Sanus

Subvarian BA.2 Covid-19 Ditemukan di Indonesia, Menkes Minta Waspada

Pemerintah terus mewanti-wanti kemungkinan adanya lonjakan baru itu. Sosok Subvarian BA.2, telah termonitor muncul di Indonesia bersama subvarian yang lain.

JERNIH – Subvarian Omicron BA.2 Covid-19 sudah ditemukan di beberapa wilayah di Indonesia. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah terus waspada akan potensi lonjakan kasus konfirmasi positif akibat varian baru Covid-19 ini.

“Pandemi belum selesai. Kini BA.2 menjadi perhatian. Subvarian ini dianggap berperan besar untuk meledakkan Korea Selatan dan Vietnam, hingga mencatat angka kasus positif harian yang cukup ekstrem, yakni masing-masing 309 ribu kasus (13 Maret) dan 450 ribu kasus (12 Maret),” ujar Menkes, Selasa (15/3/2022).

Dalam enam pekan berturut-turut kasus harian Covid-19 turun signifikan, dari 23 juta kasus menjadi 10 juta kasus per minggu. Angka kematian menyusut dari 78 ribu kasus menjadi 55 ribu kasus per minggu di seluruh dunia. Lonjakan kasus hanya terjadi di area Pasifik Barat, terutama Korea Selatan dan Vietnam.

Secara global, varian Omicron menjadi strin Covid-19 yang dominan di dunia saat ini. Dari 428 ribu genome squencing dalam 30 hari terakhir, terbukti bahwa spesimen pembawa Omicron porsinya 99,7 persen. Varian Delta tersisa 0,1 persen, dan selebihnya varian lainnya. Namun varian Omicron sendiri kini terbagi menjadi empat subvarian, yakni versi asli yang disebut sebagai BA.1.1, dan tiga keturunannya yakni BA.1, BA.2, dan BA.3.

Menurut perunutan genomnya, di antara empat subvarian, versi asli yang lahir di Afrika Selatan, yakni BA.1.1, paling luas sebarannya, dengan kontribusi 41 persen dari seluruh kasus Omicron. Yang kedua BA.2 dengan kontribusi 34.2 persen, lalu BA.1 menyumbang 24,7 persen, dan BA.3 kurang dari 1 persen.

“Subvarian BA.2 ini pula yang dianggap membelokkan arah pandemi yang melandai di Inggris dan Belanda, menjadi kembali menanjak sejak akhir Februari 2022,” imbuhnya. 

Budi mengatakan pemerintah terus mewanti-wanti kemungkinan adanya lonjakan baru itu. Sosok Subvarian BA.2, menurut Menkes, telah termonitor muncul di Indonesia bersama subvarian yang lain. Bahwa, subvarian ini ikut memompa lonjakan di Indonesia, itu mungkin saja. Namun, secara umum, varian Omicron tidak menimbulkan risiko kematian. “Dibanding Delta, risiko kematian Omicron itu 1 banding 4,’’ katanya.

Hal tersebut terkonfirmasi dari kasus kematian di Korea Selatan yang relatif rendah dibandingkan angka kasus positifnya yang mencapai ratusan ribu. Menkes justru merujuk kondisi Hongkong, yang kasusnya mulai melandai sejak pekan kedua Maret 2022 ini, namun angka kasus kematian memuncak dan mencapai 284 orang pada 13 Maret lalu.

Menurut Menkes, situasi di Hongkong mirip dengan Indonesia. Angka kematian itu lebih banyak disumbang oleh lansia berkomorbid yang tidak tervaksinasi sama sekali, atau divaksinasi tapi tak lengkap dosisnya, dan tidak menjalani booster. “Situasi diperburuk dengan warganya yang terlalu dini melepas masker,” ucapnya. [*]

Back to top button