Puisi

5 PUISI A SLAMET WIDODO

BUAYA

Buaya adalah contoh binatang
Teladan kita
Dalam hidup berumah tangga
Mereka adalah pasangan setia
Berdua selamanya
Maka di pernikahan orang Betawi
Selalu ada disuguhkan roti buaya
Agar tidak gonta ganti pasangan
Seperti manusia
Itu buaya …..kalau diair
Kalau di darat …?
Wah saya nggak tanggung jawab!
Paham!

Seorang bapak
Menasehati anak perempuanya
“nak…kalau pilih suami
Pilihlah yang berkumis”
“ kenapa pak?”
“ karena yang berkumis itu
Hanya jenis lele …bukan buaya!
Paham!

Seorang bapak
Menasehati anak perempuannya
Buaya itu badannya bau
Buaya darat badannya juga bau
Tapi baunya wangi parfum wanita
Kalau suamimu pulang baunya wangi
Kamu perlu curiga
Jangan jangan suamimu buaya
“bagaimana kalau bau minyak angin ?
“ nak kamu harus lebih curiga”
Jangan jangan parfumnya oleh minyak angin ditimpa
Supaya kamu tidak curiga
Paham !

Buaya ada banyak jenisnya
Ada jenis yg ganas
Ada jenis yg jinak
Ada pula jenis jinak jinak merpati
Buaya giginya kuat
Kalau menggigit lukanya luar biasa
Tapi ada jenis buaya
Yang tidak menggigit
Tapi menjepit
Jepitannya luar biasa
Enak dan tahan lama
Buaya jenis ini
Adalah isteri Pak Aya
Isteri tetangga kita
Paham

Pelaut punya semboyan
“di laut kita jaya
Di darat kita buaya
Di rumah tidak berdaya”
“ paham?”

Para buaya punya hobi
Hobinya mancing
(mainan alat kencing)
Betul?
Kalau punya suami
Minta izin mancing
Wahai para isteri
Ber hati hati lah
Paham !

Seorang lelaki buaya ditanya
“Mas kalau libur acaranya apa?”
“ wah saya selalu sibuk
Sibuk mancing
Pagi mancing di danau
Siang sampai sore
Mancing di laut
Malam ikut ceramah”
“ceramah apa mas?”
“ ceramah dari istri tercinta”
Paham!

Biasanya suami buaya
Seperti pantun
“air yang tenang menghanyutkan”
Kelihatan suami sabar ,sopan ,tenang
Tahu tahu punya simpenan
Tahu tahu menghamili pembantunya
Paham !

Suami buaya biasanya
Adalah suami Istiqomah
Suami takut isteri kalau di rumah
Paham !

Para buaya penyakitnya
Bukan penyakit gula
Tapi penyakit gula gula
Paham!

Pantun para buaya adalah
“Ada gula ada semut”
“ Ada gula gula ada yang diemut”
Paham!

Lagu para buaya adalah
Lagunya Maia Estianti
Judulnya TTM
“ Teman Tapi Muncrat”
Kalau suamimu seneng lagu TTM hati hati !
Paham!

Bagi para buaya
Punya banyak isteri adalah prestasi
Suami punya 4 isteri
Dibilang “Superman”
Suami punya 3 isteri
Dibilang “Gentelman”
Suami punya 2 isteri
Dibilang “Real man”
Suami punya 1 isteri
Dibilang “Cemen”
Yang tidak punya isteri
Dibilang “No coment”
Paham!

Buaya darat
Bukan selalu priya
Ada pula yang wanita
Namanya tante girang
Atau gadis garang
Biasanya suka mengganggu suami orang
Bila lapar ia cari teman kencan
Namanya gigolo
( digigit ela elo)
Paham!

Buaya darat
Makin tua
Makin sulit mendarat
Kalau mendarat
Butuh obat kuat
Kalau dipaksa mendarat
Bisa bisa masuk
Unit Gawat Darurat
Paham!

