SolilokuiVeritas

Benarkah Pada 17 Agustus 1945 Itu Kita Belum Merdeka?

Pengakuan dari dunia internasional tidak segera kita dapat dikarenakan kecurigaan dunia Internasional bahwa Indonesia adalah negara fasis baru, mengingat saat itu Soekarno dianggap kolaborator Jepang akibat kedekatannya dengan Dai Nippon saat itu.

Oleh  : Edri Paduka Prapanca*

JERNIH– Titik terang bagi bangsa ini, yakni proklamasi kemerdekaan Indonesia, berkumandang dari Jl. Pegangsaan Timur 56. Proklamasi dikumandangkan tokoh Dwi Tunggal Soekarno-Hatta di hari Jumat 17 Agustus 1945, tiga hari setelah Jepang yang saat itu menjajah Indonesia menyerah tanpa syarat kepada sekutu.

Momentum vacum of power yang dimanfaatkan atas dorongan para pemuda untuk menyegerakan kemerdekaan, setelah sebelumnya Soekarno masih menunggu isyarat dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lantas apa yang terjadi setelah itu?

Seluruh negara mengabaikan hal ini karena untuk merdeka sebagai negara, Indonesia harus memiliki empat syarat, yakni memiliki rakyat, memiliki wilayah, memiliki pemerintahan dan mendapatkan pengakuan  dari negara lain.

Apakah Indonesia sudah memiliki rakyat? Belum, karena saat itu semua penduduk adalah rakyat Hindia Belanda. Apakah sudah memiliki wilayah? Belum juga, karena memang belum ditentukan daerah mana saja yang jadi bagian Indonesia. Apakah Indonesia memiliki pemerintahan? Pemerintahaan baru dibentuk keesokan harinya, 18 Agustus 1945. Apakah ada yang mendukung kemerdekaan Indonesia? Negara yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia adalah Mesir, itu pun pada tanggal 22 Maret 1946. Lalu diikuti negara-negara lain, khususnya kalangan negara Arab seperti : Palestina, Syria, Irak, Lebanon , Yaman, Saudi Arabia.

Bung Tomo, berperan sangat besar dalam pertempuran Surabaya

Lantas apakah Kemerdekaan Indonesia sah? Bagi kita, bangsa dan rakyat Indonesia, tentu saja. Tapi bagi dunia internasional, terutama Belanda, proklamasi kemerdekaan Indonesia hanyalah klaim sepihak. Ketika Belanda menjajah Indonesia, itu sah karena ketika mereka mengalahkan raja-raja Nusantara ada dokumen hitam di atas putihnya. Pun manakala Jepang menaklukkan Belanda yang disusul pengakuan militer Belanda atas kemenangan Jepang. Juga ketika Jepang bertekuk lutut pada sekutu. Lalu kita, merdeka mengalahkan siapa dalam perang apa?

Tak Hanya itu, pengakuan dari dunia internasional tak kita dapat dikarenakan kecurigaan dunia Internasional bahwa Indonesia adalah negara fasis baru, mengingat saat itu Soekarno dianggap kolaborator Jepang akibat kedekatannya dengan Dai Nippon saat itu. Jarak waktu menyerahnya Jepang dan merdekanya Indonesia juga memperkuat kecurigaan dunia internasional soal tumbuhnya negara fasisme tersebut.

Lalu Sekutu mendarat di Indonesia dan pada momen ini Belanda ikut serta. Itu pun disambut rakyat di berbagai daerah, kecuali di Surabaya. Di Surabaya, kehadiran mereka disambut dengan perlawanan sengit arek-arek Suroboyo. Mallaby Sang Jendral Inggris, tewas terbunuh. Perang berkobar di seluruh Surabaya. Dari sini titik tolak pengakuan internasional mulai tumbuh.

Indonesia yang menurut Belanda tak punya rakyat dan pemerintahan ternyata memiliki nasionalisme yang tinggi, yang berakibat Sekutu angkat kaki dari bumi pertiwi, meninggalkan Belanda sendirian yang terus berperang dengan Indonesia. Sampai akhirnya terjadilah Perundingan Linggarjati, 12 November 1946. Belanda mengakui keberadaan Indonesia dengan wilayah Sumatera, Jawa dan Madura.

