Sanus

Covid Varian Lokal yang Ditemukan di Surabaya, Apakabarnya?

ITD menyebut karakteristik varian tersebut berbeda dengan varian yang sebelumnya sudah ada di Indonesia yakni varian Delta dan Omicron, bahkan juga tak sama dengan varian yang pertama kali berkembang dari China.

JERNIH-Institute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga belum lama ini menemukan Covid-19 varian yang hanya ditemukan di Indonesia. Varian baru tersebut berbeda dengan dua varian Covid paling berbahaya yakni varian Delta dan varian Omicron.

Varian yang berbeda tersebut ditemukan saat ITD melakukan uji sampe terhadap 18 pasien Covid di Jawa Timur. Dari sampel tersebut, ditemukan tiga varian berbeda, yakni varian Delta, varian Omicron dan varian tak dikenal.

“Ada 8 varian Omicron, 9 varian Delta, dan satu varian lokal,” kata Erwin Astha Tryiono, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur pekan ini.

ITD menyebut karakteristik varian tersebut berbeda dengan varian yang sebelumnya sudah ada di Indonesia yakni varian Delta dan Omicron, bahkan juga tak sama dengan varian yang pertama kali berkembang dari China.

Erwin menambahkan, 18 sampel yang terdeteksi mutasi virus COVID-19 tersebut dikirimkan ke ITD Unair dalam rentang waktu 16 Desember 2021 hingga 14 Januari 2022.

Namun Erwin tidak memberi informasi apapun terkait temuannya itu, apakah varian temuan di Surabaya ini lebih berbahaya ketimbang dengan dua varian yang sudah tersohor sebelumnya.

“Jadi varian lokal itu sepengetahuan saya ya, memang di mana-mana belum ada. Yang saya maksud virus ini kan punya hak hidup dan bermutasi, termasuk di lingkungan baru,” sambungnya.

Dijelaskan Erwin, jika varian lokal ini tidak masuk dalam perhatian atau fokus WHO atau masuk dalam kategori variant of interest (VOI). Selama ini WHO lebih fokus terhadap varian Omicron yang memiliki penyebaran lebih cepat.

Sebelumnya, Mantan Direktur Organisasi kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan, perlu ada klarifikasi lebih lanjut untuk memastikan kebenaran varian lokal Jatim, termasuk analisis secara genomik.

Bahkan jika dipandang penting dapat mengunggah data tersebut ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

“Yang utama tentu klarifikasi dan memastikan apakah memang benar-benar ada varian lokal penting di Jawa Timur, supaya jelas dan pasti dulu informasinya. Kalau tidak ada varian lokal baru yang signifikan, maka persoalan selesai,” tutur Prof Tjandra dalam keterangan tertulis. (tvl)

Back to top button