Mengapa Banyak Jamaah Haji Indonesia Wafat?

Mereka yang wafat sebagian besar, sebelumnya memiliki riwayat penyakit jantung dan komorbid. Mereka juga kurang mengontrol diri serta membatasi aktivitas fisik mereka.
JERNIH-Sebanyak 53 orang jemaah haji Indonesia wafat di Arab Saudi dimana 19 di antaranya meninggal karena serangan jantung meliputi iskemik akut dan shock cardiogenic. data tersebut tercatat hingga 25 Mei 2025.
Tim Visitasi Kesehatan, dr Agus Sulistyawati, SpS, menyebut jika mereka yang wafat sebagian besar, sebelumnya memiliki riwayat penyakit jantung dan komorbid. Mereka juga kurang mengontrol diri serta membatasi aktivitas fisik mereka.
“Sebagian besar disebabkan oleh penyakit jantung,” jelas dr Sulis dikutip dari laman Kemenkes RI.
Kematian akibat penyakit jantung ini menjadi sorotan utama mengingat kondisi fisik jemaah haji yang rentan terhadap perubahan cuaca ekstrem dan aktivitas fisik yang padat selama di Tanah Suci.
Kementerian Kesehatan RI telah mengimbau kepada jemaah haji yang sudah lansia dan memiliki penyakit penyerta (komorbid) untuk bijak dalam menjalankan ibadah sunnah.
“Kami menganjurkan jemaah untuk tidak memaksakan diri,” kata Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo.
Ibadah sunah memang memiliki pahala yang besar, namun kesehatan dan keselamatan jiwa jauh lebih utama.
Diingatkan oleh Liliek agar jamaah cukup istirahat dan mengurangi frekuensi umroh, tawaf sunah berulang kali, menghindari jalan kaki jarak jauh ke Masjidil Haram ataupun Masjid Nabawi, serta wisata ziarah.
“Jemaah harus memastikan waktu istirahat yang cukup,” kata Liliek mengingatkan.
Beberapa hal yang perlu dilakukan jemaah haji agar tetap sehat selama di Tanah Suci, antara lain menghindari ibadah di siang hari yang terik, selalu gunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, payung, kacamata hitam, alas kaki, ketika akan dan saat melakukan ibadah.
Minum air putih atau air zam-zam sedikit demi sedikit hingga 2 liter per hari. Dan jangan lupa juga minum oralit sehari sekali agar tidak dehidrasi’.
Liliek juga mengingatkan jamaah yang memiliki penyakit penyerta, untuk memeriksakan kesehatan tiga kali dalam seminggu ke petugas kesehatan untuk memastikan faktor risiko penyakit terkendali.
“Yang paling penting adalah dampingi jemaah dengan komorbid dan lansia yang memiliki riwayat jantung bekerja sama dengan ketua regu dan jemaah yang sehat,”
Puncak ibadah haji saat di Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna) mulai 4 Juni mendatang. Pada puncak ibadah haji ini membutuhkan persiapan serta manajemen diri yang baik. (tvl)