Seorang anak lelaki kecil
Ditanya guru perempuanya
Tentang suara bunyi binatang
Suara anjing bagaimana nak?
“ huk huk”
“ betul ?”
Suara kucing bagaimana nak?
“meong”
“ betul?”
Kalau suara buaya bagaimana nak?”
“ hai sayang!”
Paham!

Kita sudahi puisi” Paham” ini
Supaya kita tidak gagal paham
Paham!

Jakarta, 9 juli 2023


CATATAN REDAKSIONAL

Buaya, Gula-Gula, dan Sebuah Negara Bernama Paham

Oleh IRZI Risfandi

Bilamana puisi biasanya bikin kita merenung dalam-dalam, puisi A. Slamet Widodo ini malah bikin kita ngikik, melek, dan nyengir sambil merasa: “Aduh, jangan-jangan aku atau tetanggaku kayak gini ya?” Dalam puisi “Buaya”, penyair kelahiran Solo yang genap berusia 72 tahun ini (iya, lahir di tanggal unik: 29 Februari!), menyajikan satire sosial yang bukan cuma segar tapi juga pedas, centil, dan penuh punchline berlapis kritik. Di tangan Pak Slamet, buaya bukan sekadar reptil yang licik atau simbol laki-laki nakal, tapi juga metafora sosial nan lentur yang bisa nyempil ke mana saja: pernikahan, pendidikan, parfum, sampai urusan dapur rumah tangga.


Puisi ini seperti stand-up comedy yang sedang naik panggung di tengah diskusi gender, moralitas, dan relasi kuasa. Ada kritik ke bapak-bapak berkumis, yang katanya bukan buaya karena lebih ke lele (kita ngakak dulu, boleh). Lalu tiba-tiba kita disodorin fakta-fakta aroma tubuh, dari parfum wanita sampai minyak angin, lengkap dengan konspirasi pewangi. Sungguh, ini sosiologi rumah tangga edisi parodi, tapi akarnya dalam: persoalan kesetiaan, citra maskulinitas, kemunafikan sosial, hingga stigma perempuan dalam relasi patriarki. Dan ya, ini dibalut dengan gaya puisi yang comical, populis, sekaligus tajam seperti pisau dapur emak-emak yang tahu isi dompet suaminya lebih dari isi hati suaminya sendiri.


Kita lihat bagaimana buaya dalam puisi ini dibelah jadi dua: buaya air dan buaya darat. Buaya air setia, katanya, karena itu orang Betawi suka pakai roti buaya di nikahan. Tapi begitu buaya naik ke darat, ambyar! Masuk ranah kecurigaan istri, ceramah malam, simpanan, penyakit gula-gula, bahkan istilah TTM alias Teman Tapi Muncrat—yep, ini puisi satu-satunya yang sukses mengawinkan Maia Estianty dan pantun “air yang tenang menghanyutkan” dalam satu bait. Dan kita tak bisa mengabaikan bagaimana di balik komedi ini, ada sense kritis yang tajam terhadap gaya hidup patriarkal yang menjadikan infidelity sebagai “prestasi” dan kesetiaan sebagai bahan lelucon.

A. Slamet Widodo, yang dikenal lewat buku-buku puisi dengan judul nyeleneh seperti Kentut, Selingkuh, dan Simpenan, memang konsisten membawa puisi ke tengah masyarakat. Ia tidak sok estetik, tidak sibuk mengejar metafora njelimet, tapi tetap mampu membuat kita berhenti sejenak dan berpikir. Puisinya seperti tumpeng di hajatan kampung: ramai, lengkap, dan semua orang bisa makan bagian favoritnya. Ia penyair yang tahu betul bahwa kadang-kadang cara paling elegan menyindir kemunafikan adalah dengan membuat orang tertawa dan tersindir dalam satu tarikan napas.


