Warga Khawatir Taliban Gunakan Data Intelijen untuk Buru Pendukung AS
![](https://jernih.co/wp-content/uploads/afganistan-taliban-1.jpeg)
Data intelijen itu dikhawatirkan untuk mencari warga di Afghanistan maupun luar negeri yang mendukung pendudukan AS di negara itu.
JERNIH-Kepala Manajemen Proyek Biometrik Pentagon William Graves memastikan jika seluruh data dan berbagai informasi yang tertinggal di Afghanistan telah dihapus dengan perangkat lunak penghapus data tingkat militer.
Menurut Graves, seluruh data yang terkumpul sejak 2001 tersebut merupakan hasil penyadapan internet dan telekomunikasi yang dilakukan Badan Intelijen di negara itu.
Pernyataan mantan pejabat keamanan Afghanistan itu merupakan jawaban dari kekhawatiran sejumlah pihak jika data warisan dari Amerika Serikat di Afghanistan akan disalahgunakan Taliban untuk memburu warga yang dianggap kolaborator AS.
Dilansir AP News, ada indikasi Taliban akan mencari dan memanfaatkan data peninggalan pemerintah lama Afghanistan. Data itu dikhawatirkan untuk mencari warga Afghanistan maupun luar negeri yang mendukung pendudukan AS di negara itu.
Adanya upaya identifikasi dan intimidasi warga Afghanistan yang bekerja dengan pasukan AS diperkuat dari pernyataan beberapa orang yang mengaku telah menerima panggilan telepon, teks, dan pesan WhatsApp yang tidak menyenangkan dan mengancam.
Dikhawatirkan Taliban akan meretas data yang sebetulnya hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu. Taliban telah mencoba mencari dan menemukan orang yang mau membuka data itu.
Seorang kontraktor AS berusia 27 di Kabul juga menceritakan kepada The Associated Press bahwa ia mendapat panggilan untuk datang ke Kementerian Pertahanan Afghanistan. Ia dan temannya merupakan pembuat sistem database AS yang digunakan untuk menggaji tentara dan polisi AS di Afghanistan.
Data yang dibuatnya cukup lengkap karena memiliki 40 jenis data. Di antaranya adalah tanggal lahir, nomor telepon, nama ayah dan kakek, sidik jari, dan pemindaian mata serta jari.
Namun pihak Taliban yang menyadari tengah menjadi sorotan dunia, menyangkal akan memanfaatkan data lama pemerintah Afganistan untuk melakukan balas dendam. Mereka bahkan menyebut jika pihaknya hanya fokus pada pemulihan ekonomi dan pencairan aset di luar negeri. (tvl)