Apapun alasannya, kecanduan terhadap jabatan politik sebagai sumber kehormatan dan penghidupan tidaklah sehat. Politik tidak lagi menjadi ladang ketulusan pengabdian, melainkan ajang perburuan obsesi-kepentingan diri.
Oleh : Yudi Latif
JERNIH– Saudaraku, ada yang salah dalam negara manakala jabatan politik paling didamba sebagai sumber kehormatan. Bila sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat bagi orang lain, ada begitu banyak sumber kemuliaan di luar politik.
Pengaruh pun tak hanya bersumber dari modal politik. Bisa juga mengandalkan modal ekonomi dan budaya (ilmu). Obsesi jabatan bisa jadi karena orang tak cukup modal ilmu, juga sulit menguasai modal ekonomi karena dominasi segelintir orang.
Kemungkinan lain karena terlalu kuatnya ketergantungan bidang lain pada restu (kolusi) politik. Bisa juga karena politik hanya disibukkan oleh ritual pemilihan dan rebutan jabatan; menelantarkan perhatian politik pada pembangunan berbagai bidang kehidupan secara nyata, sebagai alternatif warga mengaktualisasikan diri dan meraih kehormatan di luar politik.
Apapun alasannya, kecanduan terhadap jabatan politik sebagai sumber kehormatan dan penghidupan tidaklah sehat. Politik tidak lagi menjadi ladang ketulusan pengabdian, melainkan ajang perburuan obsesi-kepentingan diri.
Seperti kata George Bernard Shaw, “Titel atau jabatan memberi kehormatan kepada orang-orang medioker, memberi rasa malu bagi orang-orang superior, dan diperhinakan oleh orang-orang inferior.” [ ]