Jadi, puisi “Buaya” ini bukan hanya hiburan santai di Minggu pagi. Ini adalah peta kecil yang memperlihatkan betapa rapuhnya sistem nilai yang kita agungkan jika hanya berdiri di atas parfum, pantun, dan pantas-pantasan sosial. Di balik banyolannya, Pak Slamet menegaskan: “Ayo kita sadari, jangan-jangan kita sedang hidup dalam sistem yang memuliakan predator dan menghakimi korban.” Dan seperti yang ia tutup dengan mantap: paham? Kalau belum paham, mungkin kita butuh baca ulang—sambil ngaca.

2025


TUHAN KAMI BERTANYA
(Perjalanan mencari Tuhan)

Kami orang beragama
Percaya Tuhan Itu ada
Percaya Nabi yg diutus Nya
Percaya hidup sesudah mati

Kami hidup di zaman logika
Tidak gampang mencerna
Tidak gampang menelan
Yang tak dapat diterima
Dengan akal dan logika

Kadang kami bertanya
Tapi takut menjawabnya
Kadang kami yakin
Kadang ragu menjawabnya
Apakah Tuhan itu ada?

Menurut yang ada dikitab
Manusia berasal dari manusia
Menurut ilmu pengetahuan
Manusia berasal dari monyet

Kadang kami bertanya
Kenapa orang baik mati muda
Kenapa orang jahat
Tidak ada matinya
Tuhan … keadilan itu di mana?

Kadang kami bertanya
Kenapa Tuhan dari agama
Tuhan yang mengancam
Bukan Tuhan yang Kasih

Kalau kamu berbuat baik
Kamu masuk surga
Kalau kamu berbuat jahat
Kamu masuk neraka

Kadang kami bertanya
Katanya Tuhan itu satu
Tapi kenapa setiap agama
Punya Tuhan sendiri?

Kadang kami bertanya
Agama itu sumber kebaikan
Tapi kami heran
Antar umat sering terjadi pertengkaran

Kadang kami bertanya
Agama itu jalan keselamatan
Apakah orang tak beragama
Dapat masuk surga?

Kadang kami takut bertanya
Tapi tanya itu
Muncul dengan sendirinya
Tuhan menciptakan manusia
Atau pikiran manusia menciptakan Tuhan?

Tuhan, tetapi
Kenapa tanpamu ..kami galau
Kenapa tanpamu..kami kosong
Kenapa tanpamu..kami rapuh
Apakah ini cobaan iman kami?
Apakah ini cobaan iman kami?

Jakarta 28 Juli 2012


BRAM

Namanya bram
Anak berame rame
Bapaknya banyak
Ibunya lonte
Gile!

Ibunya nama salome
Satu lobang rame rame
Dipanggil embak
Bisa ditembak
Pukimak!

Bapaknya buaya darat
Pusing dikit langsung ndarat
Suka ngembat lalu minggat
Bangsat !

Bapaknya siapa
Siapa bapaknya
Bram tak mengerti
Kerna ditengok bapak
Berganti ganti

Jadilah bram anak haram
Bapaknya langit ibunya bumi
Dalam kandungan sudah dimusuhi

Lihat lihatlah bram
Ada tak dikehendaki
Bapaknya ingkar ibunya benci.
Bram belum lahir dihabisi
Mayatnya dibuang seperti bangkai

Ketika bikin anak
Bapak ibunya menikmati
Ketika jadi anak
Bapak ibunya lari

Beribu bram mati setiap hari
Tanpa ada yang melindungi
Tanpa ada yang peduli
Dosa apa yang ia miliki
Salah apa yg ia punyai

Jakarta 10 januari 2010


BALADA LELAKI UMUR 70

Rasanya belum lama
Ternyata sudah 70 tahun umur kita
Anak anak kita yang dulu kecil
Tak terasa besar dengan sendirinya
Mereka sudah jadi sarjana dan kerja
Sudah punya anak yg lucu lucu
Ya ya kita sudah punya cucu
Kita sudah tidur dengan nenek2
Bahagianya dekat cucu
Kerna dulu dengan anak kita tak dekat
Kita tak banyak waktu
Kita sedang berat beratnya nya bekerja
Kurang waktu untuk mereka

