Solilokui

Api dan Air Republik

Kekisruhan dan kekalutan yang mewarnai kehidupan Republik boleh jadi karena kita mengabaikan api dan air kebajikan publik. Apinya adalah nalar sehat, sedang airnya adalah moral terpuji. Tanpa nalar dan moral, suatu negara kehilangan obor-penerang dan marka-haluan perjalanan.

Oleh     :  Yudi Latif

JERNIH–Saudaraku, kekisruhan dan kekalutan yang mewarnai kehidupan Republik boleh jadi karena kita mengabaikan api dan air kebajikan publik. Apinya adalah nalar sehat, sedang airnya adalah moral terpuji. Tanpa nalar dan moral, suatu negara kehilangan obor-penerang dan marka-haluan perjalanan.

Yudi Latif

Kesenangan bisa diperoleh dari kemenangan pemilihan, kenaikan kedudukan dan pendapatan, peningkatan popularitas dan pengikut, pelipatgandaan profit dan aset. Namun, kesenangan tak pernah mengenal kata cukup. Kebahagiaan abadi hanya bisa diraih dengan mengembangkan jiwa dan pikiran dengan tujuan moral yang membuat manusia menjalani kehidupan yang baik.

Apa itu kehidupan yang baik? Aristoteles dalam uraiannya tentang kebahagiaan (eudaimonia), menjelaskan bahwa sesuatu dikatakan baik jika memenuhi tujuannya. Jam yang baik menunjukkan ketepatan waktu, anjing yang baik dapat menjaga tuannya.  Manusia baik yang mampu bertindak seusai dengan nalar yang benar dan menggunakan nalar itu untuk menginvestigasi alam dan tujuan keberadaannya di alam.

Dengan demikian, kita bisa menghidupi kehidupan yang baik tatkala mampu menemukan tujuan moral dalam mengembangkan nalar yang benar serta menggunakan nalar itu untuk bertindak secara bajik (virtues). Maka, bertindaklah secara baik dan benar sejalan dengan nilai sebagai makhluk rasional, maka kehidupan akan bahagia.

Prasyarat nalar dan moral itu pula yang melandasi rumusan sila keempat Pancasila.  Cita kerakyatan hendak menghormati suara rakyat dalam politik dengan memberi jalan bagi peranan dan pengaruh besar yang dimainkan oleh rakyat dalam proses pengambilan keputusan pemerintahan.

Cita permusyawaratan memancarkan kehendak untuk menghadirkan negara persatuan yang dapat mengatasi paham perseorangan dan golongan, dengan mengakui adanya kesederajatan/persamaan dalam perbedaan.

Cita hikmat-kebijaksanaan merefleksikan orientasi nalar-etis, bahwa kerakyatan yang dianut oleh bangsa Indonesia bukanlah kerakyatan yang mencari suara terbanyak saja, tetapi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Orientasi nalar-etis ini dihidupkan melalui daya nalardeliberatif-argumentatif, kearifan konsensual dan komitmen keadilan yang dapat menghadirkan sintesis konstruktif bagi kebajikan publik. [  ]

Back to top button