Tujuh Pembunuhan Politik Paling Terkenal dalam Sejarah
Banyak pembunuhan politik dalam sejarah umat manusia, tapi tidak banyak yang dianggap memiliki efek berkepanjangan dan mempengaruhi sejarah. Berikut tujuh pembunuhan politik menurut versi livescience.com.
1. Tragedi Romawi
Kendati hidup dua milenium lalu, Julius Cesar masih tercatat sebagai pemimpin terkenal yang menemui ajal secara brutal. ‘Diktator Abadi’ Kekaisaran Romawi itu wafat pada Maret 44 sebelum masehi (SM). Brutus dan Cassius memimpin sekelompok senator, yang disebut Liberator, menikam Cesar hingga tewas di Teater Pompey.
Mofit pembunuhan? Para senator takut Caesar menyingkirkan senat, dan menciptakan kediktatoran. Setelah menyingkirkan Caesar, justru mereka membentuk pemerintahan tiran.
2. Abe Yang Jujur
Abraham Lincoln dielu-elukan sejarawan sebagai presiden terbesar dalam sejarah Amerika Serikat (AS). Ia berada di puncak keemasannya ketika dibunuh tahun 1865.
Abe, demikian Abraham Lincoln dipanggil rakyatnya, mengakhiri perbudakan. Mempertahankan United States of America (USA) melalui perang sipil yang dimenangkan, dan memimpin negaranya meleweti jalan panjang rekonstruksi.
Ia menyukai seni, dan suka menonton drama. Saat menonton pertunjukan di Ford’s Theatre di Wasington DC, John Wilkes Booth menyelinap ke belakang kursi sang presiden dan menembak kepala Abe pada Jumat 14 April 1865.
Booth melompat ke panggung, dengan tangan memegang pisau. Ia berteriak; Sic semper tyrannis, atau akan selalu menjadi tiran. Sebuah frasa yang dikaitkan dengan Brutus dan pembunuhan Julius Caesar.
3. Nasib Pemimpin tanpa Kekerasan
Mohandas Karamchand, atau Mahatma, Gandhi memimpin India terbebas dari Inggris sejak 1920 sampai 1940-an. Ia menolak revolusi, dan lebih suka menggunakan pendekatan non-kekerasan untuk mencapai tujuannya.
Pada 30 Januari 1948, Nathuram Godse — nasionalis hindu Rasthriya Swayamsevak Sangh (RSS) — menentang pendekatannya. Godse juga menuduh Gandhi pilih kasih terhadap kaum Muslim. Godse menembak Gandhi dengan tiga peluru saat sang pemimpin berada di Rumah Birla di New Delhi.
Jutaan orang datang menyaksikan prosesi pemakamannya. Menariknya, Godse — bagi sebagian pemeluk Hindu di India — adalah pahlawan. RSS, organisasi yang menaunginya, membentuk Partai Bharatiya Janata (BJP) yang saat ini berkuasa di India.
4. I Have a Dream
Seperti Gandhi, Martin Luther King Jr adalah superstar gerakan hak-hak sipil AS. Ia menolak kekerasan dan pembangkangan untuk mendorong desegregasi, hak suara, an hak-hak sipil lainnya untuk warga Afro-Amerika.
Terlepas dari pendekatan non-kekerasan, perlawanan terhadap gerakan Martin Luther King Jr — terutama oleh orang-orang Selatan yang menolak desegregasi — sangat terorganisir.
Kelompok supremasi kulit putih mengatur pemboman, pembunuhan, dan penganiayaan, untuk mempertahankan status quo. Luther King Jr adalah salah satu korbannya.
Ia ditembak di balkon Lorraine Motel di Memphis, April 1968. Pihak berwenang menghukum James Earl Ray, penjahat gurem rasis atas pembunuhan itu. Beberapa dekade kemudian muncul desas-desus Earl Ray adalah bagian rencana pemerintah mengenyahkan Luther King.
5. Keluarga Naas
Keluarga Kennedy dirudung tragedi selama beberapa generasi. Pada 22 November 1963 seorang penembak jitu membunuh John F Kennedy, yang saat itu berada di mobil terbuka di Dallas, Texas.
Komisi Warren, yang menyelidiki pembunuhan itu, menyimpulkan Lee Harvey Oswald — mantan marinir AS yang membelot ke Uni Soviet tapi kembali ke AS — bertindak sendirian membunuh Kennedy. Ia melepas tembakan dari lantai enam sebuah gedung penyimpanan buku.
Banyak yang percaya kesipulan Warren salah. Selama lima dekade sejak pembunuhan itu berbagai teori konspirasi muncul.
Lima tahun setelah pembunuhan itu, Robert F Kennedy — adik laki-laki John F Kennedy — dibunuh saat berkampanye. Dia baru saja memenangkan pemilihan di California, dan meninggalkan ruang dansa Hotel Los Angeles, ketika Sirhan Sirhan — seorang pemeluk Kristen asal Palestina — melepaskan tembakan dari jarak dekat
Motif Sirhan Sirhan, Robert F Kennedy mendukung Israel.
6. Kematian yang Mengubah Peta Eropa
Franz Ferdinand, pewaris takhta Kekaisaran Austro-Hungaria, bukan figur disuka. Sejarawan menyebutnya sebagai orang yang selalu curiga, sering berteriak histeris, dan tidak populer di dalam dan luar istana.
Jika ada prestasi yang diraihnya, mungkin kematian. Kematianya memicu Perang Dunia I, mengubah peta Eropa, dan menjadi akhir Kekaisaran Austro-Hungaria — entitas politik terbesar di Eropa yang seharusnya dia pimpin.
Archduke, demikian gelar Franz Ferdinand, ditembak di Jembatan Sarajevo oleh Gavrilio Princip — nasionalis Serbia dan anggota Black Hand, perkumpulan rahasia di tubuh Tentara Serbia.
Kekaisaran Austro-Hungaria percaya militer Serbia terlibat dalam pembunuhan, dan mengeluarkan ultimatum. Serbia menolak ultimatum, dan perang tak terhindarkan.
Jalinan aliansi tercipta. Perang Dunia I pecah, yang mengakhiri Kekaisaran Austro-Hungaria. Jutaan orang tewas dalam perang mengerikan itu, dan Princip tidak menjadi apa-apa.
7. X yang Menakutkan
Malcom X adalah yatim-piatu yang menghabiskan waktu di penjara. Selama di penjara ia belajar tentang Islam, dan menjadi anggota Nation of Islam.
Keluar dari penjara, ia memasarkan gagasannya. Ia menganjurkan separatisme kulit hitam karena orang Afro-Amerika tidak akan bisa berhasil jika masih hidup di masyarakat rasis.
Berbeda dengan Martin Luther King Jr, Malcolm X menolak pendekatan non-kekerasan. Yang menarik adalah lawan Malcolm X bukan kulit putih, tapi dari kalangan dekatnya. Ketika dia berselisih dengan Elijah Mohammad, dan menemukan ajaran Islam sebenarnya, Malcolm X diberondong tiga pembunuh pada 21 Februari 1965.
Malcolm X ditembak saat berpidato di Audubon Ballroom di New York City.