Rasanya belum lama
Ternyata sudah 70 tahun umur kita
Kita yg dulu perkasa
Sekarang sudah kurang berdaya
Kalaupun bisa …may be yes may be no
Malah ada yang sudah mati
Ya ya semakin tua
Istri juga mulai malas melayani kita
Kalau melayani setengah terpaksa
Menopause bikin susah menikmatinya
Akibatnya kita kena prostat….
Tapi kita kalau lihat barang bening
Mata kita masih nakal
Pikiran kita masih binal
Tapi hanya sampai disitu
Maksud hati memeluk gunung
Apa daya tangan tak sampai

Rasanya belum lama
Ternyata sudah 70 tahun umur kita
Ya ya kita sudah mengalami
Pahit manis getirnya nya dunia
Asin hambar kecut gurihnya bumi kita
Ya ya dulu banyak diantara kita
Orang tua kita melarat
Moto orang tua kita dulu
Banyak anak banyak rejeki
Ternyata tidak begitu
Hidupnya jadi berat dan melarat
Kita bisa kuliah diuniversitas
Itu sebuah keberuntungan
Kebanyakan kita kuliah
Dengan biaya sendiri
Sambil kuliah ngajar
Sambil kuliah nyopir taksi
Sambil kuliah bikinin skripsi
Sambil kuliah jual beli
Jual celana beli nasi
Bahkan ada yg dipelihara tante2
Ya ya kita bekerja keras
Bertahan hidup
Alkhamdulilah lulus
Kita merangkak dari bawah
Berjuang menjadi kepala kereta api
Menggeret gerbong keluarga
Membiayai saudara agar lulus sarjana
Membiayai orang tua yg kehabisan dana
Kita tak mengeluh dan mengaduh
Menjalaninya dengan iklas dan gembira

Rasanya belum lama
Ternyata sudah 70 tahun umur kita
Momen paling bahagia adalah
Ketika kita diuniversitas diterima
Ketika kita lulus jadi sarjana
Kita amati teman teman kita
Yang pinter jadi peneliti atau dosen
Yang malas dan nyontekan jadi bos
Ya ya yg jadi wira swasta
Mentalnya harus jadi orang kaya
Modalnya nyali dan doa
Harus berani ngomong besar
Harus kerja keras
Tidak siang tidak malam kerja
Jatuh bangun lagi
Jatuh bangkit lagi
Hingga kurang waktu untuk anak2 kita
Kurang waktu untuk isteri kita
Ada yg beruntung sukses
Ada yg tidak beruntung nungslep
Rejeki tak bisa dikejar
Kalau waktunya tiba
Rejeki datang sendiri
Tapi kalau tanpa usaha
Mana mungkin menghampiri
Alhasil sejak umur empat puluhan
Kita banyak yg sudah mulai terjaga
Rumah mobil tanah sudah ada
Piknik keluar negeri mengalaminya
Makan mahal dan nginap dihotel mewah
Kita sudah menikmatinya
Piknik ke puskesmas
(pusat kesenangan mas mas)
Kita sudah merasakanya. … betul?