Tak puas dengan hasil perundingan ini Belanda melakukan agresi militer ke-1 pada 21 Juli 1947 sampai 4 Agustus 1947, yang berakibat Indonesia memindahkan pemerintahan Ke Yogjakarta. Daerah-daerah yang menjadi lumbung ekonomi Hindia Belanda saat itu mereka kuasai, yakni Sumatera dan Sumatera Selatan serta Jawa bagian Barat.

Dunia mengutuk Belanda karena melanggar perjanjian yang dibuat dan diakui dunia internasional. Atas tekanan dunia internasional ini diadakan kembali perundingan di geladak Kapal Renville milik Amerika Serikat yang bersandar di Tanjung Priok,  18 Desember 1947 hingga 17 Januari 1948.

Perjanjian ini berimplikasi buruk bagi Indonesia, di mana hasilnya Indonesia mengakui bahwa daerah yang diduduki Belanda saat agresi pertama menjadi milik Belanda. Padahal pemilihan perundingan di kapal Renville itu bertujuan agar perundingan netral dan dimediasi oleh Komisi Tiga Negara, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia dan Belgia.

Di bawah tekanan Belanda yang terlihat sangat kuat, tiba-tiba meletus pemberontakan PKI di Madiun, 18 September 1948. PKI memproklamasikan diri sebagai Republik Soviet Indonesia. Ini tak berlangsung lama karena TNI berhasil menumpas pemberontakan PKI Madiun ini sepuluh hari kemudian, yakni pada 28 September 1948.

Dari sini Amerika mendadak cemas karena mayoritas negara di Asia Tenggara, kecuali Persemakmuran Inggris (Malaysia, Singapura dan Brunei) sudah menjadi kekuatan komunis. Amerika mulai mendesak Belanda agar segera memerdekakan Indonesia karena takut Indonesia menjadi negara komunis, mengingat posisi strategis Indonesia di kawasan Asia tenggara. Tapi Belanda bergeming; mereka justru melakukan Agresi Militer kedua pada 19-20 Desember 1948.

Pada agresi ini, Soekarno dan Hatta ditangkap, tetapi Soekarno cerdik. Beberapa jam sebelumnya Soekarno menyerahkan kepemimpinan kepada Syafrudin Prawiranegara dan kepadanya diberikan kuasa membentuk Pemerintahan Darurat.

Pertempuran Surabaya, melawan kedatangan Sekutu yang dibonceng Belanda

Belanda mengumumkan ke dunia internasional bahwa Indonesia sudah tidak ada, tapi Soekarno berkata bahwa dia sudah bukan presiden Indonesia karena sudah digantikan Syafrudin Prawiranegara dengan Soedirman sebagai panglima TNI.

Belanda berfikir akan sangat gampang menangkap kedua orang tersebut. Satu hal dilupakan Belanda, yakni Belanda tak pernah menang perang saat berhadapan dengan Panglima Soedirman; pada Perang Ambarawa misalnya. Hingga pada 1 Maret 1949 Tentara Nasional Indonesia mengalahkan Belanda, menduduki Jogjakarta selama enam jam dan berpidato lewat radio bahwa Tentara Nasional Indonesia ada serta Republik Indonesia masih berdiri. Ini mengagetkan dunia internasional, saat itu Belanda begitu dipermalukan.

Atas tekanan internasional, utamanya Amerika Serikat, yang mengancam tidak akan mengucurkan bantuan finansial yang dikenal dengan “Marshal Plan” apabila Belanda tidak segera melepas Indonesia. Karenanya diadakanlah Konferensi Meja Bundar di Den Haag, dari 23 Agustus 1949 hingga 2 November 1949. Pada 27 Desember 1949 ditandatanganilah penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia dan dunia internasional mengakui kita sebagai negara berdaulat. Walau Indonesia harus membayar kompensasi perang sebesar 4,5 miliar gulden kepada Belanda. [ ]

*Penyuka Sejarah

Back to top button