Bermain-main, Melupakan Kematian
Bahlul terkejut mendengar jawaban anak kecil itu. Apalagi ketika anak kecil tersebut dengan fasih membaca firman Allah SWT, QS. Al Muminun ayat 116 : “Apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami ciptakan kalian untuk bermain-main, dan mengira kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
Oleh : H Usep Romli HM
Bahlul, seorang sufi eksentrik yang sering mengeritik Sultan Harun ar Rasyid, suatu ketika mendpat kritik tajam dari seorang anak. Waktu itu Bahlul melihat beberapa anak sedang bermain kemiri. Tertawa riang dan bertempik sorak jika ada yang menang. Hanya saja, ada seorang anak tidak ikut bermain. Wajahnya murung.
Bahlul menyangka anak itu ingin ikut bermain, namun tak punya kemiri. Penuh rasa kasihan, Bahlul mendekati anak itu, dan berkata : “Anakku, kau ingin ikut bermain tapi tak punya kemiri? Maukah kubelikan barang satu dua butir, agar kau ikut bergembira bersama teman-temanmu?”
“Bukan!”jawab anak itu tegas. “Aku tak ingin ikut bermain. Tahukah engkau, hai orang tua, kita diciptakan Allah bukan untuk bermain-main. Melainkan untuk belajar dan beribadah.”
Sangat terkejut Bahlul mendengar jawaban anak kecil itu. Apalagi ketika anak kecil tersebut, dengan fasih membaca firman Allah SWT, QS. Al Muminun ayat 116 : “Apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami ciptakan kalian untuk bermain-main, dan mengira kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
Bahlul terhenyak. Ia yang biasa membuat Sultan Harun ar Rasyid menangis mendengar kata-katanya, kini menangis mendengar kata-kata seorang anak. Ia lama tercenung, sambil melafalkan ayat 83 S.az Zukhruf : “Maka biarkanlah mereka tenggelam dalam kesesatan dan bermain-main, hingga bersua dengan hari yang dijanjikan kepada mereka.”
Sambil bercucuran air mata, Bahlul berjalan gontai ke gubuknya. Ia menggumamkan munajat : “Ya Alloh, jangan jadikan hamba dari kalangan mereka yang asyik bermain-main, seraya melupakan kematian.” [ ] Sumber “ Tanwirul Adhan” Syekh Ali ash Shabuni