Rasanya belum lama
Terjata sudah 70 tahun umur kita
Waktu kita kerja dulu adalah
Waktunya mencari dan menyimpan
Waktu sudah tua
Waktunya pensiun berhenti kerja
Waktunya menjaga harta yg kita dapatkan
Dan melepas perlahan sesuai kebutuhan
Agar dimasa tua kita aman
Bisa mencukupi semua kebutuhan
Syukur syukur bisa memberi warisan
Kita bisa mengurus kebutuhan sendiri
Tanpa mengganggu anak
Kerna anak kita punya kebutuhan sendiri

Rasanya baru kemarin
Ternyata sudah 70 tahun umur kita
Sudah saatnya kita pikirkan masa depan
Bila kita diberi hidup 10 tahun lagi
Berapa kebutuhan 10 tahun kedepan
Berapa dana yang harus disimpan
Taruh dana dideposito
Pilih bank meyakinkan
Walau kecil bunganya tapi aman
Dana cadangan tunai harus cukup
Apalagi kalau tak ada asuransi
Bila ada yang sakit dibutuhkan
Bila ada kebutuhan mendadak diperlukan
Investasi dimasa tua hindari
Salah salah habis merugi
Salah salah mewariskan hutang
Siapkan dana tunai yang cukup
Aset aset yg ada kita jual
Berlian emas kalau perlu jual
Rumah kita yg besar dan luas
Kalau terpaksa kita lepas
Kita beli rumah yang kita butuhkan
Bukan yang kita impikan
Atau tinggal di apartemen
Bahkan tinggal dipanti jompo
Toh kita kembali pokok tinggal berdua
Anak anak sudah meninggalkan rumah
Kita sudah empat L lu lagi ….lu lagi

Rasanya baru kemarin
Ternyata umur kita sudah 70 tahun
Kita harus bersiap tinggal dipanti jompo
Tidak perlu gengsi tidak perlu malu
Jaman sudah berubah
Tak pelu dengar gunjingan orang
Kerna akan banyak panti jompo bagus
Disitu ada banyak fasilitas lengkap
Ada suster dokter yg setiap saat bertugas
Ada menu makanan sehat berkwalitas
Kerna anak anak kita
Belum tentu punya waktu mengurus kita
Seperti kita mengurus mereka
Bukankah sekarang terasa
Rumah kita membebani
Biaya listrik air dan iuran sarana…besar
Ketika pembantu tak ada sopir tak ada
Baru terasa beratnya urusan rumah kita
Padahal kita capai sedikit
Badan kita sudah menjerit
Malah malah bisa jatuh sakit
Biaya kesehatan makin besar
Seperti memelihara mobil tua
Ya ya ternyata makin tua
Kita makin kaya
Makin kaya penyakit …betul?
Kesehatan jadi urutan pertama
Sehat ukuranya gampang
Tidur nyenyak
Makan enak
Dan lancar berak…….betul ?

Rasanya belum lama
Ternyata sudah 70 tahun umur kita
Saatnya jangan terlalu pelit untuk diri
Sudah cukup cinta dan materi
Kepada anak , isteri , orang tua
Dan saudara kita beri
Saatnya kita memperhatikan diri
Siapkan duwit untuk kebutuhan ini
Celakanya….
Saat muda mau makan enak duit tak ada
Saat tua duit ada makan enak tak bisa
Itu namanya apes
Polisinya istri dan anak
Mereka galak semua
Ini dilarang itu dilarang
Ketika lemes , pusing dan sakit2an
Dibilang dokter kurang gizi .. Alamak!

Rasanya baru kemarin
Ternyata sudah 70 tahun umur kita
Celaka kita masih memikirkan
Masa depan anak kita
Bahkan cucu kita
Ingin membantu keuangan mereka
Merasa itu tanggung jawab kita
Kita jadi stres sendiri
Kita bisa stroke
Malah malah bisa cek out
Bukankah anak anak
Punya rejeki masing masing
Kita tidak boleh terlalu protektip
Bisa bisa mereka tidak mandiri
Tugas kita sebagai orang tua adalah
Mengenalkan anak ke Sang Pencipta
Memberi panutan dan tuntunan
Mengajarkan moral dan budi pekerti
Membiayai anak jadi sarjana
Bisa membiayai perkawinan mereka
Bisa kasih uang muka rumah sederhana
Yang terpenting
Memberi waktu,perhatian dan cinta

