Cina Desak AS Berhenti Menyerang Beijing Soal Asal-usul Pandemi COVID-19
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin mengatakan, “Tidak peduli berapa kali laporan itu diterbitkan atau berapa banyak versi yang muncul, tidak akan mengubah fakta bahwa laporan ini, pada dasarnya, adalah laporan politik dan palsu, tanpa dasar ilmiah atau kredibilitas.”
JERNIH—Pemerintah Cina menghadapi kritik masyarakat internasional karena dinilai gagal bekerja sama penuh dalam investigasi asal-usul COVID-19. Pada Minggu (31/10) lalu pemerintah Cina menyatakan bahwa tinjauan intelijen Amerika Serikat soal asal-usul COVID-19 sebagai hal yang “politis dan salah.”
Karena itu Kementerian Luar Negeri Cina mendesak Washington untuk “berhenti menyerang negaranya. Permintaan keras itu dikeluarkan hanya beberapa hari setelah Kantor Direktur Intelijen Nasional AS merilis versi lengkap dari temuannya tentang asal-usul virus corona.
Pernyataan AS itu mengatakan Beijing terus “menghambat penyelidikan global,” dan menambahkan tanpa informasi baru, agen mereka tidak akan dapat menilai apakah virus itu muncul melalui penularan dari hewan ke manusia atau kebocoran laboratorium.
Tanggapan Cina
Berkaitan dengan laporan terbaru yang dirilis AS itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin mengatakan: “Tidak peduli berapa kali laporan itu diterbitkan atau berapa banyak versi yang muncul, tidak akan mengubah fakta bahwa laporan ini, pada dasarnya, adalah laporan politik dan palsu, tanpa dasar ilmiah atau kredibilitas.”
Wang menambahkan, “Studi asal-usul virus corona baru adalah masalah ilmiah yang serius dan kompleks, yang harus dan hanya dapat dilakukan oleh para ilmuwan global dalam kerja sama. Penggunaan badan intelijen untuk melacak asal-usul itu sendiri merupakan bukti politisasi.”
Dia mengklaim lebih dari 80 negara menentang politisasi penelusuran asal-usul. “Namun, AS tetap terobsesi dengan manipulasi politik dan penelusuran asal yang dipimpin intelijen dengan mengabaikan keadilan internasional.”
Wang meminta Washington untuk “menghentikan semua pengkambinghitaman dan pengalihan kesalahan” dan sebagai gantinya “menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi para ilmuwan di seluruh dunia untuk melakukan kerja sama penelusuran asal-usul virus corona.”
Kesimpulan laporan terbaru AS
Laporan intelejen AS yang diterbitkan pada Jumat (29/10) lalu mengatakan, kemungkinan virus berasal dari vektor alami dan dari kebocoran laboratorium, keduanya adalah hipotesis yang masuk akal. Tetapi dikatakan para analis tidak setuju mana yang lebih mungkin atau apakah penilaian definitif dapat dibuat.
Apa yang disebut teori kebocoran laboratorium mengklaim virus itu menyebar dari laboratorium penelitian di Wuhan, pusat kota tempat penularan pertama kali dilaporkan.
Laporan tersebut menolak anggapan virus corona berasal dari senjata biologis, dengan mengatakan para pendukung teori ini “tidak memiliki akses langsung ke Institut Virologi Wuhan” dan telah dituduh menyebarkan disinformasi.
Laporan itu mengatakan empat agen mata-mata AS dan badan multi-lembaga memiliki “keyakinan rendah” bahwa COVID-19 berasal dari hewan yang terinfeksi atau virus terkait.
Tetapi satu lembaga mengatakan memiliki “keyakinan sedang” bahwa infeksi manusia pertama kemungkinan besar adalah impak dari kecelakaan laboratorium, mungkin melibatkan eksperimen atau penanganan hewan oleh Institut Virologi Wuhan.
Laporan itu mengatakan badan-badan AS dan komunitas ilmiah global kekurangan “sampel klinis … dari kasus COVID-19 paling awal” dan menyerukan Cina untuk menyediakan akses ke catatan dan sampel jaringan dari beberapa pasar di Wuhan.
Cina menolak penyelidikan baru
Cina telah menghadapi kritik internasional karena dinilai gagal bekerja sama lebih total dalam penyelidikan asal-usul COVID.
Cina berada di bawah tekanan kuat untuk mempertimbangkan penyelidikan baru tentang asal-usul pandemi, setelah kunjungan yang tertunda dan sangat dipolitisasi oleh tim pakar internasional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang gagal menyimpulkan bagaimana virus itu pertama kali muncul.
Tetapi para pejabat Cina telah menolaknya, menepis klaim Presiden AS, Joe Biden, bahwa Cina menahan “informasi penting” karena dimotivasi oleh politik.
Penyelidikan tentang asal-usul virus sebelumnya, yakni virus corona pemicu Sindrom Pernafasan Akut Parah atau SARS, yang muncul pada Desember 2002, awalnya menyalahkan musang palem Himalaya yang ditemukan di pasar hewan hidup di Guangdong, Cina, sebagai sumbernya.
Tetapi 15 tahun kemudian, para peneliti bisa melacak kemungkinan sumber asli virusnya ke gua-gua kelelawar di Provinsi Yunnan Cina. [AFP/AP/Reuters]