di depan bangunan stasiun disewakan kepada kantor-kantor jasa, seperti penjualan tiket dan pengiriman barang.
Pada 2008 dilakukan renovasi besar-besaran terhadap fisik bangunan Stasiun Tanjung Priok, termasuk rehabilitasi jalur dan pengadaan peralatan elektrik untuk menggantikan peralatan mekanik (manual).
Pada 28 Maret 2009 Stasiun Tanjung Priok kembali difungsikan dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tiga kereta perdana, yakni jurusan Pasar Turi-Tanjung Priok, Purwakarta-Tanjung Priok, dan Cikarang-Tanjung Priok diluncurkan pada 13 April 2009.
Bentuk keaslian Stasiun Tanjung Priok tetap dipertahankan. Diharapkan stasiun ini akan menjadi pusat studi sejarah dan cagar budaya, mengingat lokasinya tidak terlalu jauh dari kawasan wisata kota tua. Kini keberadaan Stasiun Tanjung Priok dilindungi Undang-Undang Cagar Budaya 1992. [ ]
Ditulis Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya, mantan wartawan ‘Mutiara’, di blog yang bersangkutan.