Rasanya baru kemarin
Ternyata sudah 70 tahun umur kita
Anak anak keluar rumah
Mereka sudah berkeluarga
Dirumah tinggal berdua
Rumah besar yg kita mimpi
Sudah ada dan nyata tapi sunyi
Ya ya dirumah ada isteri
Teman bercanda berbagi rasa
Teman dalam untung dan malang
Patner berbincang juga patner perang
Bisa perang mulut atau perang bisu
Kata orang itu buahnya pernikahan
Semua Itu tidak mengapa …itu biasa
Selama penyempurnakan rumah tangga
Asal menambah kemesraan dan cinta
Isteri tambah tua
Tambah pula bawelnya
Tambah pula bobotnya
Tambah banyak cemburunya
Itu dari sononya …terima saja
Kita juga begitu
Gampang tersingung
Gampang marah
Merasa mau menang
Padahal kurang memberi uang
Malah kadang ngutang
Ya ya kita sekamar
Tapi nonton tvnya beda
Kita suka film action
Dia suka drama korea
Manusia diciptakan berbeda
Justru itulah keindahan
Seperti pelangi di cakrawala
Indah kerna kombinasi berbagai warna

Rasanya baru kemarin
Ternyata sudah 70 tahun umur kita
Ya ya dulu waktu muda
Semua sibuk
Kita diluar sibuk kerja
Ada isteri kerja
Ada isteri jadi ibu rumah tangga
Waktu berdua terbatas karenanya
Saat tua ada baiknya
Banyak waktu kita bersama
Ber jalan bergandengan tangan
Beribadat ,ziarah dan piknik bersama
Saling memberi saling melayani
Saatnya kita menambal luka
Saatnya kita mesra
Saatnya berbagi suka
Kerna sejatinya.
Istri adalah garwo sigaraning nyowo
Istri adalah pembawa rejeki kita

Rasanya baru kemarin
Ternyata sudah 70 tahun umur kita
Ketika berhenti kerja
Saatnya bisa mengisi hari hari kita
Mencari pasion kita
Yg hobi menulis….menulislah
Yg hobi melukis ….melukislah
Yg hobi membaca ….membacalah
Yg hobi tanaman ….bertanamlah
Yg hobi menyanyi ….menyanyilah
Yg hobi kerja ….bekerjalah
Boleh kerja tapi yang ringan saja
Raga kita harus aktif
Pikiran kita harus dilatih
Otak kita harus jalan
Seperti naik sepeda
Kalu berhenti jatuh

Rasanya baru kemarin
Ternyata sudah 70 tahun umur kita
Teman teman berguguran
Kita antri menunggu panggilan
Yang alim dan baik biasanya duluan
Waktunya kita bertobat
Waktunya belum terlambat
Waktunya dengan Tuhan kita dekat
Waktunya taat beribadat
Waktunya banyak amal kita buat
Waktunya kita membuat wasiat
Membagi warisan untuk anak kita
Supaya tidak menjadi bencana
Bila terjadi sesuatu pada kita
Semua tahu semua terencana
Kerna warisan itu bermata dua
Bisa jadi hadiah bisa jadi musibah
Setidaknya kita bisa mengantisipasi
Tapi jangan dibagi ketika kita masih hidup

Rasanya baru kemarin
Ternyata sudah 70 tahun umur kita
Anak anak kita sekarang
Bukan seperti kita dulu
Nurut sama orang tua
Mereka punya pendapat sendiri
Kadang kita tidak mengerti
Kita tidak bisa memaksa
Hanya bisa mengarahkan
Dan memberikan nasehat
Belum tentu anak kita
Mau melanjutkan usaha kita
Yang nyata sudah terbukti hasilnya
Bila anak lelaki kita kawin
Kita harus siap kehilangan
Bila anak perempuan kita kawin
Mudah mudahan ia masih kita miliki
Harta berharga kita
Hanyalah anak
Melihat mereka bahagia
Kita ikut bahagia
Semua pencapaian kita
Akan tidak berarti
Ketika anak kita gagal

