Ketika Mantan Direktur Yayasan Masjid Jadi Murtad
Ada orang masuk Islam karena pencarian spiritual yang memberi petunjuk jalan hidup, mimpi bertemu Rasulullah Muhammad SAW, terkesan oleh kebaikan seorang Muslim, terdorong oleh isi Al-Quran, terselamatkan dari musibah yang nyaris merenggut nyawa, dan sebagainya. Atau yang sederhana dan praktis saja: mau kawin dengan seorang Muslim.
Oleh : Anwar Holid
JERNIH–Di grup WA yang aku ikuti muncul berita sangat menggetarkan hati: mantan direktur eksekutif di sebuah yayasan masjid kampus pertama Indonesia menyatakan murtad, dan masuk ke sebuah agama lain. Mantan direktur tersebut memiliki gelar sarjana ekonomi dan master di bidang manajemen.
Fakta itu langsung bikin terhenyak, lantas memicu komentar panjang dari banyak orang. Betapa seorang yang aktif puluhan tahun di masjid terkemuka, terdidik dengan baik, belajar serta bergaul dengan banyak guru, sesama aktivis masjid, serta berbagai sumber ilmu lain, ternyata bisa juga mengalami nasib yang menurutku menyedihkan dan mengerikan seperti itu. Semoga kita mendapat berkah dan lindungan Allah dari musibah semacam itu.
Karena awalnya hanya muncul sepotong-sepotong dan simpang-siur, aku tidak bisa menyimpulkan penyebab utama sang mantan direktur itu memutuskan murtad. Apa karena ujian ekonomi, dipengaruhi teman atau lingkungannya? Atau merasa tidak dibantu teman-teman Muslimnya kala stres dan depresi? Atau ada bujukan super hebat dari misi agama sebelah? Atau disebabkan oleh hal sangat personal, misalnya mimpi, kembali pada kebiasaan atau masa lalu, ajakan pasangan atau keluarga, atau alasan konvensional macam karena bujukan setan bin iblis?
Murtad artinya ingkar, jadi kafir, berpaling, berganti keimanan. Asal kata murtad ialah radd, kembali. Berarti orang itu kembali pada kekufuran. Murtad dalam bahasa Yunani ialah apostasia, dalam bahasa Inggris apostate. Kedua istilah ini artinya berkhianat, membelot, jadi oposisi atawa lawan.
Kita tak tahu persis apa yang terjadi pada diri seseorang. Seorang non-Muslim bisa masuk Islam baik karena alasan masuk akal (rasional) atau irasional. Begitu juga sebaliknya, orang bisa ke luar Islam karena pertimbangan tertentu. Ada orang masuk Islam karena pencarian spiritual yang memberi petunjuk jalan hidup, mimpi bertemu Rasulullah Muhammad SAW, terkesan oleh kebaikan seorang Muslim, terdorong oleh isi Al-Quran, terselamatkan dari musibah yang nyaris merenggut nyawa, dan sebagainya. Atau yang sederhana dan praktis saja: mau kawin dengan seorang Muslimah.
Kasus seseorang murtad (atau sebaliknya masuk Islam) menarik untuk diperhatikan dan dianalisis, karena aspeknya beragam dan bisa jadi kompleks. Banyak sekali pembelajarannya, bisa dijadikan ibrah oleh umat Muslim. Kira-kira apa yang sesungguhnya terjadi karena perubahan orientasi hati, keyakinan, pikiran, pencarian, juga pengharapan ketika seseorang akhirnya menyatakan berpaling dari agama yang pernah ia yakini? Apa iman terusik, tapi dia mengabaikan? Apalagi umat Islam suka detil mengaitkan istilah ruh, qalb, jiwa, nafsu, hidayah, berkah, dan lain-lain dengan perkembangan iman seseorang.
Berselang beberapa hari berita mengerucut pada kesimpulan bahwa yang bersangkutan murtad karena alasan ekonomi. Dia berutang ratusan juta pada banyak pihak tanpa menunjukkan itikad baik untuk melunasi. Malah murtad.
Dia juga berkoar tidak dibantu sesama teman Muslim. Lebih buruk dia memutuskan tali silaturahmi teman-teman Muslimnya yang ingin mencari kejelasan. Ada temannya yang menegaskan di grup WA terbatas, “Coba tanya lingkar dekatnya, berapa banyak tuh yang sudah merelakan hartanya untuk bantu dia.”
Apa reaksi Nabi Muhammad terhadap umatnya yang murtad? Apa beliau menangisi atau menasehati biar kembali pada Islam? Umat Islam punya banyak kisah tentang pembebasan budak, pembebasan utang, saudagar kaya/konglomerat baik hati yang ikhlas membantu orang lain, menyedekahkan harta untuk sesama umat dan kemajuan Islam, merelakan hartanya begitu saja tanpa pamrih selain buat buat mencari ridha Allah. (Aku juga pernah dibebaskan utang.)
Dilihat dari sisi itu, membebaskan utang seseorang hingga ratusan juta barangkali nilainya kecil. Bukankah Allah Mahakaya? Sementara ridha Allah tiada tara nilainya. Barangkali membebaskan utang bisa menahan seseorang tetap jadi Muslim dan membuatnya terhindar dari murtad?
Terkadang ada kampanye untuk mencegah umat Islam di suatu kampung berpaling dari Islam meski kondisinya berat, misalnya dengan menyediakan sumur, menyumbang sembako, membangun masjid, fasilitas umum, dan sebagainya. Untuk kasus perseorangan, apa kaum Muslim perlu melakukan perjuangan mati-matian agar dia bertahan jadi Muslim?
Setiap kasus murtad pasti bikin sedih bagi pemeluk agama sebelumnya. Namun, manusia dewasa (mukallaf) terkadang secara sembrono berani menukar berkah serta hidayah iman dengan menuruti hawa nafsu sekehendaknya. Wallahu a’lam bishawab. [ ]
Anwar Holid, penulis buku Seeking Truth Finding Islam (2009).