Wow, 96 Persen Belanja Online Dongkrak Sampah Plastik
Sementara itu, Direktur Pengurangan Sampah KLHK, Sinta Saptarina Soemiarno bilang, peningkatan jumlah sampah plastik berasal dari bisnis virtual selama masa pandemi.
JERNIH-Sepanjang tahun 2021, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebtu, total sampah nasional mencapai 68,5 juta ton. Sedangkan 17 persennya atau sekitar 11,6 juta ton, berasal dari sampah plastik.
Meningkatnya sampah plastik yang mencapai 17 persen di tahun 2021 dalam komposisi sampah nasional, didorong akibat perubahan gaya hidup praktis hingga penggunaan plastik sekali pakaui pun meningkat.
Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, di tahun 2010 sampah plastik hanya 11 persen dari komposisi sampah nasional.
“Memang ini didorong oleh perubahan gaya hidup atau lifestyle dan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang inginnya praktis,” ucapnya.
Makaya, Rosa mengatakan perlu kebijakan dan upaya luar biasa guna mengatasi permasalaan ini. Namun, bukan cuma menekan angka pemakaian plastik individu melainkan juga di kalangan pelaku usaha.
“Di hulu ada dua pihak yang besar yang harus kita tangani. Yang pertama kita, individual yaitu kita memilah sampah. Tapi ada juga yang lain yaitu produsen yang memproduk barang yang ada kemasannya yang setelah dipakai dibuang begitu saja,” kata dia menjelaskan.
Dalam diskusi daring yang dilakukan pada Jumat (25/2), Rosa juga menyebutkan kalau Pemerintah sudah melakukan upaya dengan mengeluarkan Permen LHK nomor 75 tahun 2019 tentang peta jalan pengurangan produsen. Artinya, pelaku usaha diwajibkan menekan penggunaan plastik.
Bentuk pengurangannya, dengan mewajibkan produsen membatasi penghasilan sampah dan mendaur ulangnya melalui penarikan kembali serta memanfaatkannya.
Sementara itu, Direktur Pengurangan Sampah KLHK, Sinta Saptarina Soemiarno bilang, peningkatan jumlah sampah plastik berasal dari bisnis virtual selama masa pandemi. Menurutnya, frekwensi belanja via online yang tadinya cuma sebulan sekali, aik hingga 10 kali lipat perblannya. Dan 96 persen paket belanja, dibungkus dengan plastik.
“Meningkatnya pemakaian kemasan, pembungkus, bubble wrap dan kantong plastik itu pada saat pengemasan dan pengiriman barang-barang,” kata dia dalam diskusi yang sama.[]