Jakarta 1 maret 2022


PUISI

Ibu adalah puisi
Puisi tanpa henti
Puisi denyut nadi
Puisi penuh arti
Puisi sampai titik

Ibu adalah sumber
Summer kekuatan
Sumber harapan
Sumber cinta sejati
Sumber inspirasi

Ibu adalah lambang
Lambang keteduhan
Lambang kelembutan
Lambang ketulusan
Lambing keikhlasan

Ibu adalah tempat
Tempat mengaduh
Tempat mengeluh
Tempat bertanya
Tempat curah bahagia

Ibu adalah ruang
Ruang lega
Ruang sandar
Ruang rindu

Ibu adalah waktu
Waktu berbakti
Waktu bermanja
Waktu yang tak pernah kembali

Ibu adalah air mata
Air mata duka
Air mata suka
Air mata bahagia

Ibu adalah mata air
Mata air cinta
Mata air kasih
Mata air harapan

Ibu adalah pelita
Pelita bagi keluarganya
Pelita bagi lingkungannya
Pelita bagi tanah airnya

Ibu adalah orang
Yang kadang kita bahagiakan
Yang sering juga kita kecewakan

Ibu adalah mantra top
Nasihatnya lebih dahsyat daripada 1000 khotbah ustaz atau pendeta
Ibu diutus Tuhan ke dunia supaya lebih mudah kita mencari-Nya

Jakarta, 22 Februari 2010


BIODATA :

A. Slamet Widodo lahir di Solo, 29 Februari 1952. Ia menempuh pendidikan di SD Pangudi Luhur Purbayan Solo, SMP Bintang Laut Solo, SMA Santo Yosep Solo, dan melanjutkan ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Saat ini ia menjalani profesi sebagai wiraswasta. Meski tidak pernah secara formal belajar sastra, ia tak pernah berhenti menulis puisi dan lirik lagu.


Sebagai penyair, ia telah menerbitkan sejumlah buku puisi, di antaranya: Potret Wajah Kita (2004), Bernafas dalam Resesi (2005), Kentut (2006), Selingkuh (2007), Simpenan (2009), Namaku Indonesia (2012), Ijab Kibul (2013), dan Malam Pertama (2023).


Selain puisi, ia juga aktif menciptakan lirik lagu dan terlibat dalam berbagai produksi musik. Beberapa albumnya antara lain:


– Ada Rindu Ada Cemburu (Warner Music, 2008 – lirik)
– Selingkuh (Indie Label, 2008 – lirik; komposer Dedek Wahyudi, vokal Slamet Gundono & Ida Lala)
– Namaku Indonesia (Platinum, 2009 – lirik; melodi Sinta Priwit, vokal Semmy & Shasha)
– Gado-Gado Slamet (Indie – lirik; aransemennya melibatkan Denny Chasmala, Mario & Arief Jatee Prasetyo, vokal Rahmat)
– Rock Hani (Indie Label, 2014 – lagu & lirik; aransemen Eric Dion, vokal Steve Sianressy)
– Kehidupan dalam Ekspresi Teater Bunyi (Indie Label, 2015 – kolaborasi dengan Rizaldi)
– Hutanku Meratap (Indie – lirik oleh A. Slamet Widodo, musik oleh Rizaldi Siagian)
Lagu Hutanku Meratap mendapatkan penghargaan di tingkat internasional, yaitu:

  1. World Bank’s Program on Climate – Documentary Film Contest (2009)
  2. Asia Oceania – Japan Wildlife Film Festival

  3. A. Slamet Widodo merupakan sosok yang mempertemukan kreativitas sastra dan musik dalam semangat ekspresi yang tak henti, dan terus menulis sebagai bentuk pengabdian pada seni dan kehidupan.

Check Also
Close
Back to top button